Sunday 22 January 2017

Rindu dan Tak Rindu

Ket. gambar : perjalanan Tulungagung -Kediri (Masuk wilayah Kras)


13 Januari 2017

SPBU Pelem Pare
Di belakang ada dua ibu-ibu berboncengan motor. Berebut membayar uang bensin. Yang memboceng tidak mau dibayari, sedangkan yang dibonceng bersikeras membayar. Sampai kasirnya bingung terima yang mana, akhirnya uang yang sampai di tangan kasar uang ibu yang dibonceng.

Tidak mengenal dua ibu yang berebut bayar, namun teringat dengan sebuah hadits Rasulullah saw saat perang Khaibar ( ada di bab Cinta Kepada Allah dan Rasul Nya, buku Pilar-pilar pengokoh Nafsiyah Islamiyah)
Berkata kepadaku Qutaibah bin Sa’îd, berkata kepadaku Ya’kub bin Abdurrahman dari Abû Hazim, ia berkata; Sahal bin Sa’ad ra. telah memberitahukan kepadaku bahwa Rasulullah saw. bersabda pada perang Khaibar, “Aku akan memberikan panji ini kepada seorang lelaki yang di atas tangannya Allah akan memberikan kemenangan. Ia telah mencintai Allah dan Rasul-Nya, Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya.” Berkata Sahal Bin Sa’ad, “Maka orang-orang pun pergi untuk tidur dan mereka bertanya-tanya di dalam hati mereka, siapakah di antara mereka yang akan diberikan panji oleh Rasulullah saw.” Ketika tiba waktu subuh, maka orangorang ramai menghadap Rasulullah saw. Semuanya berharap agar diberi panji oleh Rasulullah saw. Maka Rasul bersabda, “Dimanakah Ali bin Abi Thalib?” Dikatakan kepada Rasul, “Ia sedang sakit mata, Ya Rasulullah!” Kemudian  orang-orang pun mengutus seorang sahabat untuk membawa Ali bin Abi Thalib ke hadapan Rasulullah saw.  Kemudian Rasulullah  saw.  meludahi kedua  matanya  dan berdoa untuknya, maka sembuhlah ia hingga seolah-olah ia belum pernah sakit sebelumnya. Kemudian Rasul memberikan panji itu kepada Ali bin Abi Thalib. Lalu Ali berkata, “Ya Rasulallah!, aku akan memerangi mereka sampai mereka bisa seperti kita (memeluk Islam).”  Kemudian  Rasulullah  saw.  bersabda,  “Berangkatlah perlahan-lahan  hingga  engkau  berada  di  halaman  mereka, kemudian  ajaklah  mereka kepada  Islam  dan  kabarkan kepada mereka hak Allah yang merupakan kewajiban mereka. Maka demi Allah, sungguh jika Allah memberikan petunjuk kepada seorang manusia karena engkau, hal itu lebih baik bagi engkau daripada unta merah.” (Mutafaq ‘alaih).

Para sahabat harap-harap cemas, semoga yang mendapatkan kesempatan
Ali bin Abi Thalib menerima amanah, sakit tidak dijadikan alasan
Semua dilakukan demi kecintaan pada Allah dan Rasulullah yang tak ada bandingan

Merindukan orang-yang berebut dalam berbuat kebaikan
Merindukan orang-orang yang ringan menjalankan tugas yang diberikan
Merindukan orang-orang yang berharap mendapat amanah
Merindukan orang-orang yang tak suka mencari-cari alasan dengan berbagai hujah


Bogo, Plemahan

Menyapa para siswa yang sedang mengikuti kajian
Melingkar memegang Alquran di tangan
Membaca ayat Alquran secara bergantian
Memanfaatkan waktu yang masih dianugerahkan

Merindukan kajian remaja dengan pertanyaan polos khas remaja
Merindukan remaja saleh yang tidak ikut arus rusak yang sia-sia belaka

Merindukan para pecinta ilmu yang qana’ah
Merindukan para penuntut ilmu yang tak sekadar mengumpulkan tsaqafah


14 Januari 2017

Perjalanan Surabaya – Pare
Keluar ruang tunggu terminal, pandangan menyapu dari kiri ke kanan. Bis patas belum ada, namun yang antri sudah banyak sekali. Mengarahkan pandangan ke bis ekonomi. Alhamdulillah sudah ada. Tapi, bis yang sama ketika dulu masih sering PP Surabaya Pare 12 tahun yang lalu. Tanpa AC, kursinya sudah tidak normal, bagian samping sudah banyak lapisan yang berlubang, jarak antar kursi sangat sempit. Memilih bis ekonomi saja. Lebih suka dengan kendaraan tanpa AC ( maklum orang desa, naik kendaraan ber AC malah pusing tujuh keliling). Lagian Sabtu, akhir pekan. Meski naik patas jalanan pasti padat. Tidak ada bedanya. Tapi, dapat tempat duduk di bagian tengah, tempat favorit jika ada pengamen. Dan benar, beberapa kali ada pengamen. Dengan berbagai tipe, namun terlihat sehat-sehat. Dugaan kuat hampir semuanya seharusnya masih bisa mencari kerja yang lebih layak.

