Friday 28 April 2017

Behind The Scene : Sosialisasi Panji Rasulullah Pare


Alhamdulillah rangkaian acara masirah panji Rasulullah telah usai. Ada banyak aktivitas, konvoi panji rasulullah, masirah dan tabligh akbar dan Indonesia khilafah forum. Acara dengan tujuan mengenalkan oanji Rasulullah, mengingatkan pentingnya persatuan umat di bawah naungan panji kalimat tauhid. Mengingatkan konsekuensi syahadah sebagai muslim.

Alhamdulillah ada ratusan ribu massa yang ikut serta di seluruh penjuru tanah air. Massa riil bukan massa mengambang apalagi massa bayaran. Memang ada hambatan di beberapa tempat. Namun itu semua bukanlah halangan berarti. Selama masih berada dalam thariqah dakwah Rasulullah, yakin bahwa pertolongan Allah itu pasti dan dekat.

Ketika ada yang masih menghambat, menjadi PR untuk tidak terpancing, tetap sabar menyampaikan. Ketika ada yang masih salah paham, tetap sabar untuk menjalin komunikasi. Sabar dengan ujian, sabar dengan kesempatan yang masih terbuka di hadapan. Terus bersabar dengan dakwah.

Dakwah adalah bentuk kepedulian, bentuk kecintaan kepada sesame muslim. Dan dakwah membutuhkan dukungan semua elemen umat.

Alhamdulillah, di Pare juga mengadakan sosialisasi panji Rasulullah. Bukan kegiatan yang luar biasa, namun sambutan luar biasa terlihat dari respon masyarakat di saat pelaksanaan kegiatan dan juga merespon reportase agenda yang dimuat di FP Dakwah Kediri Raya. Jumlah share yang lumayan banyak untuk agenda di kota kecil. Dan respon yang luar biasa ini tentu juga karena adanya dukungan banyak pihak.

Memilih sosialisasi dengan gowes, karena di Pare sepeda memang menjadi alat transportasi yang biasa dipakai. Gowes bias menjangkau gang sempit, dan yang pasti ramah lingkungan serta murah meriah.
Memilih sore hari karena saat itulah biasanya jalanan di Kampung Inggris lumayan ramai. Namanya juga sosialisasi, ya memilih saat banyak orang, memang sengaja “pamer” dan caper.

Seharusnya melibatkan peserta yang lebih banyak, namun hujan deras di berbagai wilayah sekitar Pare membuat beberapa peserta membatalkan. Alhamdulillah masih bisa terlaksana.

Ada yang meminjamkan sepeda, ada yang meinjamkan jas hujannya, ada yang membantu persiapan saja, ada yang membantu menyeberangkan di jalan besar, ada yang bantu mengambil gambar, ada yang merekam, ada yang sebar flyer, ada yang bantu jaga anak-anak di rumah, ada yang bantu ini itu. Ada banyak dukungan dan bantuan yang tidak bisa disebut satu persatu, namun yang pasti Allah Maha Tahu dan malaikat sudah mencatat. Tidak ada yang sia-sia.
Acara yang seharusnya start jam 16, harus tertunda menunggu hujan reda. Dan akhirnya bisa terlaksana pukul 16.45. Sudah sore, rute diperpendek. Semua bersedia tetap gowes dengan mengenakan jas hujan, karena rintik hujan masih menghiasi. Dan Alhamdulillah jas hujannya seragam, hanya satu yang berbeda.

Begitu juga dengan reportase. Tidak ada reportase jika tidak ada kegiatan, dan tidak akan diketahui banyak orang tanpa reportase dan publikasinya yang massif. Maka, meskipun tidak muncul dalam reportase, yang membuat reportase lah yang juga memegang peranan penting. Belum lagi editing sebelum reportase, memerlukan pengorbanan waktu dan tenaga.

Begitulah, ada banyak peran dalam sebuah agenda, terutama agenda dakwah. Masing-masing mempunyai peranan sendiri, peranan yang saling mensubtitusi. Apapun peranan kita dalam dakwah dan kebaikan yang lainnya, semoga tetap istiqamah dan berusaha menjaga keikhlasan.


