Wednesday 30 December 2015

Di Pare Semua Ngomong Inggris ?




 Kongres Ibu Nusantara ke-3 Kediri Raya
Khilafah, Perisai Hakiki Bagi Ibu dan Anak
Terus mengopinikan khilafah



“Orang Pare  itu pinter ngomong Inggris “, “ Wah dari Pare, pasti pinter bahasa Inggris ya?”. Satu, dua, kali dikatakan seperti itu, ya sudah mengaminkan saja. Anggap sebagai doa.
Di Pare itu semuanya ngomong Inggris. Tukang becak, para pedagang kaki 5, penjual di warung, di jalanan sudah biasa pake bahasa Inggris.
Tapi benarkah demikian ?
Jawabannya, tidak sepenuhnya benar.

Orang Pare  pintar bahasa Inggris
Tidak semuanya, mungkin untuk sekadar percakapan sederhana seputar perkenalan, transaksi jual beli banyak yang bisa. Baik yang sudah pernah kursus maupun belum sudah biasa dengan percakapan tersebut. Bukan sesuatu yang tiba-tiba bisa. Setidaknya karena dua factor, terbiasa mendengar dan memang belajar. Yang jelas bagus dan banyak perbendaharaan kata adalah yang menyengaja belajar.

Terbiasa mendengar, hampir setiap kursusan program andalannya adalah membuat orang sangat percaya diri berbahasa Inggris. Hampir semua kursusan punya program outdoor, praktik di luar kelas. Bisa sekadar ngomong dengan teman tapi di luar kelas, misalnya sambil jalan-jalan barisan berpasangan sepanjang jalan ada bahan yang harus mereka obrolkan. Atau bisa juga penugasan ngobrol dengan orang yang ada di jalan. Siapa saja yang ditemui di jalan ditawari untuk diajak ngobrol. Hasilnya, dengan mudah akan didapati orang ngobrol pake bahasa Inggris.

Dan bagi yang pendengarannya normal, insya Allah lama-kelamaan hafal juga dengan obrolan mereka. Jadilah orang di Pare terbiasa mendengar obrolan dalam bahasa Inggris. Meski kadang terdengar  sumbang di telinga. Tapi tetap saja mereka percaya diri tingkat dewa.

Sengaja belajar, di beberapa kursusan ada yang sengaja mengajari masyarakat sekitar secara  gratis. Pesertanya campuran, terbanyak dari kalangan pemilik kos dan penjual. Dan sampai sekarang Alhamdulillah masih ada yang berjalan. Biasanya kelas berlangsung malam hari, seminggu sekali. Targetnya tidak muluk-muluk, tidak buta sama sekali dengan bahasa Inggris. Hasilnya lebih baik daripada yang hanya sekadar bisa karena mendengar. Tata bahasanya lebih bagus, gak asal ngomong.

Jadi wajar kan kalo di Pare itu orang biasa ngomong Inggris.
Memang bukan perkara yang tiba-tiba terjadi, tiba-tiba pintar. Ada proses panjang. Pare mulai ramai dikunjungi untuk kursus bahasa Inggris tahun 90-an.  Banyak berdiri tempat kursus mulai tahun 2000. Dan mulai dirintis awal 80-an. Sudah 30 tahun lebih.

Sebuah fakta, awalnya orang yang yang ngomong bahasa Inggris dianggap sok pitar, sok Nginggris. Namun sekarang yang tidak ngomong Inggris dianggap  ketinggalan jaman.

Jadi jangan patah semangat, menyampaikan kebaikan secara terus menerus. Insya Allah lama-lama masyarakat akan terbiasa.

