Tuesday 28 February 2017

Kasih Sayang Untuk Anak Punk


Fenomena anak punk di sepanjang jalan di berbagai tempat semakin memprihatinkan. Semakin lama jumlah mereka semakin banyak, semakin mudah ditemui di perempatan jalan besar. Sekadar duduk-duduk bergerombol, hingga mengamen di saat lampu merah menyala. Penampilan fisiknya pun juga sangat membuat hati miris. Atas nama anti kemapanan, mereka tampil apa adanya bahkan  cenderung dekil. Pemikiran sosialis sangat kental dalam keseharian mereka, selain anti kemapanan mereka juga mempunyai ikatan kuat terkait kebersamaan dan pemerataan dalam segala hal,senang bersama, susah bersama, menikmati apapun bersama-sama. Sepintas solidaritas di antara mereka begitu mengesankan. Namun kebersamaan mereka juga berlaku dalam hal kemaksiatan. Sudah menjadi rahasia umum, anak punk mendeklarasikan anti narkoba namun tidak dengan pergaulan bebas. Sudah menjadi sesuatu yang biasa terjadi di antara gerombolan anak punk bahwa mereka juga berbagi teman wanita, itu semua dilakukan tidak atas paksaan, murni berdasarkan kerelaan. Rela berbagi tubuh, atas nama kerelaan berbagi kebahagiaan. Tanpa disadari potensi penyebaran penyakit menular semakin bertambah. Salah satunya adalah menjadi potensi baru penularan HIV/AIDS.
Maka permasalahan anak punk tidak hanya menyisakan masalah sosial tetapi juga mengakibatkan permasalah kesehatan. Belum lagi jika perilaku anak punk yang sudah disertai dengan tindakan gangguan keamanan. Mengamen dengan ancaman merusak mobil pengendara di jalan, memalak, hingga pemaksaan anak punk yang baru bergabung untuk melayani senior mereka, jika tidak menurut pukulan dan tendangan melayang. Dan yang paling membahayakan adalah masa depan bangsa ini yang menjadi taruhan. Bagaimana tidak, anak-anak punk hampir semuanya masih muda, masih remaja, bahkan ada yang masih kecil. Banyak dari mereka yang  masih usia sekolah maupun kuliah. Bisa jadi awalnya mereka masih mengenyam pendidikan, namun lama-kelamaan mereka akan terbawa arus. Lama-lama mereka tidak ingin terikat dengan aturan apapun, mereka ingin bebas berbuat, ingin mencari jati diri sesuai dengan keinginan mereka, tidak ingin terkekang. Jika fenomena ini terus berlangsung, yang ada adalah generasi miskin ilmu, generasi yang tidak mempunyai visi kehidupan jauh ke depan.
Memang bukan permasalahan yang akan selesai semudah membalikkan telapak tangan, namun dengan ketegasan, kesabaran dan ketelatenan tren menjadi anggota kelompok punk  tidak akan terjadi lagi. Membutuhkan kerjasama berbagai puhak agar fenomena anak punk tidak semakin melebar di semua tempat, agar ketenangan terwujud, agar keresahan menjadi berkurang.

