Wednesday 30 December 2015

Di Pare Semua Ngomong Inggris ?




 Kongres Ibu Nusantara ke-3 Kediri Raya
Khilafah, Perisai Hakiki Bagi Ibu dan Anak
Terus mengopinikan khilafah



“Orang Pare  itu pinter ngomong Inggris “, “ Wah dari Pare, pasti pinter bahasa Inggris ya?”. Satu, dua, kali dikatakan seperti itu, ya sudah mengaminkan saja. Anggap sebagai doa.
Di Pare itu semuanya ngomong Inggris. Tukang becak, para pedagang kaki 5, penjual di warung, di jalanan sudah biasa pake bahasa Inggris.
Tapi benarkah demikian ?
Jawabannya, tidak sepenuhnya benar.

Orang Pare  pintar bahasa Inggris
Tidak semuanya, mungkin untuk sekadar percakapan sederhana seputar perkenalan, transaksi jual beli banyak yang bisa. Baik yang sudah pernah kursus maupun belum sudah biasa dengan percakapan tersebut. Bukan sesuatu yang tiba-tiba bisa. Setidaknya karena dua factor, terbiasa mendengar dan memang belajar. Yang jelas bagus dan banyak perbendaharaan kata adalah yang menyengaja belajar.

Terbiasa mendengar, hampir setiap kursusan program andalannya adalah membuat orang sangat percaya diri berbahasa Inggris. Hampir semua kursusan punya program outdoor, praktik di luar kelas. Bisa sekadar ngomong dengan teman tapi di luar kelas, misalnya sambil jalan-jalan barisan berpasangan sepanjang jalan ada bahan yang harus mereka obrolkan. Atau bisa juga penugasan ngobrol dengan orang yang ada di jalan. Siapa saja yang ditemui di jalan ditawari untuk diajak ngobrol. Hasilnya, dengan mudah akan didapati orang ngobrol pake bahasa Inggris.

Dan bagi yang pendengarannya normal, insya Allah lama-kelamaan hafal juga dengan obrolan mereka. Jadilah orang di Pare terbiasa mendengar obrolan dalam bahasa Inggris. Meski kadang terdengar  sumbang di telinga. Tapi tetap saja mereka percaya diri tingkat dewa.

Sengaja belajar, di beberapa kursusan ada yang sengaja mengajari masyarakat sekitar secara  gratis. Pesertanya campuran, terbanyak dari kalangan pemilik kos dan penjual. Dan sampai sekarang Alhamdulillah masih ada yang berjalan. Biasanya kelas berlangsung malam hari, seminggu sekali. Targetnya tidak muluk-muluk, tidak buta sama sekali dengan bahasa Inggris. Hasilnya lebih baik daripada yang hanya sekadar bisa karena mendengar. Tata bahasanya lebih bagus, gak asal ngomong.

Jadi wajar kan kalo di Pare itu orang biasa ngomong Inggris.
Memang bukan perkara yang tiba-tiba terjadi, tiba-tiba pintar. Ada proses panjang. Pare mulai ramai dikunjungi untuk kursus bahasa Inggris tahun 90-an.  Banyak berdiri tempat kursus mulai tahun 2000. Dan mulai dirintis awal 80-an. Sudah 30 tahun lebih.

Sebuah fakta, awalnya orang yang yang ngomong bahasa Inggris dianggap sok pitar, sok Nginggris. Namun sekarang yang tidak ngomong Inggris dianggap  ketinggalan jaman.

Jadi jangan patah semangat, menyampaikan kebaikan secara terus menerus. Insya Allah lama-lama masyarakat akan terbiasa.