Tidak jauh berbeda dengan opini khilafah. Menjadikannya sebagai opini umum membutuhkan kesabaran. Jangan terbawa emosi ketika ada yang mencela. Terus jadikan sebagai bahan kontak. Bagaimana pun khilafah adalah warisan Rasulullah saw. Pengembannya sangat lebih baik jika dibandingkan dengan perjuangan pengemban demokrasi, pengemban kapitalisme, pengemban sosialis komunis. Pejuang khilafah sangat lebih mulia jika dibandingkan dengan pejuang demokrasi, pejuang kebebasan, pejuang nasionalisme, pejuang HAM. Terus sampaikan hingga masyarakat terbiasa dan paham dengan khilafah. Mulai dari apa itu khilafah, gambaran khilafah menyelesaikan permasalahan kehidupan, cara menegakkan khilafah, meneladani Rasulullah. Sampaikan dengan bahasa yang baik dan bervariasi. Insya Allah suatu saat nanti khilafah tidak akan asing lagi.

Tentu lebih baik lagi adalah dengan mengajak masyarakat untuk sama-sama belajar tentang khilafah. Lebih mengenal dan lebih membuat masyarakat paham. Mengajak untuk bersama belajar Islam kaffah, mulai dari akidah, syariah hingga Islam sebagai ideology. Karena esensi dari khilafah salah satunya adalah penerapan Islam secara menyeluruh dalam semua lini kehidupan.

Insya Allah pada saatnya nanti umat dengan sukarela akan menerima dan meminta diterapkannya system Khilafah, tidak ada pertumpahan darah. Sebagaimana awalnya masyarakat Madinah belum pernah bertemu Rasulullah, hanya mengetahui dan mengimani apa yang beliau bawa, namun dengan kesadaran penuh mau membaiat Rasulullah dan mengangkatnya sebagai pemimpin. Tak ada penghalang antara kaum Muhajirin dengan kaum Ansar.

Pare, 30 Desember 2015

Tuesday 29 December 2015

Selamat Datang di Tulungrejo dan Pelem Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Jawa Timur


            Gerbang masuk Desa Tulungrejo Jl. Brawijaya - Masjid ITC

Liburan seperti ini suasana di Desa Tulungrejo dan Pelem Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Jawa Timur sangat ramai sekali. Banyak yang datang untuk kursus bahasa, paling banyak belajar bahasa Inggris. Hampir tiap hari rombongan berdatangan. Satu mobil, dua mobil, satu bis, dua bis dan terus saja berdatangan. Jadilah beberapa ruas jalan di Tulungrejo dan Pelem sangat ramai sekali. 

Memang saat liburan yang datang lebih banyak, namun tidak liburan pun juga banyak. Hanya sebentar ambil program kursus bahasa Inggris satu hingga dua minggu saja. Datang silih berganti.

Penyebaran tempat kursus

Karena banyak yang datang, salah satu fasilitas yang juga menjamur adalah atm. Dan paling banyak memang atm BNI, makanya di gapura selamat datang ada tambahannya “ KAMPUNG BNI INGGRIS “. Coba kalo dibaca lengkap jadinya “ KAMPUNG BANK NEGARA INDONESIA INGGRIS “ ga enak to ? Tidak terlalu kaget sih, tahun 2013 pernah dapat cerita musyawarah pamong, yang menang tender BNI. Bukan mau promo BNI, di Jalan Brawijaya dalam radius sekitar 200 meter setidaknya ada 2 atm BNI, 2 atm Mandiri, 1 atm BRI, 1 atm Muamalat jadi ada 6 atm. Di Jalan Veteran ada 1 atm Bank Jatim, dan 1 atm BNI jadi sekitar radius 500 meter total ada 8 atm. Di Jalan Anyelir sebagi pusat dan pioner kursus bahasa tidak ada sama sekali. Memang bukan jalan besar. Dan kursusan yang terletak di Jalan Anyelir memang lebih banyak yang  long program, bukan short program. Jadi mobilitas datang-pergi yang kursus tidak terlalu tinggi. 

Mengingatkan lagi, untuk yang mau ke Pare. Tentukan pilihan program sesuai kebutuhan. Jangan menghabiskan seluruh waktu untuk kursus, kursus, dan kursus. Jangan melalaikan kewajiban fardhu ain demi mengejar ilmu fardhu kifayah. Manfaatkan kesempatan di Pare untuk kebaikan, jangan merusak Pare ku.