Memahami masalah
Semakin banyaknya remaja yang tertarik dengan kelompok-kelompok anak punk bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja. Hampir dalam semua kasus anak dan remaja lebih memilih menjadi anak punk , berawal dari permasalahan pribadi remaja tersebut. Baik karena masalah internal yang berasal dari diri sendiri semisal mereka sedang mencari jati diri, atau bisa juga karena permasalahan keluarga dan lingkungan. Namun satu hal yang sangat mungkin menjadi pemicu adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang yang didapatkan anak, baik dari keluarga maupun dari lingkungannya. Apalagi seiring dengan semakin individualisnya masyarakat dan hanya menjadikan materi sebagai tolok ukur kebahagiaan, banyak orang tua yang mencukupkan diri memberi perhatian sebatas materi belaka. Menganggap pemberian materi adalah bentuk perhatian tertinggi, menganggap materi menjadi solusi untuk semua masalah. Padahal, remaja yang rentan dengan krisis jati diri membutuhkan perhatian yang lebih dari sekadar materi. Mereka membutuhkan teman berbagi, teman berdiskusi, teman mencurahkan rasa hati. Remaja juga membutuhkan apresiasi dari orang yang lebih dewasa, membutuhkan sarana untuk menyalurkan kreativitasnya. Jika ini semua tidak dipahami dan difasilitasi, wajar jika mereka mencari dengan usaha sendiri. Dan bergabung dalam komunitas punk menjadi salah satu pilihan.
Di mata remaja labil, komunitas anak punk seolah menjadi jawaban atas kegelisahan remaja yang merasa diabaikan, menjadi tempat yang nyaman untuk membagi permasalahan yang sedang dihadapi. Kebersamaan tanpa pandang status, berbagi dalam segala hal, tidak mempermasalahkan latar belakang menjadi daya tarik tersendiri. Remaja labil yang kurang kasih sayang, berada dalam keluarga yang tidak harmonis, berada dalam keluarga berkecukupan secara materi namun terasa hidup sendiri, bosan dengan rutinitas belajar di sekolah, tidak ingin terkekang aturan, menjadi faktor-faktor pemicu, jadilah mereka mencarinya  solusi di luar tempat biasa mereka hidup.
Di sisi lain, semakin masifnya pemikiran tentang kebebasan berperilaku, kebebasan berekspresi  menjadikan perilaku apapun menjadikan aktivitas apapun mendapat ruang. Termasuk pula dengan aktivitas komunitas anak punk. Memang bisa jadi berawal dari tingginya rasa solidaritas, namun lama-kelamaan solidaritas itu melampaui batas, hingga dalam kemaksiatan dan kejahatan. Dan ini terjadi juga dipicu pada pemahaman yang salah tentang kebebasan, kebebasan dianggap sebagai legalitas untuk melakukan apapun yang diinginkan.