Tidak jauh berbeda dengan opini khilafah. Menjadikannya sebagai opini umum membutuhkan kesabaran. Jangan terbawa emosi ketika ada yang mencela. Terus jadikan sebagai bahan kontak. Bagaimana pun khilafah adalah warisan Rasulullah saw. Pengembannya sangat lebih baik jika dibandingkan dengan perjuangan pengemban demokrasi, pengemban kapitalisme, pengemban sosialis komunis. Pejuang khilafah sangat lebih mulia jika dibandingkan dengan pejuang demokrasi, pejuang kebebasan, pejuang nasionalisme, pejuang HAM. Terus sampaikan hingga masyarakat terbiasa dan paham dengan khilafah. Mulai dari apa itu khilafah, gambaran khilafah menyelesaikan permasalahan kehidupan, cara menegakkan khilafah, meneladani Rasulullah. Sampaikan dengan bahasa yang baik dan bervariasi. Insya Allah suatu saat nanti khilafah tidak akan asing lagi.

Tentu lebih baik lagi adalah dengan mengajak masyarakat untuk sama-sama belajar tentang khilafah. Lebih mengenal dan lebih membuat masyarakat paham. Mengajak untuk bersama belajar Islam kaffah, mulai dari akidah, syariah hingga Islam sebagai ideology. Karena esensi dari khilafah salah satunya adalah penerapan Islam secara menyeluruh dalam semua lini kehidupan.

Insya Allah pada saatnya nanti umat dengan sukarela akan menerima dan meminta diterapkannya system Khilafah, tidak ada pertumpahan darah. Sebagaimana awalnya masyarakat Madinah belum pernah bertemu Rasulullah, hanya mengetahui dan mengimani apa yang beliau bawa, namun dengan kesadaran penuh mau membaiat Rasulullah dan mengangkatnya sebagai pemimpin. Tak ada penghalang antara kaum Muhajirin dengan kaum Ansar.

Pare, 30 Desember 2015

Tuesday 29 December 2015

Selamat Datang di Tulungrejo dan Pelem Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Jawa Timur


            Gerbang masuk Desa Tulungrejo Jl. Brawijaya - Masjid ITC

Liburan seperti ini suasana di Desa Tulungrejo dan Pelem Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Jawa Timur sangat ramai sekali. Banyak yang datang untuk kursus bahasa, paling banyak belajar bahasa Inggris. Hampir tiap hari rombongan berdatangan. Satu mobil, dua mobil, satu bis, dua bis dan terus saja berdatangan. Jadilah beberapa ruas jalan di Tulungrejo dan Pelem sangat ramai sekali. 

Memang saat liburan yang datang lebih banyak, namun tidak liburan pun juga banyak. Hanya sebentar ambil program kursus bahasa Inggris satu hingga dua minggu saja. Datang silih berganti.

Penyebaran tempat kursus

Karena banyak yang datang, salah satu fasilitas yang juga menjamur adalah atm. Dan paling banyak memang atm BNI, makanya di gapura selamat datang ada tambahannya “ KAMPUNG BNI INGGRIS “. Coba kalo dibaca lengkap jadinya “ KAMPUNG BANK NEGARA INDONESIA INGGRIS “ ga enak to ? Tidak terlalu kaget sih, tahun 2013 pernah dapat cerita musyawarah pamong, yang menang tender BNI. Bukan mau promo BNI, di Jalan Brawijaya dalam radius sekitar 200 meter setidaknya ada 2 atm BNI, 2 atm Mandiri, 1 atm BRI, 1 atm Muamalat jadi ada 6 atm. Di Jalan Veteran ada 1 atm Bank Jatim, dan 1 atm BNI jadi sekitar radius 500 meter total ada 8 atm. Di Jalan Anyelir sebagi pusat dan pioner kursus bahasa tidak ada sama sekali. Memang bukan jalan besar. Dan kursusan yang terletak di Jalan Anyelir memang lebih banyak yang  long program, bukan short program. Jadi mobilitas datang-pergi yang kursus tidak terlalu tinggi. 

Mengingatkan lagi, untuk yang mau ke Pare. Tentukan pilihan program sesuai kebutuhan. Jangan menghabiskan seluruh waktu untuk kursus, kursus, dan kursus. Jangan melalaikan kewajiban fardhu ain demi mengejar ilmu fardhu kifayah. Manfaatkan kesempatan di Pare untuk kebaikan, jangan merusak Pare ku.