Pare, 28 April 2017




Wednesday 26 April 2017

Bunuh Diri Bukan Solusi

Dan janganlah kamu membunuh dirimu ( An nisa 29)

Peristiwa  bunuh diri sepasang suami istri di Blitar membuat warga gempar. Kasus perselingkuhan diduga sebagai latar belakangnya. Ini bukan kasus pertama yang terjadi, pertengan tahun 2016 masyarakat Kras Kediri juga dikejutkan dengan ditemukannya sepasang suami istri yang tergelatak dan didekatnya terdapat cairan beracun, malu dengan hutang membuat mereka memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Juga belum hilang dari ingatan, remaja tanggung yang melompat di jembatan di atas Sungai Brantas di Jombang. Sungguh peristiwa-peristiwa yang membuat miris. Tidak kuat dengan beban hidup, seolah bunuh diri dianggap sebagai solusi.
Padahal sebagai umat beragama, keyakinan adanya kehidupan akhirat seharusnya menjadi pengingat, hidup di dunia hanyalah sementara. Akan ada kehidupan akhirat yang abadi, semua hal akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Tipisnya iman menjadi salah satu pemicu tingginya kasus bunuh diri. Hal ini sangat wajar terjadi ketika aturan  kehidupan ini terpisah dengan aturan agama, atau dengan kata lain sekularisme menjadi gaya hidup masyarakat. Di satu sisi iman manusia semakin tergerus, di sisi lain permasalahan hidup yang muncul dari buruknya pengurusan urusan rakyat juga menjadi pemicu semakin tertetekannya masyarakat. Dengan semakin liberalnya kebijakan penguasa, masyarakat dituntut untuk bersaing dalam mepertahankan hidupnya. Sikap individualisme membuat beban tiap orang semakin berat.
Oleh karena itu, upaya untuk menguatkan keimanan mutlak dibutuhkan. Selain itu perubahan sistem tata kelola Negara juga sangat diperlukan. Prinsip reinventing government atau pemerintahan wirausaha mendudukkan pemerintah sebagai pihak regulator semata, fungsi pelayanan dan pengurusan urasan rakyat semakin kecil. Akibatnya Negara semakin berlepas tangan dan rakyat semakin terbebani. Paradigm pengelolaan Negara seperti ini harus dibuang jauh-jauh. Mengelola Negara demi kemaslahatan rakyat harusnya menjadi pijakan, dengan begitu rakyat juga akan tenang serta tentram, tak sedikit pun tersbersit keinginan untuk bunuh diri.
                                                                          
Nur Aini – Guru

Pare Kediri Jawa Timur

Monday 24 April 2017

Komentar Singkat Untuk DI : Akhirnya Tuntutan 2 Tahun


19 April 2017
Ikut sebentar acara pertemuan keluarga besar pengurus YPSM Kabupaten Kediri, tempat di salah satu pengurus yang tinggal di Pare. Jadi dikit-dikit ikut sok sibuk.
Sambutan salah satu pengurus : bla… bla..bla… Salah satunya menceritakan kabar terbaru tentang perkembangan kasus Pak Dahlan Iskan. Pak Dahlan Iskan salah satu dewan penasehat pusat YPI PSM yang berpusat di Takeran. Awal Pak DI menjadi tahanan kemudian juga beralih menjadi tahanan kota, waktu itu memang sempat ada pernyataan tidak resmi dari pengurus PSM akan memberikan dukungan kepada Pak DI.
Menutup sambutan, memimpin doa untuk Pak Dahlan semoga keputusan pengadilan seadil-adilnya.

Dan ternyata, dituntut 2 tahun.
Tidak berselang  lama dari tuntuan jpu utk Ahok yang 1 tahun dengan 2 tahun percobaan.

Dahlan Iskan, bukan orang yang asing untuk sekolah/madrasah di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Pesantren Sabilil Muttaqin ( dulu Yayasan Pesantren Sabilil Muttaqin/YPSM). Setiap ada kunjungan ke Kediri biasanya ada pemberitahuan dan undangan untuk menghadiri forum bersama, namun sampai saat ini belum pernah ikut, selalu bersamaan dengan agenda lain.