Bergandengan Tangan Menyelesaikan Permasalahan
Tidak bisa dipungkiri, permasalahan yang muncul di komunitas anak punk bukanlah tanggung jawab remaja, orang tua, sekolah sebagai unsur pendidikan, dan negara saja. Semua elemen bertanggungjawab atas permasalahan yang didera anak bangsa. Karena nasib generasi penyambung estafet masa depan bangsa ini ada di pundak remaja. Mengabaikan kualitas generasi penerus sama saja dengan mempertaruhkan masa depan negeri ini.
Memberikan kasih sayang dan perhatian yang hakiki selayaknya dilakukan semua orang. Baik orang tua, keluarga, guru dan masyarakat. Kepedulian dan mau memahami permasalah remaja, tidak menghakimi secara sepihak di saat remaja khilaf berbuat. Membekali remaja dengan bekal agama, karena tidak ada satupun agama yang mengajarkan kejahatan, memerintahkan kerusakan dalam kehidupan. Dengan bekal agama, setidaknya remaja akan berbuat terbaik di dunia, remaja akan berpikir bahwa kelak perbuatan mereka akan dimintai pertanggungjawan di akhirat. Dengan bekal agama, remaja peduli dengan pahala dan dosa.
Kepeduliaan dari masyarakat juga sangat dibutuhkan, masyarakat yang acuh tak acuh dan permisif hanya akan memberikan kesempatan orang melakukan apapun yang diinginkan. Hidup dalam bermasyarakat ibarat orang yang berada di dalam perahu kapal. Orang yang berada di ruang bawah ketika akan mengambil air harus naik dan melalui orang yang di atas, jika orang yang di atas merasa terganggu sehingga membuat orang yang di bawah berpikir untuk melubangi saja perahu agar mudah dan tidak mengganggu penumpang di atas. Dan penumpang di atas membiarkan saja tindakan pelubangan perahu, yang terjadi adalah tenggelamnya perahu kapal, tenggelam lah seluruh penumpang. Begitu pula dengan permasalahan akibat maraknya komunitas anak punk. Ketidakpeduliaan masyarakat, merasa bahwa itu hanya masalah yang memang biasa terjadi lama-kelamaan akan merugikan semua pihak.
Dan yang tak kalah pentingnya adalah peran negara sebagai pengayom rakyat. Kebijakan Negara sangat berpengaruh pada apa yang terjadi di tengah masyarakat. Permasalahan ekonomi membuat orang  tua cenderung abai dengan anak, orang  tua sibuk membanting tulang memeras keringat. Kurikulum pendidikan yang tidak berpengaruh positif pada kepribadian siswa malah memberikan beban bagi siswa. Sistem sosial kemasyarakatan yang mengagungkan kebebasan memicu pergaulan bebas, rasa aman pun semakin langka. Ini permasalahan tataran sistemik yang membutuhkan kebijakan negara. Kebijakan ekonomi kapitalis liberal yang mengedepankan relasi pengusaha dan konsumen semakin membuat rakyat kecil semakin pontang-panting memenuhi kebutuhannya, karena subsidi semakin mengecil. Privatisasi semakin menggurita membuat harga-harga  semakin mahal, karena pemilik modal lah yang menentukan harga barang,  yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Pembiaran dan kurangnya ketegasan aparat semakin memperparah kondisi. Aparat seolah sudah lelah, razia tak membuat komunitas punk menyerah, akhirnya cenderung membiarkan selama tidak terjadi tindakan kriminal.
Itu semua adalah permasalahan-permasalahan yang secara tidak langsung semakin membuat generasi negeri ini menjadi generasi yang mudah stres, dan kebebasan serta ketidaksudian terkekang aturan menjadi pemicu remaja mencari pelarian. Oleh karena itu, perhatian atas permasalahan generasi yang salah satunya adalah maraknya komunitas punk menjadi tanggung jawab. Memberikan kasih sayang hakiki kepada remaja, mendampingi remaja di saat mencari jati diri,menasehati ketika ada yang kurang tepat, adakalanya tegas ketika memang ada pelanggaran. Kerjasama dari semua pihak diperlukan, demi menyelamatkan generasi, demi menyongsong masa depan cerah. 

Thursday 23 February 2017

Pare 7


190217,  sekitar  17.15
Perjalanan SLG Pare, gerimis di SLG dan semakin deras, berteduh di dekat kantor kec.Gurah, memakai jas hujan. Langit yang gelap menumpahkan air ke bumi. Hujan semakin deras, jalan pun semakin tak terlihat. Sesekali kilat menyambar, terlihat jelas ketika memasuki  area persawahan. Tidak ada tempat berteduh lagi. Jalan yang dihiasi lubang menambah kekhawatiran. Alhamdulillah, melihat tanda Pare 7 km di Sambirejo , sudah tidak jauh lagi. Memasuki Pare, hanya hujan gerimis, masuk Pelem hanya tersisa bekas hujan.

Pare 7
Terlihat jelas, artinya 7 km lagi akan sampai di Pare, sudah sekitar setengah perjalanan dihitung dari SLG. Awalnya terasa jauh, khawatir dengan suasana jalan yang begitu gelap, sesekali tiba-tiba muncul mobil dari depan yang terasa mau menabrak karena batas jalan sudah tak terlihat. Terpikir untuk berhenti dan berteduh saja, namun mengurungkan niat, mengingat malam sudah mendekat, bisa-bisa akan semakin gelap. Namun akhirnya sampai juga di wilayah yang tidak hujan. Awalnya mengira semua wilayah hujan deras, namun ternyata tidak, memasuki Bendo hanya gerimis, Pelem malah tidak hujan. Andai saja memutuskan untuk berhenti dulu mungkin akan benar-benar kemalaman. Jika malam datang jelas pandangan akan berkurang, kecepatan pun juga berkurang. Sampai tujuan sudah malam.
Memang ada resiko ketika jalan tak terlihat, kendaraan dari arah berlawanan meski sudah menyalakan lampu  terkalahkan gelapnya suasana, tetapi ketika persiapan sudah dilaksanakan tak ada salahnya untuk terus melanjutkan perjalanan hingga sampai ke tujuan.