Pare, 29 Desember 2015

Tuesday 15 December 2015

Penerangan – الإِعْلَامُ


Beberapa hari ini sering nonton acara TV saat malam hari, acaranya lebih banyak seputar menyanyi, sinetron yang settingnya sekolah tapi tak berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar, reality show, gossip, obrolan dan guyonan bersama seleb. Bisa dibilang TV banyak dihiasi acara yang tidak mungkin akan membuat kondisi bangsa ini menjadi bangkit, menjadi umat terbaik. Hampir semuanya hanya bersifat hiburan. Bahkan cenderung melalaikan. Acara yang tak kan bisa membuat anak-anak kita smart, cakap dalam kehidupan, siap mengemban amanah di pundak. Padahal ini musimnya ujian dan seleksi olimpiade matematika-sains. Rasane abooot banget nyinauni, nyanyian dan cerita sinetron lebih nyanthol di ingatan. 

Acara TV lebih mengekspos dunia selebritis dan kehidupan artis. Menjadi artis idola, terkenal, dan bergelimang harta seolah menjadi kehidupan yang ideal. Atau TV lebih dihiasi informasi  latah, booming sesaat kemudian menguap begitu saja. Bahkan terjebak pada pengalihan dari focus utama. Misal, kasus MKD-DPR. Mbulet saja. Penuh dengan ketidakjujuran dan sesumbar. Padahal ada masalah yang lebih penting, apakah pemerintah yang diwakili oleh menteri ESDM bisa tegas mengakhiri kontrak Freeport. Tidak menelikung, tiba-tiba dengan legal Freeport mengantongi ijin perpanjangan kontrak. 

Belum lagi dengan internet, informasi hoax begitu mudah menyebar. Penggunanya tak berpikir panjang tentang kebenaran berita. Menarik, bermanfaat untuk banyak orang, menjatuhkan lawan, maka sebar saja. Jadi ingat himbauan air garam dalam baskom ketika kabut asap, begitu viral menyebar. Seolah pelajaran IPA di SD tentang daur air sama sekali tak ingat. Atau berita lintah dalam kangkung. Belum lagi penyebaran foto-foto yang penuh fitnah tanpa mencari kebenarannya terlebih dahulu. 

Semuanya, hasil dari kebebasan yang kebablasan. Kebebasan berperilaku, kebebasan berpikir, kebebasan mengakses informasi. Bebas tanpa terikat pada aturan dari Sang Pencipta. 
Sangat jauh berbeda dengan suasana dalam sitem Islam, Khilafah. Dalam Sistem Khilafah, ada struktur Negara yang menangani maslah informasi, yaitu Penerangan – الإِعْلَامُ. Instansi ini bertanggung jawab atas semua informasi yang beredar dalam Negara. Instansi yang akan menjaga kewibawaan Negara, instansi yang bisa menjaga akal warga negaranya, instansi yang akan mencerdaskan dan menguatkan akidah warganya. Tidak semua informasi diumbar begitu saja. 

Sebagaimana Rasulullah saw, terkadang menyembunyikan strategi Negara, terkadang menyampaikan dengan terang-terangan. Kebijakan terkait Perjanjian Hudaibiyah dan Fathul Mekkah tidak dijelaskan dengan gamblang. Namun kebijakan dan strategi Perang Tabuk diumumkan terang-terangan jauh-jauh hari. 

Penerangan Daulah tetap memberikan kebebasan kepada warga negaranya untuk memberi dan mendapat informasi. Namun tetap dengan menggunakan batasan Islam sebagai rambu-rambunya. Informasi ghibah alias gossip, menyampaikan ide sesat,ide kufur akan dilarang. Karena memang syariat tidak memperbolehkan. Namun informasi yang bisa mengembangkan IPTEK, menguatkan ketaatan kepada Allah SWT tetap diperbolehkan. 