20 Januari 2017
Perjalanan perdana ke Tulungagung di tahun 2017
Meskipun sudah pernah merasakan sebelumnya namun sepertinya tidak separah ini.  Membuktikan apa yang selama ini menjadi keluhan para pendengar salah satu radio di Kediri. Jalur Kediri Tulungagung di Ngadiluwih, harus siap dengan segala jenis lubang di jalan. Lubang lebar, lubang dalam, lubang di pinggir, lubang di tengah, lengkap nian, jika tidak hati-hati sangat membahayakan.

Alat transportasi yang seadanya cenderung membahayakan tentu bukan yang dirindukan
Jalanan macet di akhir pekan tentu bukan keadaan yang diinginkan
Jalan berlubang di sana-sini harusnya segera ada perbaikan
Menjumpai orang-orang yang seolah sudah tidak mendapat tempat dalam mencari penghidupan

Merindukan pejabat yang amanah
Tak membiarkan rakyatnya sedikit pun mendapat masalah
Merindukan Umar bin Khaththab Sang Khalifah
Tak membiarkan seekor binatang terperosok di jalan
Memastikan rakyatnya terpenuhi hak yang seharusnya didapatkan
Tak merindukan pejabat daerah yang hanya mementingkan golongan



Pare, 21 Januari 2017

Saturday 21 January 2017

Asal Tidak Matematika, Asal Tidak Islam


Asal Tidak Matematika
Selama pelajarannya bukan matematika siswa asyik menikmati. Selama bukan matematika mereka rela molor hingga lewat batas jam pulang. Begitulah, bagi sebagian besar siswa di tempat mengajar, pelajaran matematika masih dianggap sebagai momok. Sulit, membosankan dan membuat pusing. Padahal sudah dibuat penyampaian yang paling ramah. Tetap saja ketika bertemu angka apalagi soal cerita yang bertele-tele mereka sudah terburu phobi.

Ketika pelajaran matematika, maunya sebentar saja. Soal tidak usah banyak-banyak. Inginnya cepat diakhiri. Bisa dikatakan semangat untuk berpikir, mengasah logika dan menghadapi tantangan hampir menjadi semangat yang langka. Maunya instan ga pake mikir panjang.

Asal tidak matematika siswa betah mengikuti pelajaran. Tentu tidak akan dibiarkan, terus memotivasi, memperbaiki cara penyampaian kepada siswa, menggambarkan mudahnya matematika dan peran matematika dalam kehidupan mereka kelak. Insya Allah lama-lama mereka pasti paham. Jika tidak saat di sekolah dasar, semoga kelak di saat pemikiran mereka semakin dewasa mereka akan tahu mengapa harus belajar matematika, mengapa muslim harus berilmu, mengapa muslim harus semangat belajar. Sementara memaklumi saja, mereka masih sekolah di madrasah ibtidaiyah, sekolah dasar, jadi jika cenderung berpikir pendek itu berbanding lurus dengan usia mereka. Mereka belum sepenuhnya paham mengapa harus belajar matematika, mereka masih menuruti rasa takut pada kesulitan.

Asal Tidak Islam
Dan saat ini sedang ramai bendera merah putih yang dihiasi kalimat tauhid. Langsung saja dianggap sebagai tindakan yang tak terpuji, menodai lambang Negara. Padahal ketika merah putih dihiasi tulisan selain kalimat tauhid tidak masalah. Mau dihiasi apa saja tidak masalah, asal tidak berhubungan dengan Islam. Jika berhubungan dengan Islam seolah itu tindakan kejahatan yang luar biasa. Seolah apa yang berhubungan dengan Islam dianggap menodai negeri ini.

Menolak pemimpin kafir, meminta penista agama diadili, menggunakan kalimat tauhid penghias panji Rasulullah saw, mengibarkan ar rayah dan al liwa’ yang merupakan panji Rasulullah dianggap sebagai tindakan yang memaksakan kehendak, merusak kebinekaan, mengkhianati NKRI.

Membela diri dari kedzaliman, mempertahankan diri dari serangan, membela Alquran dan agama Islam dianggap sebagai kesewenangan dan tidak punya kepedulian. Suara ulama dan umat pun tak didengar. Karena semuanya ada membawa tuntutan Islam.

Sangat berbeda, penyerang jamaah salat Idul Fitri diundang ke Istana, para selebritis perusak generasi diajak duduk bersama dan para pelawak yang membuat hati mati karena hanya menyampaikan candaan yang penuh dusta didengarkan suaranya.