Ujian dalam perjalanan perjuangan
Masih belum pantas mengatakan berat rasanya mendapat ujian ketika berjuang. Belum seberapa dengan apa yang dirasakan Rasulullah saw beserta para sahabat di awal dakwah Islam. Mereka adalah manusia mulia yang sangat gigih perjuangannya, sangat besar pengorbanannya, sangat kuat keistiqamahannya.
Perjuangan untuk mengubah kejahiliyahan menuju kegemilangan, jika  mereka putus asa niscaya saat ini kita tidak menikmati nikmat Islam.
Begitu pula dengan sekarang, perjuangan untuk menerapkan Islam kaffah, perjuangan untuk menyadarkan demokrasi kapitalisme hanyalah kebatilan yang menyengsarakan juga membutuhkan pengorbanan dan kesabaran. Bisa jadi ujian  siap menghadang, namun ketika tanda-tanda dukungan dari umat semakin menguat secercah harapan siap menyongsong.
Perjuangan menegakkan khilafah adalah sebuah kemuliaan, meneladani Rasulullah dan para sahabat yang diridhai Allah
Perjuangan menegakkan khilafah adalah konsekuensi keimanan bukan tindakan kriminal
Perjuangan menegakkan khilafah bukan demi egoisme murahan namun demi cinta sejati, cinta karena Allah
Perjuangan menegakkan khilafah memang bukan perkara mudah, halangan pasti siap menghadang namun itu semua tidak akan menyurutkan langkah
Terus berjuang karena kemenangan itu pasti dating
Terus berjuang karena kemenangan itu janji Allah Dzat Yang Maha Menepati Janji
Terus menyiapkan bekal, terus mengusahakan amal, terus menyampaikan dengan interaksi yang sebenarnya, interaksi semata mengharapkan ridha Allah, abaikan saja celaan dari orang-orang yang suka mencela.


Wednesday 15 February 2017

Memilih Pemimpin Pengayom di Dunia Penyelamat di Akhirat

Tidak Cukup Menolak Pemimpin Kafir Saja

Alhamdulillah, penolakan pemimpin kafir semakin menggema di nusantara. Para musuh Islam mulai gerah dan panik, berbagai upaya dilakukan untuk mengkriminalkan para penolak pemimpin kafir, akan tetapi semangat umat untuk menolak pemimpin kafir terus bergulir hingga muncul semangat untuk membela Islam. Namun penolakan terhadap pemimpin kafir saja belum cukup, juga belum menjadi solusi ketika berpuas diri dengan memilih pemimpin muslim. Masih ada syarat pemimpin yang seharusnya tidak boleh diabaikan. 

Pemimpin atau penguasa adalah orang yang sepenuhnya bertanggung jawab atas seluruh urusan umat. Perannya sangat penting. Dan Islam sebagai agama yang sempurna juga mempunyai aturan seputar pemimpin. Ada banyak hadits dari Rasulullah saw yang secara umum menyinggung masalah  kepemimpinan. Diantaranya sebagai berikut :
Sebaik-baik imam (pemimpin) kalian adalah yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian serta yang senantiasa kalian doakan  dan  mereka  pun  selalu  mendoakan  kalian.  (HR Muslim).

Sesungguhnya imam itu laksana perisai, dimana orang-orang akan berperang di belakangnya dan berlindung dengannya. (HR Muslim).

Jadi pemimpin itu seharusnya yang kita cintai dan mencintai kita, bukan malah menyengsarakan. Pemimpin itu orang yang selalu kita doakan dan mendoakan kita agar selalu dalam kebaikan, bukan malah yang dituntut untuk segera turun jabatan, bukan orang yang tidak bisa mendoakan rakyatnya. Pemimpin itu seharusnya menjadi perisai dan pelindung rakyatnya, bukan malah mengorbankan rakyatnya demi kepentingan golongan dan para pemilik modal penyandang dana sehingga mereka bisa sampai pada tampuk kekuasaan. Juga bukan orang yang mengijinkan asing menguasai SDA dan mempengaruhi kebijakan dalam negeri.