Hampir setiap HUT YPSM, DI datang ke Takeran, termasuk pula dahulu ketika ada kecelakaan mobil listrik, di lereng Gunung Lawu awal 2013, itu juga dalam rangka kunjungan ke Takeran, pada waktu itu ada acara.

Terakhir acara PSM , Festival Kesenian dan Olah Raga se Indonesia pertengahan September 2016, tidak dihadiri pak DI karena sudah dalam tahanan kota.

Prestasi siswa MI AL HIDAYAH YPSM TULUNGREJO PARE dalam Feskora PSM


 Juara I MTQ (paling kanan)

Juara I Sprint 100m (paling kanan)

Juara Harapan II Hifdzil Quran  (paling kiri)

Secara pribadi, salut dengan pilihan jalan hidup DI, meski ada pemikiran yang tidak sepenuhnya sepakat. Terlepas dari itu, jika melihat perjalanan hidup DI dalam film Sepatu Dahlan, memang penuh liku. Melalui masa kecil dengan perjuangan. Maka tidak heran, secara profil beliau terlihat sederhana. Sumbangsih untuk YPI PSM pusat dan beberapa sekolah juga tidak perlu dipertanyakan lagi. Namun memang tidak semua sekolah di bawah PSM mendapat fasilitas.

Berbeda dengan sekolah Islam yang berada di bawah naungan Ma’arif yang khas punya NU, atau sekolah Muhammadiyah, PSM bisa dibilang yayasan Islam netral. Pengurus dan pengajarnya dari berbagai ormas, dari berbagai latar belakang pemikiran Islam, dari berbagai gerakan Islam. Kelebihannya tidak ada “ashobiyah”, kekurangannya pernah  mendengar kabar burung ada yang tidak mau menyekolahkan anaknya di YPSM, katanya gak jelas ikut madzab apa, tidak diajari cara mendoakan orang tua yang sudah meninggal. Memang menjadi kekurangan karena masih rendahnya taraf berpikir umat, kebiasaan menjadi taqlid amm. Dianggap aneh ketika guru mempersilakan siswa menggunakan bacaan salat yang tidak sama dengan buku.  Belum dewasa menghadapi ikhtilaf dalam masalah furu’.

Kembali tentang tuntutan 2 tahun untuk Pak DI. Jika mempertimbangkan track record beliau memberikan potensi terbaik untuk negeri ini, terlihat sangat tidak adil, terkesan mencari-cari masalah agar bisa dikasuskan. Apalagi ketika berseberangan dengan penguasa atau anteknya, akan mudah dibuang begitu saja (hampir mirip dengan kondisi perpolitikan di Kediri yang masih dikuasai Dinasti bertahan).

Memang itulah prinsip politik dalam ideology kapitalisme, tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada adalah kepentingan bersama. Selama masih mempunyai kepentingan bersama akan bersimbiosis mutualisme. Maka tak heran, politikusnya pun sering menjilat ludah sendiri, plin-plan, isuk dele sore tempe, jilat sana-sini. Ini wajar, karena memang yang menajdi landasan dalam ideology kapitalisme adalah sekularisme alias fashluddin anil hayah alias memisahkan agama dari kehidupan. Tak peduli halal haram, asalkan mendapat kemanfaatan akan dilakukan, aturan agama dianggap sebagai hambatan. Dan jika ada yang alergi politik karena melihat fakta politik di negeri ini sangat wajar.

Islam berbeda dengan itu. Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyâsah, artinya: mengurusi urusan, melarang, memerintah (Kamus al-Muhîth, dalam kata kunci sâsa). Nabi saw. menggunakan istilah politik (siyâsah) dalam salah satu hadisnya:
«كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ اْلأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ»
Bani Israil itu diurusi urusannya oleh para nabi (tasûsu hum al-anbiyâ’). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada banyak khalifah. (HR Muslim).
Jadi, politik artinya adalah mengurusi urusan umat. Berkecimpung dalam dunia politik berarti memperhatikan kondisi kaum Muslim dengan cara menghilangkan kezaliman penguasa dan melenyapkan kejahatan kaum kafir atas mereka. Politik Islam berarti mengurusi urusan masyarakat melalui kekuasaan, melarang dan memerintah, dengan landasan hukum/syariah Islam (MR Kurnia; Al-Jamaah, Tafarruq dan Ikhtilaf, hlm. 33-38).