Ya, selama itu berlabel Islam akan ditolak dan sekuat tenaga akan dicari kesalahannya. Dan selama itu tidak menyandang label Islam, sekejam dan sebrutal apapun perbuatannya masih dikatakan sebagai bagian dari kebebasan. Asalkan bukan Islam tangan para pengkhianat rakyat akan terus terulur, siap melindungi, memfasilitasi dan menjamin apapun yang dilakukan.

Apa yang dilakukan kaki tangan kapitalis, sebenarnya menunjukkan ketakutan mereka pada kebangkitan Islam. Sedikit saja ada hal berbau Islam, mereka kalang kabut. Sikap reaktif untuk membendung Islam semakin membuktikan sebenarnya mereka tidak paham dengan Islam, atau mereka salah paham dengan Islam. Islam bukan agama dan ideology yang menakutkan dan harus ditakuti.
Islam adalah rahmat untuk seluruh alam, bukan sekadar rahmat untuk umat Islam. Islam adalah agama sempurna, mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam tidak memaksa seluruh manusia untuk memeluk Islam, bahkan dalam system pemerintahan Islam, yaitu Khilafah, setiap warga Negara baik muslim maupun nonmuslim akan mendapat jaminan kehidupan. Islam membiarkan nonmuslim hidup dalam naungan daulah khilafah, menjamin hak mereka.

Jika ada upaya untuk mencitrakan Islam sebagai sesuatu yang menakutkan, dan semua yang berhubungan dengan Islam layak untuk dicurigai, dikriminalkan adalah upaya murahan, bukti ketidakmampuan terus  konsisten menjamin kebebasan. Bisa dikatakan, semuanya bebas berbuat, tapi jangan bawa-bawa Islam, meski hanya sebatas labelnya saja.

Apakah ketidakadilan terhadap Islam akan dibiarkan begitu saja? Tentu tidak. Apakah ketidakadilan terhadap Islam dihadapi saja dengan kekerasan? Tentu tidak. Umat Islam saat ini sedang menghadapi ujian, jika tidak menghadapi ujian dengan bijak hanya akan menimbulkan perpecahan. Dan persatuan umat akan semakin sulit diwujudkan, musuh Islam pun bertepuk tangan.

                Apa yang harus dilakukan? Berdakwah, menyeru pada Islam, mengajak pada kebaikan, mencegah kemungkaran. Berinteraksi dengan seluruh manusia yang ada di sekitar, memahamkan umat akan konsekuensi syahadat, kewajiban terikat pada syariat serta tunduk pada aturan Allah SWT dan Rasulullah saw. Mengingatkan, dunia bukan segalanya, ada akhirat yang menunggu. Menyampaikan hanya Islam yang layak diterapkan, hanya Islam yang akan memberikan rahmat untuk seluruh alam, bukan yang lain.

Pare, 20 Januari 2017



Tuesday 10 January 2017

Maksiat Itu Begitu Dekat


Dahulu ketika memberi contoh akibat gaul bebas selalu dari kota besar  yang nun jauh di sana
Hamil di luar nikah, perselingkuhan, perbuatan zina kabar yang masih asing di telinga
Dahulu ketika melintas di Jalan Irian Barat  Surabaya  terasa gundah gulana
Benarkah ini jalan yang di malam hari terkenal dengan pangkalan waria
Dahulu kemaksiatan masih jarang dan langka
Dahulu pelaku maksiat masih malu menampakkan muka

Sekarang semuanya berbeda
Gaul bebas, zina, hamil di luar nikah seolah menjadi kemaksiatan yang biasa
Tak perlu memberi contoh jauh-jauh karena di dekat sini juga ada
Semalam ada kabar seseorang  digelandang polisi karena dituduh memperkosa
Padahal kabar burung yang beredar bukan perkosaan namun suka sama suka
Dan jalan Irba tidak hanya milik Surabaya karena Pare juga punya  jalan Jaya Wijaya

Kemaksiatan itu begitu  dekat di depan mata
Kebebasan perilaku itu semakin nyata
Dunia seolah dianggap segalanya
Akhirat seolah tidak ada