Maka, sebagai seorang muslim memilih pemimpin bukanlah masalah sepele. Memilih pemimpin adalah sebuah perbuatan, dan perbuatan seorang muslim terikat pada hukum syara’. Seorang muslim harus menyandarkan pilihannya pada dalil, bukan sekadar melihat fakta sesaat, terjebak pada keadaan. Hingga akhirnya mengabaikan tuntunan dalam Alquran dan Hadits. Dibutuhkan idealisme yang kuat dan disertai dengan keyakinan bahwa ketentuan Allah SWT sajalah yang terbaik dan seharusnya diterapkan. Ketika memang keadaan belum memungkinkan, tidak terjebak pada kepentingan sesaat, namun sebaliknya terus berjuang dan berdakwah agar apapun yang menjadi keputusan tetap tidak bertentangan dengan ketentuan Allah SWT dan teladan Rasulullah saw.  

Oleh karena itu, ketika memang Islam sudah menentukan kriteria pemimpin yang seharusnya dipilih, kita seharusnya mendengarkan, taat dan melaksanakan dengan sepenuh hati. Tidak mencari-cari alasan untuk menolak. 

Kriteria Pemimpin 
Setidaknya ada tujuh syarat yang harus dipenuhi oleh pemimpin yang akan dipilih oleh seorang muslim. Satu saja syarat tidak terpenuhi maka tidak layak untuk dijadikan pemimpin. Syarat-syarat  tersebut adalah muslim, laki-laki, balig, berakal, merdeka, adil, mampu. 

Haram memilih pemimpin kafir, Allah SWT mengingatkan agar orang kafir sama sekali tidak diberi kesempatan untuk menjadi pengurus urusan umat. Sebagaimana firman Allah SWT : Allah sekali-kali tidak akan memberikan jalan kepada orangorang kafir untuk memusnahkan orang-orang Mukmin. (TQS an-Nisa’ [4]: 141). Haram memilih pemimpin perempuan karena Rasulullah memberitahukan tidak beruntungnya kaum yang dipimpin perempuan : Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkanurusannya kepada perempuan. (HR al-Bukhari).

Haram pula menjadikan orang yang belum balig dan tidak berakal sebagai pemimpin. Telah diangkat pena (beban hukum) dari tiga golongan : dari orang gila hingga ia sembuh; dari orang yang tidur hingga ia bangun; dan dari anak-anak hingga ia balig.  (HR  Abu Dawud ). Haram menjadikan hamba sahaya sebagai pemimpin, karena hamba sahaya tidak mempunyai kewenangan mengatur dirinya sendiri apalagi mengurus urusan umat. Pemimpin yang dzalim, yang tidak adil dan tidak mau menerapkan hukum Allah tidak boleh menjadi pemimpin. Dan terakhir, pemimpin yang tidak mempunyai kemampuan dan kecakapan memimpin, haram hukumnya. Pemimpin yang mempunyai kemampuan akan menentukan kebijakan semata berdasarkan hukum Allah, tidak dalam pengaruh dan ketundukan pada pemikiran kufur dan arahan orang lain. 

Itulah kriteria pemimpin yang akan menjadi patokan abadi bagi seorang muslim, tidak ada kata kompromi terkait ketundukan pada ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT dan apa yang telah dicontohkan Rasulullah saw. Karena pilihan bagi seorang muslim hanya mendengar dan taat. Taat tanpa syarat. 

Demikianlah sikap seorang muslim dalam memilih pemimpin. Tidak gegabah dan berpuas diri dengan terpenuhinya beberapa syarat saja. Terus menguatkan keyakinan, menempa ketakwaan dengan melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan Allah. Ketika umat belum menerima syarat-syarat pemimpin dalam Islam, maka dibutuhkan upaya untuk menyadarkan dan mengajak umat untuk terus mengikatkan seluruh perbuatan pada hukum syara’. Mengajak umat untuk bersama meraih gelar takwa, hingga kelak lahirlah pemimpin yang bertakwa pula, yang bersedia memimpin untuk menerapkan syariat Allah SWT dalam kehidupan. Wallahu a’lam bishawab.