Islam: Gerakan Keagamaan dan Politik
Sebagai gerakan keagamaan, Islam sudah disepakati oleh semua kalangan. Artinya, Islam merupakan ajaran ritual, spiritual dan moral. Islam mengandung ajaran ritual seperti shalat, zikir, puasa, dll. Islam juga mengajarkan spiritualitas dan moral seperti sabar, tawaduk, istiqamah, berpegang pada kebenaran, amanah, dll.
Siapapun yang menelaah sirah Nabi saw., baik yang ada dalam as-Sunnah maupun al-Quran akan menyimpulkan, bahwa dakwah yang dilakukan oleh Beliau dan para Sahabat, selain bersifat ritual, spiritual dan moral, juga merupakan dakwah yang bersifat politik.

Lengkapnya bisa dibaca di Gerakan Politik Rasulullah saw




Thursday 20 April 2017

Menunggu Old Trafford di Jakarta

Sumber gambar : unitedindonesia.org

Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya ia berkhianat. (HR Bukhari)

Materi pelajaran Alquran Hadits Kelas 5 Semester II Madrasah Ibtidaiyah
Hadits yang isinya jelas. Dan beberapa akibat melekatnya ciri munafik dalam diri seseorang : bimbang dalam keputusan, tidak mendapat kepercayaan dari orang lain, mendapat siksa kelak di akhirat.


Itu yang disampaikan kepada siswa kelas 5. Setidaknya mendidik mereka sejak dini agar bisa menghindari sifat orang munafik.


Tidak seperti para pejabat dan penguasa yang saat pemilu mengemis suara rakyat, mengumbar janji manis. Namun setelah terpilih mereka seolah amnesia. Begitu mudahnya ingkar janji dengan berbagai alasan. Katanya membela wong cilik malah semakin menyengsarakan, katanya menyejahterakan malah menjerumuskan, katanya amanah malah khianat dengan berpihak pada kepentingan swasta dan asing, katanya mewujudkan kemandirian malah terjebak pada utang berkedok investasi dan hibah, malah disetir kebijakannya. Harus cabut subsidi ini, naikkan itu, palak ini, palak itu. Sungguh lengkap tanda orang munafik ada pada mereka.

Harga mahal system demokrasi. Mahal pembiayaannya, hanya melanggengkan penguasa yang munafik. Rakyatlah yang harus membayarnya.

Dan setelah cukup lama energi, pikiran dan harta umat tercurah untuk pilkada DKI, mari kita lihat bersama, setelah segala upaya dilakukan agar orang kafir tidak berkuasa namun tidak ada perubahan sistemik akankah pemimpin muslim bisa bertahan dengan pembelaan terhadap umat Islam. Akankah bertahan untuk mengingat perjuangan umat Islam mengantarkan mereka pada tampuk kekuasaan

Akankah ada perumahan dengan DP 0
Akankah ada stadion setaraf old trafford
Akankah reklamasi dihentikan
Akankah alexis tuntas ditutup
Akankah Islam tidak dinistakan
Akankah syariat menjadi pijakan



Tuesday 18 April 2017

Belajar, Mengajarkan,Mengamalkan Alquran


“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”

Salah satu tahap belajar Alquran adalah belajar membaca dengan memperbaiki makhraj huruf. Dan salah satu hal yang dibutuhkan untuk menyempurnakan pengucapan makhraj adalah adanya gigi dan gerak lidah yang leluasa.

Jadi mumpung belum ompong teruslah belajar makhraj huruf hijaiyah
Selama lidah belum kelu jangan menyerah

Alternative sumber belajar makhraj dan sifatul huruf :

Alhamdulillah, semangat kaum muslimin untuk belajar Alquran, mengajarkan dan menghafalkannya semakin tinggi.
Harus ditambah lagi dengan semangat untuk menerapkan isi Alquran dalam kehidupan. Karena Alquran adalah petunjuk hidup.