Pare, 15 Desember 2015

Friday 27 November 2015

Perubahan Mindset dan Rasional




Materi pertama Bimtek K13 : Perubahan Mindset dan Rasional. Memang materi penting yang harus diberikan terlebih dahulu sebelum materi-materi teknis lain. Latar belakang, dasar hukum, tujuan, perbedaan dengan kurukulum sebelumnya sangat penting disampaikan agar didapatkan kejelasan mengapa harus berubah menerapkan kurikulum 2013, kurikulum yang sempat dihentikan di tengah tahun ajaran 2014/2015. Penghentian sementara di semester I, dan semester II kembali pada KTSP. Bukan penghentian yang tanpa alasan. Belum pahamnya guru dan SDM di sekolah tentang K13, adanya penolakan dari guru dan wali murid, penolakan yang wajar karena mereka belum paham bagaimana sebenarnya kurikulum 2013 dan mengapa harus ada kurikulum 2013. Belum lagi jika sudah ada pemikiran defensive, anti dengan perubahan, malas belajar hal baru dan pemikiran-pemikiran lain yang menghambat proses perubahan.

Jadilah materi pertama tentang perubahan mindset dan rasional, dalam bimtek kali ini merupakan cara efektif untuk “brain wash” bagi guru yang sebelumnya mempunyai mindset kurang tepat atau bahkan negative terhadap K13. Materi dengan penjelasan yang lugas disertai dengan fakta dan data. Dan akhir kata, peserta pun sepertinya akhirnya paham dan sepakat, memang perubahan menjadi K13 diperlukan. Padahal hanya “diceramahi” selama 2 jam saja.

Begitulah pentingnya perubahan mindset seseorang terhadap sesuatu. Dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tentu saja akan berpengaruh pada sikap dari menolak menjadi menerima. Dari malas menerapkan menjadi semangat untuk melaksanakan. Perubahan melalui pemikiran, tidak ada paksaaan apalagi melalui kekerasan.

Dan perubahan pemikiran tanpa kekerasan pun telah dicontohkan Rasulullah saw di awal tahapan dakwah beliau di Mekah. Dengan sabar dan telaten Rasulullah menyampaikan Islam, ajaran tauhid yang sangat bertentangan dengan keyakinan dan kebiasaan masyarakat Quraisy saat itu. Meski mendapat penolakan hingga siksaan, Rasulullah tak bergeming dengan dakwahnya dan tetap tidak membalas perlakuan kasar  Quraisy terhadap orang-orang yang memilih mengikuti Rasulullah. Tidak menggerakkan massa jamaah Islam untuk menyerang balik Quraisy, namun membiarkan ketika ada individu muslim yang membela diri.

Sebagai muslim, tentu menjadi kewajiban untuk meneladani Rasulullah, termasuk dalam masalah dakwah. Saat ini dakwah pemikiran dalam rangka mengubah pemahaman masyarakat, dari tidak memiliki akidah yang kuat menjadi akidah yang  produktif, dari menolak menjadi menerima penerapan aturan Islam. Dari anti dengan system khilafah menjadi perindu khilafah, menjadi pejuang khilafah.

Dakwah pemikiran dalam rangka mengubah mindset umat yang telah terkontaminasi dan teracuni pemikiran kapitalisme, memang bukan perkara yang mudah, namun dengan kesabaran, ilmu dan cara yang makruf pasti akan mendatangkan hasil. Insya Allah pada saatnya nanti khilafah akan menjadi kesadaran dan opini umum di tengah umat, dan pada akhirnya khilafah pasti akan tegak, sesuai dengan janji Allah. Khilafah adalah perkara yang pasti namun menjadi pilihan ikut berjuang atau tidak, menjadi penentang atau penjadi pejuang. Semua pilihan akan mendapat balasan, jadi tentukan pilahan mulai sekarang, selama hayat masih di kandung badan.