Friday 10 February 2017

Februari Kelabu dan Wisata Jeglongan Sewu


Februari setiap tahun, waktunya membayar pajak kendaraan. Dan selalu saja setelah bayar pajak ada saja masalah di motor. Untuk tahun ini rem yang bermasalah. Jadilah biaya yang harus dikeluarkan untuk ngurusi motor selalu membengkak di bulan Februari.

Tahun ini bayar pajak bertepatan dengan hari Senin, seperti biasa, layanan di hari Senin hampir di  semua instansi pemerintah selalu diserbu banyak orang. Antrian membludak. Sambil nunggu giliran dipanggil, mendengarkan dengan cermat panggilan-panggilan dari petugas. Petugas menyebutkan nama, alamat dan jumlah pajak yang harus dibayar. Selama menunggu jumlah minimal yang terdengar sekitar Rp 175.000,00 yang paling banyak sekitar 3 juta. Jika dirata-rata Rp 250.000,- dan ada 150 orang pembayar maka uang masuk hari itu adalah Rp 37.500.000,-. Ini masih satu hari dan di satu kantor samsat.

Dan dari hasil baca-baca (masih belum lengkap), paling sedikit 10% Pajak yang masuk digunakan untuk fasilitas transportasi. Itu teorinya. Dan kalo ngomong anggaran, jika ada batas minimal paling-paling yang dialokasikan juga tidak terlalu jauh dari ketentuan, yang penting memenuhi tuntutan di UU yang berlaku.

Tentang fasilitas transportasi, yang sangat terlihat adalah kondisi jalan. Akhir-akhir ini marak istilah “jeglongan sewu”. Jalan dengan lubang yang sudah tak terhitung jumlahnya, atau kondisi jalan yang rusak parah. Beberapa waktu lalu yang menjadi sorotan adalah jalur Kediri Tulungagung. Dahulu ketika pertama kali ke Kampung Baru Kepung menuju arah pedalaman, juga sempat kaget dengan kondisi jalan yang mengenaskan. Padahal tarif pajak kendaraan bermotor sepertinya tidak dilihat alamat pemilik kendaraan.  Penentuan lebih dominan pada fisik kendaraan. Jadi meski kendaraan sama, pajak sama tapi bisa jadi merasakan fasilitas yang tidak sama.

Intinya komitmen penguasa tidak ada, untuk menjadi pengurus urusan umat, pengayom rakyat, pelayan warga sama sekali tidak berfungsi. Saling lempar tanggung jawab antar pemerintah daerah. Aset propinsi diabaikan pemprov, aset kabupaten diabaikan pemda, apalagi aset kecamatan dan desa, bisa jadi anggarannya tidak ada.


Bersambung 

Pare, 10 Februari 2017


Tentang pajak sudah pernah menulis : 

Saturday 4 February 2017

Menyelamatkan Pendidikan

Tulisan tersimpan 30 April 2015 
Sudah kirim di media tapi tidak dimuat

Potret Buram Pendidikan
Dunia pendidikan kembali dikejutkan dengan  fakta yang memprihatinkan. Beredarnya undangan pesta bikini yang mencatut beberapa sekolah, dan fatalnya undangan tersebut bukanlah acara pertama, sebelumnya pernah terlaksana pesta bikini. Tidak hanya itu, kasus prostitusi yang melibatkan pelajar, pergaulan bebas yang berujung apada aborsi maupun pembuangan bayi semakin terkuak ke permukaan. Dan hampir semuanya lagi-lagi melibatkan pelajar. Belum lagi masalah perilaku pelajar di saat ujian. Mulai dari berburu kunci jawaban hingga menyiapkan contekan, setelah ujian dilanjutkan dengan coret-coretan dan konvoi melanggar aturan.
Sungguh ironi, status pelajar yang seharusnya menjadikan siswa sebagai kaum terpelajar sama sekali tidak tercermin dalam sebagian perilaku pelajar saat ini. Yang ada adalah pelajar yang lebih suka bersenang-senang daripada diberi tugas sekolah, pelajar yang lebih suka berfoya-foya daripada belajar, pelajar yang maunya keinginannya dipenuhi secara instan tanpa mau berjuang dan berkorban. Jika semua ini terus dibiarkan bangsa ini tidak akan mempunyai masa depan.