Namun sayang banyak isi Alquran yang saat ini belum sepenuhnya diterapkan.
Zina jelas diharamkan namun boleh saja dilaksanakan asal tidak mengganggu orang lain
Miras boleh asal tidak membuat keributan
Riba boleh asal sama ridlanya
Membuka aurat boleh
Memberikan pengelolaan SDA kepada asing boleh
Menistakan Alquran boleh
Menghujat ulama boleh
Memfitnah ulama hanif boleh
Semuanya boleh, yang penting tidak menerapkan Alquran dan syariat Islam
Karena begitulah aturan dalam system kapitalis

Maka yang ingin menyempurnakan kecintaan kepada Alquran, merindukan  mengamalkan Alquran, hendaknya juga ikut memperjuangkan diterapkannya Alquran dalam kehidupan, dengan meneladani Rasulullah dan para sahabat, menerapkan Islam kaffah dalam naungan khilafah.


Saturday 15 April 2017

Mau Sukses di Dunia dan Akhirat Jangan Suka Telat

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu ( TQS : Al Maidah ayat 1)

Nunggu acara pembukaan kompetisi sains madrasah
Dari pagi menunggu akhirnya lelah

Satu persatu peserta meninggalkan tempat upacara
Mencari tempat yang nyaman dirasa
Yang membuka acara masih di jalan katanya
Entah posisi ada dimana

Kenapa masih ada pejabat yang suka telat
Banyak urusan dan amanah harusnya bukan alasan yang tepat
Semua bisa diatur dengan cermat
Memperkirakan waktu dengan tepat

Tidak hanya pejabat, rakyat juga harus bisa tepat waktu
Jangan mendzalimi yang sudah menunggu
Yang sering telat harusnya malu
Yang tidak pernah telat pertahankan selalu

Dispilin itu sebagian tiket menuju keberhasilan
Tepat waktu menepati akad ciri orang beriman
Insya Allah sukses dunia ada dalam genggaman
Keselamatn di akhirat pun juga ada di hadapan


Doko – Kediri, 15 April 2017






Monday 10 April 2017

Bahaya ACFTA dan MEA : Hizbut Tahrir Pernah Mengingatkan

               Cirebon menuju Purwokerto

Cirebon, 9 April 2017 dari stasiun menuju tempat tujuan, naik  taksi.
Sopirnya baru  2 bulan menjadi sopir taksi, asli Cirebon. Keluarganya tinggal di Klaten. Sebelumnya sudah 22 tahun menjadi karyawan di bagian sekuriti di salah satu cabang perusahaan Panasonic di Bekasi. Menceritakan awal peralihan menjadi sopir, memboyong keluarganya dari Bekasi ke Cirebon, namun keluarga tidak betah, akhirnya pindah ke Klaten ke keluarga istri dan memutuskan untuk tetap jadi sopir taksi di Cirebon. LDR

Bercerita tentang banyaknya perusahaan yang gulung tikar sebagai akibat serbuan barang impor terutama dari Cina. Barang dari Cina bisa dengan mudah didapatkan masyarakat dengan harga yang sangat murah, masalah kualitas jangan ditanyakan, rendah. Sempat terucap tentang rasa pesimisnya bagaimana nasib generasi yang akan datang jika asing terus menggerogoti perekonomian dalam negeri, barang-barang yang sepele semisal jarum dan peniti saja sudah dikuasai asing, bagaimana nasib industri dalam negeri.

Lanjut tentang masalah angkutan transportasi umum aplikasi online. Memang di Cirebon belum ada, masih bisa mengajukan penolakan. Namun Bapak ini menyadari, memang suatu saat nanti harus menyesuaikan.  Mengakui system aplikasi online sangat memudahkan penumpang. Ngomongnya ngalor ngidul ngetan ngulon.

Serbuan barang dari Cina bukanlah sesuatu yang mendadak ada, jauh-jauh hari sudah ada ACFTA dan ini legal. Kebijakan yang disetujui oleh penguasa, penguasa yang dipilih rakyat, penguasa yang saat kampanye katanya akan menyejahterkan rakyat. Omong kosong, penipu. Sungguh penguasa yang dzalim semacam ini akan berat siksa di akhirat kelak.

