Bagi seorang
anak, menghadapi masa haid adalah bukanlah hal mudah. Tidak semua anak siap
dengan hadirnya haid. Kaget dan takut ketika di awal melihat darah haid,
merasakan tubuh yang tidak nyaman hingga merasa asing dengan perubahan fisik
yang dihadapi. Tentu ini bukan hal yang aneh, wajar ketika menghadapi sesuatu
yang baru. Oleh karena itu persiapan teknis untuk menghadapi hari pertama haid
juga tidak boleh dispelekan. Dan lagi-lagi ini juga membutuhkan persiapan jauh
hari.
Memberikan
informasi yang benar seputar darah haid, tidak boleh memberikan informasi
bohong atau bahkan membuat anak takut. Untuk itu diperlukan informasi seputar
tanda baligh, proses terjadinya haid, hal-hal yang mungkin menyertai datangnya
haid. Penting untuk diingat, penyampaian informasi seputar hal ini juga
diiringi dengan bekal akidah. Menyampaikan haid sebagai tanda kebesaran Allah
yang harus dihadapi dengan syukur dan penerimaan sepenuh hati. Agar pertanyaan
semisal mengapa hanya perempuan yang mengeluarkan darah haid, mengapa saat haid
terkadang merasa kesakitan, mengapa ada larangan-larang tertentu bagi wanita
haid dan seterusnya. Kemudian juga menyiapkan hal teknis ketika haid. Semisal
menghadapi perubahan emosional menjelang haid, menyiapkan fisik, hingga hal
teknis taharah membersihkan najis dan seputar mandi wajib.
Persiapan
fisik dan emosional. Haid adalah tanda perubahan anak menuju masa remaja, pada
masa puber ini anak akan cenderung tidak nyaman urusannya terlalu dicampuri,
maka sebelum perasaan ini menjadi dominan pada anak, orang tua terutama ibu
sudah menjadi sahabat bagi anak sejak jauh hari sebelum masa puber. Dengan
begitu anak akan memberikan kepercayaan kepada orang tua ketika menghadapi hal
baru. Perubahan fisik tubuh dihadapi dengan bijaksana, ibu memberikan arahan
terkait perubahan fisik semisal bentuk tubuh dan perawatannya serta cara
mengatasi emosionalyang labil menjelang haid. Hal ini juga diiringai dengan
pembiasaan hidup sehat baik dari pola makanan maupun aktivitas, terkadang jika
tidak ada pembiasaan menjelang dan di saat masa haid anak lebih sering
mengikuti hawa nafsunya dengan makan dan beraktivitas sesuka hatinya.
Persiapan
teknis, mulai dari hal sederhana membiasakan mencuci pakaian dalam disertai
dengan arahan teknis mencuci pakaian dari najis, membersihkan noda darah,
membereskan pembalut bekas pakai. Membawa persediaan pembalut, celana dalam dan
sabun ketika bepergian. Tidak panik ketika haid datang sedang tidak di rumah,
peka dengan tanda-tanda menjelang haid hingga ke teknis taharah mandi wajib
ketika selesai haid. Khusus mandi wajib, maka orang tua harus mendetaili satu
persatu teknisnya, memastikan rukun mandi wajib terpenuhi.
Terakhir,
persiapan teknis menjalani masa haid. Tak jarang remaja yang haid menghabiskan
waktu untuk hal-hal mubah bahkan cenderung sia-sia, merasa tidak perlu
beribadah. Untuk konsep ibadah perlu diluruskan sejak dini, ibadah tidak hanya
sebatas ibadah mahdhah saja, namun ada banyak aktivitas kebaikan yang bisa
bernilai ibadah. Anak harus paha hanya beberapa aktivitas saja yang terlarang
bagi wanita haid, maka di luar larangan tersebut anak tetap bisa
mengamalkannya. Dengan begitu kedekatan anak kepada Allah SWT tetap terjaga
meski saat menjalani masa haid. Dan ini juga tergantung pada pembiasaan sebelum
haid, ketika pra haid anak sudah biasa melakukan banyak kebaikan maka di saat haid
pun anak sudah punya cara pandang bahwa kebaikan itu juga akan dijaga meski di
masa haid.
Dengan
persiapan anak mandiri mengurusi diri sendiri akan meminimalisir ketergantungan
anak saat remaja kepada orang lain. Bisa mengatasi permasalahan yang secara
rutin akan mereka hadapi. Setidaknya satu permasalahan sudah tertangani.
No comments:
Post a Comment