Sistem Sekular Merusak Pendidikan
            Perilaku pelajar yang semakin bebas dan sulit dikendalikan merupakan salah satu akibat dari semakin kuatnya sistem hidup yang sekular dan liberal. Siswa yang mengaku beragama tetapi tidak memahami aturan agama sehingga mengabaikan aturan tersebut, membuat pelajar semakin terjerembab dalam gaya hidup liberal, seolah mereka boleh bebas menentukan tindakan apa yang akan dilakukan. Bukan hanya masalah individu yang sekuler, sistem yang tercermin dalam aturan yang diterapkan di negeri ini juga cenderung memberi ruang gerak perilaku liberal pelajar.
            Bangsa ini sedang memanen hasil penerapan sistem sekuler yang jelas tidak menerapkan aturan Allah SWT  dalam tatanan kehidupan. Pendidikan yang seharusnya mencerdaskan kehidupan bangsa hanya melahirkan generasi yang rentan dengan permasalahan. Pendidikan yang seharusnya mencetak generasi yang bertakwa malah melahirkan pelajar yang ringan  melanggar norma agama. Pendidikan yang seharusnya menghasilkan manusia berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri malah membuat pelajar menjunjung tinggi perilaku bebas.
            Jadi bukan semata permasalahan individu, sistem pendidikan yang berorientasi pada tercetaknya generasi yang siap menghasilkan uang telah membuat tujuan menuntut ilmu bergeser. Menuntut ilmu agar bisa menyelesaikan masalah kehidupan dan mencari bekal di akhirat sudah tidak tergambar lagi.

Menjadikan Akidah Islam sebagai Asas Pendidikan
            Sistem sekular yang memisahkan agama dari kehidupan adalah akidah bagi ideologi kapitalisme. Ideologi kapitalisme memang mengakui keberadaan agama tapi melarang aturan agama diterapkan dalam berbagai lini kehidupan. Dalam sistem sekuler manusia dibiarkan beragama tetapi tidak perlu menerapkan aturan agama, maka tak heran yang ada adalah manusia-manusia yang tidak mengenal dan tidak paham aturan agama. Sungguh akidah sekuler tak layak diterapkan karena hanya mengkerdilkan aturan dari Allah SWT. Termasuk pula dalam bidang pendidikan.
            Pendidikan akan terselamatkan jika bangsa ini menjadikan akidah Islam sebagai asas. Keyakinan bahwa manusia adalah mahkluk yang diciptakan Allah SWT dan wajib terikat pada aturan Allah SWT menjadi landasan dalam penentuan kebijakan. Dengan asas akidah Islam akan tercetak pelajar yang berkepribadian kuat tidak mudah goyah dengan permasalahan yang dihadapi, pelajar yang akan terus mengembangkan diri karena yakin tak ada satu pun amalan yang akan sia-sia di hadapan Allah, terus berusaha dan optimis menatap masa depan.
            Namun, perjuangan mewujudkan pendidikan yang berasas akidah Islam juga harus diiringi dengan penerapan sistem Islam dalam semua aspek kehidupan, tidak parsial. Sistem yang dalam sejarah telah mengukir kegemilangan dengan melahirkan ilmuwan-ilmuwan hebat dalam berbagai bidang keilmuan. Ilmuwan yang ahli dalam agama juga ahli dalam IPTEK. Jadi sudah saatnya sistem Islam diterapkan di bumi Allah ini, bukan ideologi kapitalisme dengan sistem sekular dan liberalnya yang telah nyata menjerumuskan manusia ke derajat yang hina. Wallahu a’lam.