Liberalisme itu semakin menggurita
Pola pikir sekular memisahkan agama dari kehidupan diagungkan bak dewa
Kapitalisasi kemaksiatan menjadi jalan meraih harta
Semuanya sah-sah saja selama dianggap ada manfaatnya
Hukum syara’ dicampakkan begitu saja
Barang siapa melihat kemungkaran maka wajib mengubahnya
Dengan tangan/kekuasaan  jika kuasa dengan lisan jika bisa
Dan selemah-lemahnya iman hanya dengan berdoa
Terus berdakwah bersama jamaah hingga mengubah pemahaman salah yang ada
Bersama jamaah berdakwah politik dan pemikiran tidak terjebak aktivitas pragmatis  yang sia-sia
Mengajak umat agar menerapkan syariat dalam bingkai Negara
Terus muhasabah kepada penguasa
Mengingatkan agar menerapkan hukum Allah semata
Mengajak umat dan para pemilik kekuasaan untuk menegakkan khilafah rasyidah yang mulia
Sabar, ikhlas, istiqamah meski masalah mendera
Hingga kelak maut menjemput ketika mata menutup selamanya



Pare, 10 Januari 2017






Wednesday 4 January 2017

Fitsa Hats, Hadlarah, Madaniyah, Af’al, Asy-ya’


Mengikuti tren kekinian
Insya Allah jika tidak salah mengingat hanya sekali makan fitsa dari fitsa hats, itu pun karena dapat hadiah, diberi dua paket, dan dimakan bareng-bareng dengan teman satu kos. Kesan pertama, enak tapi eneg. Memang ilat ndeso, paduan keju, sayuran, daging dan bahan fitsa bukanlah makanan paling nikmat di dunia, masih nikmat sambel penyet Pak Yoko di Gebang ( dipanggil pak Yoko karena salah satu tangan beliau tidak normal, katanya seperti Yoko di film Pendekar Rajawali, entahlah sudah agak lupa, film jaman masa kecil dulu), jualan Pak Yoko selalu laris manis.
Kembali pada mencuatnya fitsa hats, banyak sekali muncul ejekan, hujatan dan olokan.
Katanya tidak konsisten, menolak pemimpin kafir tapi bekerja pada orang kafir
Anti dengan orang kafir tapi pake produk orang kafir
Muncul juga cap-cap : otak udang, sumbu pendek, otak onta
Terkadang miris dengan orang-orang seperti ini, terkadang malah kasihan dengan orang-orang seperti ini. Namun setidaknya ini semakin membuka mata, dakwah menyampaikan pemikiran Islam amat sangat dibutuhkan saat ini. Agar tidak terus muncul pemikiran rendahan, berulang terus.
Harus terus belajar agar bisa bijak menyikapi masalah dan bijak menyampaikan ke tengah umat.
Harusnya berpikir dulu sebelum menyampaikan pendapat, harusnya belajar dulu bagaimana hukum fakta tersebut menurut Islam, karena Islam agama sempurna maka Islam bisa menjawab semua permasalahan, Islam bisa menyelesaikan semua permasalahan.
Harusnya belajar dulu :
Bagaimana hukumnya bekerja pada orang kafir
Bagaimana hukum seputar ijarah
Apa saja hukum seputar muamalah
Bagaimana hukum memanfaafkan benda ( asy ya')
Bagaimana hukum asal perbuatan (af’al) manusia
Apa saja yang terkategori hadlarah
Apa saja yang terkategori madaniyah
Bagaimana hukum mengangkat dan memilih peminpin kafir
Semoga bisa menjadi pengingat untuk terus belajar dan terus menyampaikan.

Serulah kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk ( TQS : An Nahl [16] : 25)

Pare, 4 Januari 2017



Monday 2 January 2017

Tak Selamanya Mendung , Tak Selamanya Hujan



Ket gambar : 30 Desember 2016, kunjungan terakhir ke Tulungagung di tahun 2016
Ngadiluwih Kediri 09.14 am, menuju Tulungagung. Mendung  gelap di arah selatan dan hujan dari pagi hingga sore merata saat pulang. Tulungagung – Kediri – Pare.



Mendung  bisa jadi hujan
Kadang mendung tak berakhir hujan
Kadang terang setelah mendung menutupi awan

Jika hujan bersiaplah
Jika hujan tak perlu merasa susah
Jika terang  jangan dianggap tak ada masalah

Begitu juga dengan hidup di dunia
Kadang bahagia
Kadang duka
Namun tak selamanya bahagia itu ada
Namun tak selamanya duka menyapa
Bahagia dan duka beriring  datang pada waktunya

Kadang  rasa malas menggoda
Kadang rasa putus asa berkuasa
Kadang kegagalan mendera
Kadang masalah  serasa tak ada habisnya

Kadang bahagia membuat lupa diri
Kadang nikmat membuat  hati tertutupi
Kadang suka cita membuat lalai


Tak selamanya hidup itu terus bahagia
Tak selamanya hidup itu terus diselimuti duka
Menerima itu semua telah ditentukan waktunya
Menerima dengan ikhlas dan sabar ketika ujian tiba
Tetap bersyukur dan taat kepada Allah ketika bahagia

Tetap mengingat hidup di dunia hanya sementara
Tetap mengingat akhirat akan abadi selamanya


Pare, 2 Januari 2017