Hizbut Tahrir Indonesia sebagai partai politik akan terus mengingatkan. Berdakwah menyampaikan bagaimana politik Islam bagaimana seharusnya pemerintah mengurus rakyatnya, bagaimana seharusnya system perekonomian dijalankan. Termasuk pula mengingatkan bahaya ACFTA, bahaya MEA. Mengapa penguasa begitu tega mengambil kebijakan dzalim, mengapa secara sistemik Negara begitu leluasa mendzalimi rakyat, begitu mudahnya memberikan potensi negeri ini kepasa Asing penjajah, baik itu Cina maupun Negara-negara Barat pengusung ideology kapitalisme. Silakan dicek di website resmi HTI : www.hizbut-tahrir.or.id

Tidak hanya mengingatkan masalah di bidang ekonomi, Hizbut Tahrir juga sering menyampaikan nasehat dan muhasabah di bidang yang lain. Ini semua bukan karena ada pihak-pihak yang berkepentingan yang menyetir gerak dakwah HTI, bukan. Ini semua dilakukan demi kecintaan kepada negeri ini, cinta hingga mati, tak akan rela melihat bumi pertiwi semakin karut-marut karena penguasa yang dzalim, penguasa kapitalis yang mengabaikan syariat Allah.

Jadi jika ada yang bilang dakwah dalam rangka melanjutkan kehidupan Islam ini sebagai bentuk pengkhianatan adalah tuduhan yang sangat keji, tuduhan tanpa bukti. Tuduhan murahan.

Jika ada yang menuduh dakwah ini hanya omong kosong belaka harusnya berpikir lebih mendalam lagi. Hizbut Tahrir adalah partai politik, kiyan fikri /intitusi pemikir, bukan kiyan tanfidi/ institusi pelaksana. Partai politik berkewajiban amar makruf nahi munkar, bukan eksekutor pelaksana. Negara lah yang mempunyai wewenang untuk menerapkan aturan. Negara lah yang seharusnya menjadi pihak yang memastikan semua urusan rakyat terpenuhi.

Insya Allah, hingga saatnya nanti, dakwah untuk mengingatkan, mengajak, dan terus menerapkan Islam kaffah akan terus berlangsung. Dakwah menguatkan akidah, mengajak terikat pada hokum syara’, dakwah melanjutkan kehidupan Islam, mengenalkan system pemerintahan Islam, system pergaulan dalam Islam, system perekonomian Islam, system keuangan Negara khilafah, system sanksi, system peradilan, system pendidikan dan seterusnya akan tetap dilakukan.

Dan jika saat ini tengah ada kampanye pengenalan panji Rasulullah, itu hanya satu dari sekian banyak target dakwah, mengenalkan panji Rasulullah, panji tauhid, panji yang pernah menyatukan umat Islam. Agar umat semakin mengenal Islam, agar umat semakin rindu dengan warisan Rasulullah, agar umat ingat dan rindu persatuan umat Islam.


Kebumen  ,10 April 2017

Sunday 9 April 2017

Sepatu Pare Main ke Cirebon : Jangan Pertanyakan Betapa Cinta dengan Negeri ini.



Tidak hanya satu dua kali ketika bepergian saat naik bis, langsung ditanya : “ Mengajar dimana?”. Jadi mikir , kenapa bisa langsung ditanya seperti itu. Mungkin melihat saya  bersepatu formal jadi menebak kalo saya mengajar. Memang kemana-mana lebih sering bersepatu, bukan karena pamer tapi memang punyanya sepatu. Sandal juga punya, tapi punyanya sandal jepit. Pernah punya sandal yang lumayan harganya, hilang sebelah terbawa aliran air saat bertamu, memang hujan sangat deras, tidak menduga akan hilang sebelah, mau beli lagi mikir-mikir anggaran. Dan karena memang lebih sering membutuhkan sepatu akhirnya memilih beli sepatu lebih dari satu. Saat ini memiliki dua pasang sepatu hitam dan sepasang sepatu coklat. Alhamdulillah semuanya beli di Pare saja, murah meriah tapi awet bertahun-tahun. Tinggal rajin menyemir saja.

Ya, sepatu produk local. Bukan sepatu impor, bukan sepatu bermerk dengan harga selangit. Namun kualitasnya insya Allah bisa bersaing. Lebih memilih sepatu Pare, selain harganya terjangkau, kualitas bisa diandalkan juga sebagai bukti bahwa masih peduli dengan produk dalam negeri.