Malang, 27 November 2015

Thursday 26 November 2015

Baiti Jannati



Berada di manapun selama masih di dunia yang fana ini
Tetap saja masih enak di rumah sendiri
Meski berada di tempat mahal dengan pelayanan lengkap dan tidak perlu melakukan sendiri
Tetap saja rumah menjadi tempat kembali
Tidak apa-apa meski masak, membersihkan dan melakukan pekerjaan lainnya sediri
Tetap saja baiti jannati
Meski rumah sendiri belum serasa tempat yang indah tak terperi
Tetap saja masih nyaman dan bisa menikmati

Namun tetap harus mengingat semua kebahagiaan di dunia ini hanyalah fana, semua akan berakhir pada saatnya nanti, ketika Allah menghendaki. Perhiasan dunia memang mubah untuk dinikmati selama tidak melalaikan dari ketaatan kepada Allah dan Rsaulullah. Agar bias terus dinikmati hingga di akhirat kelak pastikan kecintaan kepada dunia berada pada jalur taqwa. Memanfaatkan dunia sebagai bekal di akhirat. Bukan malah terbuai hanya mengejar kenikmatan dunia saja.

Sungguh kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat kelak tiada bandingannya. Sungguh rugi besar jika disia-siakan.

عَلَى سُرُرٍ مَوْضُونَةٍ
Mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata,
مُتَّكِئِينَ عَلَيْهَا مُتَقَابِلِينَ
seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan.
يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ
Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,
بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ
dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir,
لا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنْزِفُونَ
mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,
وَفَاكِهَةٍ مِمَّا يَتَخَيَّرُونَ
dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih,
وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ
dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.
وَحُورٌ عِينٌ
Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,
كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ
laksana mutiara yang tersimpan baik.
جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.
لا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلا تَأْثِيمًا
Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,
إِلا قِيلا سَلامًا سَلامًا
akan tetapi mereka mendengar ucapan salam.
وَأَصْحَابُ الْيَمِينِ مَا أَصْحَابُ الْيَمِينِ
Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.
فِي سِدْرٍ مَخْضُودٍ
Berada di antara pohon bidara yang tak berduri,
وَطَلْحٍ مَنْضُودٍ
dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),
وَظِلٍّ مَمْدُودٍ
dan naungan yang terbentang luas,
( Al Waqiah 15 – 30 )
Kenikmatan yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. Menjalani semua perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya. 

Maka yang bisa dilakukan saat ini adalah terus mencari ilmu untuk memastikan amal kita adalah amalan taqwa, mengajak orang lain untuk juga bertaqwa, dan yang tak kalah pentingnya adalah mewujudkan wadah dan suasana yang bisa digunakan untuk menerapkan seluruh aturan Allah SWT. Yang tidak akan bisa kita dapati dalam system demokrasi kapitalis sekuler ini. Ingat tidak hanya sekadar satu, dua, tiga hukum yang wajib dilaksanakan, seluruh aspek kehidupan, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi seharusnya menerapkan hukum Allah. Memakai aturan Allah dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, bernegara. Di bidang epoleksosbudhankam, semuanya seharusnya menggunakan aturan Allah. Bukan demi kepuasan pribadi, namun semata demi ketaatan pada ilahi.

Jadi, jangan menyepelekan, jangan memandang sebelah mata, jangan mencemooh perjuangan menerapkan hukum Allah, melanjutkan kehidupan Islam di bawah naungan khilafah. Ini adalah sebagian kecil dari usaha kita untuk bisa bahagia di dunia dan akhirat. Terus semangat, jangan pantang menyerah. 


Malang, 26 November 2015

Saturday 14 November 2015

Jangan Menyerah, Belajar dari Abu Hurairah ra



Suatu hari membeli satu buku di toko
Me         : “ Beli, Dursul Lughah”
Penjual   : “ Jilid dua apa tiga ?”
Me         : Njawab, rodo isin, “ Satu “.
Penjual   : “ Ooo…satu ya” . Sepertinya ga percaya.
Mungkin dalam batinnya, harusnya ga jilid satu, mosok sih belajar jilid satu.