Nur Aini, Guru
Pare Kediri Jatim
           



Sakit


Sakit, bukan kondisi yang dirindukan, namun ketika memang Allah sudah menetapkan manusia tidak bisa berbuat apa-apa, di saat itulah kita harus menerima. Ridha dengan apa yang sudah ditetapkan Allah.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum  datang  kepadamu (cobaan) sebagaimana  halnya  orangorang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya  pertolongan  Allah  itu  amat  dekat.  (TQS.  alBaqarah [2]: 214)

Seorang muslim yang diuji dengan rasa sakit karena  duri atau yang lebih  dari  itu,  maka  Allah  pasti  akan  menebus  kesalahan-kesalahannya  karena  musibah itu,  sebagaimana  suatu  pohon menggugurkan daunnya. (Mutafaq ‘alaih).

Satu duri atau yang lebih dari itu, yang menimpa seorang mukmin, maka pasti dengan duri itu Allah akan mengurangi kesalahannya. Dalam satu  riwayat  dikatakan  “naqushshu”artinya kami  akan mengurangi. (Mutafaq ‘alaih)

Setiap musibah yang menimpa seorang mukmin, berupa  sakit yang berterusan, sakit yang biasa, kebingungan, kesedihan, kegundahan hingga  duri  yang  menusuknya,  maka  pasti  musibah  itu akan menjadi  penghapus  bagi  kesalahan-kesalahannya.  (Mutafaq‘alaih).

Namun bukan berarti penerimaan itu tidak disertai dengan upaya dan hanya diam tak berbuat. Sabar menerima ujian itu bukan berarti tidak berbuat apa-apa. Sabar dan ikhlas ketika dapat ujian, termasuk sakit, adalah sebuah kewajiban. Kewajiban ini tidak mengeleminasi kewajiban lain hingga kita memaklumi diri tidak menunaikan kewajiban lain.

Selalu mengingat perjuangan Rasulullah, pengorbanan dan kesabaran para sahabat dan salafus saleh. Mereka lah teladan terbaik dalam kehidupan.

Rasulullah manusia mulia yang dijamin masuk surga terus mengemban dakwah Islam hingga wafat
Abu Bakar Ash Shidiq  rela menahan sakit saat dalam pengejaran Quraisy dalam perjalanan menemani Rasululllah Hijrah demi keselamatan Rasulullah
Asma’ binti Abu Bakar dalam kondisi hamil menempuh perjalanan yang sulit untuk mengirim logistik Rasulullah dan Abu Bakar
Ali bin Abi Thalib tetap berangkat jihad dan menerima panji Rasulullah meski sakit mendera
Saad bin Muadz terus bertahan melindungi Rasulullah saat perang Khandaq meski tubuh terpanah, menunaikan amanah menyelesaikan masalah Bani Quraidzah

Saad bin Abi Waqas terus menunaikan tugas di medan jihad meski sakit yang teramat saat futuhat Qadisiyah.

Dan hari ini mengunjungi rumah sakit, mengunjungi pasien yang berbaring tak berdaya. Gerak dibatasi tak boleh kemana-mana. Selang infus dan oksigen menjuntai, terhubung ke tubuh yang lemah tak bertenaga. Saat itulah tubuh memang harus istirahat. Benar-benar tidak bisa berbuat apapun.

Terkadang malu, merasa sakit yang mendera adalah sesuatu yang luar biasa menyakitkan dan menyengsarakan, hingga memaklumi diri untuk menghentikan sejenak aktivitas yang terasa berat padahal wajib hukumnya. Malu dengan orang-orang mulia yang masih saja semangat meski tubuh tak punya daya. Malu dengan orang-orang yang tetap kuat saat ujian menyapa, dengan alasan yang terkadang terdengar klise di telinga : Bisa jadi ini adalah kesempatan terakhir untuk berbuat baik, kesempatan terakhir melaksanakan kewajiban.


Pare, 4 Februari 2017


`