Pare, 29 Desember 2015

Tuesday 15 December 2015

Penerangan – الإِعْلَامُ


Beberapa hari ini sering nonton acara TV saat malam hari, acaranya lebih banyak seputar menyanyi, sinetron yang settingnya sekolah tapi tak berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar, reality show, gossip, obrolan dan guyonan bersama seleb. Bisa dibilang TV banyak dihiasi acara yang tidak mungkin akan membuat kondisi bangsa ini menjadi bangkit, menjadi umat terbaik. Hampir semuanya hanya bersifat hiburan. Bahkan cenderung melalaikan. Acara yang tak kan bisa membuat anak-anak kita smart, cakap dalam kehidupan, siap mengemban amanah di pundak. Padahal ini musimnya ujian dan seleksi olimpiade matematika-sains. Rasane abooot banget nyinauni, nyanyian dan cerita sinetron lebih nyanthol di ingatan. 

Acara TV lebih mengekspos dunia selebritis dan kehidupan artis. Menjadi artis idola, terkenal, dan bergelimang harta seolah menjadi kehidupan yang ideal. Atau TV lebih dihiasi informasi  latah, booming sesaat kemudian menguap begitu saja. Bahkan terjebak pada pengalihan dari focus utama. Misal, kasus MKD-DPR. Mbulet saja. Penuh dengan ketidakjujuran dan sesumbar. Padahal ada masalah yang lebih penting, apakah pemerintah yang diwakili oleh menteri ESDM bisa tegas mengakhiri kontrak Freeport. Tidak menelikung, tiba-tiba dengan legal Freeport mengantongi ijin perpanjangan kontrak. 

Belum lagi dengan internet, informasi hoax begitu mudah menyebar. Penggunanya tak berpikir panjang tentang kebenaran berita. Menarik, bermanfaat untuk banyak orang, menjatuhkan lawan, maka sebar saja. Jadi ingat himbauan air garam dalam baskom ketika kabut asap, begitu viral menyebar. Seolah pelajaran IPA di SD tentang daur air sama sekali tak ingat. Atau berita lintah dalam kangkung. Belum lagi penyebaran foto-foto yang penuh fitnah tanpa mencari kebenarannya terlebih dahulu. 

Semuanya, hasil dari kebebasan yang kebablasan. Kebebasan berperilaku, kebebasan berpikir, kebebasan mengakses informasi. Bebas tanpa terikat pada aturan dari Sang Pencipta. 
Sangat jauh berbeda dengan suasana dalam sitem Islam, Khilafah. Dalam Sistem Khilafah, ada struktur Negara yang menangani maslah informasi, yaitu Penerangan – الإِعْلَامُ. Instansi ini bertanggung jawab atas semua informasi yang beredar dalam Negara. Instansi yang akan menjaga kewibawaan Negara, instansi yang bisa menjaga akal warga negaranya, instansi yang akan mencerdaskan dan menguatkan akidah warganya. Tidak semua informasi diumbar begitu saja. 

Sebagaimana Rasulullah saw, terkadang menyembunyikan strategi Negara, terkadang menyampaikan dengan terang-terangan. Kebijakan terkait Perjanjian Hudaibiyah dan Fathul Mekkah tidak dijelaskan dengan gamblang. Namun kebijakan dan strategi Perang Tabuk diumumkan terang-terangan jauh-jauh hari. 

Penerangan Daulah tetap memberikan kebebasan kepada warga negaranya untuk memberi dan mendapat informasi. Namun tetap dengan menggunakan batasan Islam sebagai rambu-rambunya. Informasi ghibah alias gossip, menyampaikan ide sesat,ide kufur akan dilarang. Karena memang syariat tidak memperbolehkan. Namun informasi yang bisa mengembangkan IPTEK, menguatkan ketaatan kepada Allah SWT tetap diperbolehkan. 




Pare, 15 Desember 2015