Lain hari
Me         : “ Beli Nahwu Wadlih, jilid dua dan tiga”
Penjual   : “ Ibtidaiyah apa tsanawiyah?”
Me         : Kaget, bingung, memang sejak awal tidak tahu ada ibtidaiyah dan tsanawiyah. Membatin, mosok ibtidiyah rek. PeDe jawab, “ Tsanawiyah”.
Penjual   : Mencarikan. “ Ini, tapi adanya jilid tiga saja”
Me         : “ Ya ga pa pa”. Buka-buka, ngecek isinya. Lha dalah… isine kok koyo ngene, pelajaran tingkat dewa. Nanya lagi, “ Kalo yang ibtidaiyah ada?”
Penjual   : “ Ya, ada. Sebentar”. Tak berapa lama kasih dua buku
Me         : “ Ya, ini juga saya beli”. Karo mbatin, he…he…sakjane sing tak goleki iki. Nahwu untuk ibtidaiyah.
Nyampe rumah, ngematke buku yang  jilid satu  memang dengan jelas tertulis :
لمدارس المرحلة الأولى
الجزء الأول
Padahal kaidah-kaidahnya seperti itu lha kok ya untuk ibtidaiyah.

Ketika pertama kali membaca-baca buku pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas 4 MI, nemu ayat
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik ( Al Hijr ayat 94)
Padahal ngeh dengan ayat tersebut ketika ngaji tahapan dakwah Rasulullah saw, pas kuliah. Berarti dulu belajarnya materi anak ibtidaiyah.

Memang dulu tidak sekolah di Madrasah, jadilah kuper n kurin. Tak terpikir sama sekali mencari tahu apa saja aktivitas Rasulullah saw.

Pelajaran SKI kelas 3 tentang kehidupan Nabi Muhammad sebelum jadi Rasulullah.

SKI kelas 4 tentang dakwah Rasulullah bersama para sahabat, mulai dari sembunyi-sembunyi hingga terang-terangan. Juga tentang ujian dakwah.
SKI kelas 5 tentang dakwah Rasulullah di Madinah, setelah Negara Madinah berdiri. Juga tentang berbagai peperangan Rasulullah.
SKI kelas 6 tentang Khulafurrasyidin dan penyebaran Islam hingga ke Indonesia.

Dan itu semua baru tergambar dan teralur ketika belajar kitab Daulah Islamiyah

Ngajine sih tingkatan Ibtidaiyah… tapi jika terus sabar tidak hanya dapat materi kelas ibtidaiyah. Tidak berhenti belajar sebatas informasi, ada analisis yang mendalam terkait dakwah Rasulullah saw mulai awal, dilanjutkan para khalifah, hingga runtuhnya khilafah terakhir. Meneladani jejak Rasul, mengambil pelajaran dari lemahnya hingga runtuhnya khilafah. Tidak mengulangi kelamnya sejarah.

Tak apa belajar materi ibtidaiyah, jangan berhenti terus menuntut ilmu, manfaatkan waktu yang tersisa untuk mengejar ketertinggalan. Belajarlah dari Abu Hurairah. Masuk Islam di tahun ketujuh hijriyah, hanya mengenyam waktu empat tahun bersama Rasulullah saw. Tidak melewatkan sedikitpun kesempatan untuk terus berada di majelis Rasulullah. Dan hasilnya banyak sekali kita dapati hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Beliau menyadari terlambat mengenal Islam, namun tak menyiakan waktu yang tersisa bersama Rasulullah saw.

Tak ada kata terlambat untuk terus mencari ilmu, untuk memastikan amal kita sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah dan Rasulullah. Bukan amal asal-asalan tanpa ilmu.

Terlambat belajar Islam bukan berarti sudah tidak ada kesempatan
Jangan berhenti menuntut ilmu selama nafas masih di kandung badan

Kejarlah ketertinggalan dengan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu
Jangan malah menyia-nyiakan waktu dengan aktivitas tak bermutu

Mengejar dunia tanpa henti tanpa berpikir mencari bekal di akhirat
Mengisi hari dengan mengejar materi karena takut melarat

Jangan biarkan rasa malas menguasai
Jangan biarkan rasa putus asa menghalangi

Never ending improvement

Pare, 14 November 2015