Bimbo pernah punya lagu :
“Aku cinta anda cinta buatan Indonesia”
Masihkah berlaku?

Dulu Wapres pernah mengkampanyekan sepatu local terutama di kalangan pejabat, sekarang seberapa banyak pejabat yang masih bertahan? Seberapa banyak masyarakat yang tidak tergoda dengan produk impor yang murah harganya ?

Maka jika menggunakan produk dalam negeri dijadikan sebagai salah satu indicator cinta negeri, jangan meragukan besarnya cinta pada negeri ini. Mungkin dari seluruh barang, hanya  25% saja barang yang saya miliki adalah produk luar negeri. Selama masih ada produk dalam negeri, ya lebih memilih buatan dalam negeri. Memang mubah-mubah saja, mau milih yang mana.

Memang mengukur cinta pada negeri ini hanya sebatas pada produk yang digunakan tidaklah menjamin. Kecintaan pada negeri ini cukup dibuktikan dengan seberapa banyak kepedulian kita akan keselamatan penduduk negeri ini di dunia dan akhirat. Di dunia melaksanakan syariat Allah Al Khaliq Al Mudabbir, di akhirat mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan di dunia. Mengajak untuk menyembah hanya kepada Allah, menjauhi syirik. Mengajak untuk manusia untuk terikat pada aturan Allah bukan malah mengabaikannya. Mengajak untuk menutup aurat, mengajak menjauhi minuman keras, mengajak menjauhi zina, mengajak meninggalkan riba, mengajak untuk mengelola negeri ini sebagaimana Rasulullah meneladankan. Memberikan semua tenaga, waktu, pikiran dan harta untuk kemaslahatan umat manusia. Meluangkan waktu untuk kepentingan umat, mencurahkan pikiran demi kepentingan umat manusia, menyumbangkan harta untuk ketaatan, mempersembahkan ilmu untuk melakukan perubahan. Tidak egois, tidak individualis, tidak matrealistis. Berpikir jauh ke depan hingga akhirat. Menyelamatkan diri dari adzab neraka yang pedih dan mengajak orang lain  untuk melakukan hal yang sama. Tidak meninggalkan kepentingan dunia, tidak melalaikan akhirat.

Jadi, jangan pertanyakan betapa besarnya cinta ini dengan negeri ini. Kurang suka dengan jargon klise : jangan bertanya apa yang telah Negara berikan, tetapi apa yang sudah kita berikan untuk Negara ini.

Bandingkan dengan mereka yang ngakunya pejabat yang sering koar-koar pentingnya mencintai negeri ini namun lebih memihak asing. Belanja, liburan, cek kesehatan semuanya mengandalkan luar negeri. Gengsi jika hanya berkutat di dalam negeri.

Bandingkan dengan mereka yang sering berdalih NKRI harga mati, seberapa besar mereka berjuang mengusir asing yang menjajah perekonomian negeri ini, seberapa besar upaya mereka menangkal pemikiran-pemikiran asing yang diambil dari Barat. Seberapa besar usaha mereka mencintai produk dalam negeri. Seberapa besar pengorbanan mereka demi masa depan negeri ini, seberapa besar pengorbanan mereka menjaga generasi agar selamat di dunia hingga akhirat. Seberapa besar perjuangan mereka untuk menjadikan penerapan Islam kaffah terjadi negeri ini.

Sudahlah, tidak ingin menghitung seberapa banyak pengorbanan yang telah dilakukan. Tidak pula ingin menghitung amal orang lain, pastikan saja amal yang kita lakukan menjadi amal terbaik, ahsanu amal. Benar sesuai dengan syariat Allah yang dibawa Rasulullah dan ikhlas lillahi ta’ala.

Jangan pedulikan celaan dari orang-orang yang suka mencela
Jangan pedulikan fitnah murahan orang-orang hanya menjadi boneka
Jangan teralihkan mengurusi para pion belaka
Jangan pedulikan ancaman dari orang yang sok berkuasa
Sabarlah memahamkan mereka
Jangan terpancing dengan keruhnya suasana
Tetaplah berpijak pada metode yang telah ada teladannya
Terus memohon agar istiqamah di jalan yang kebenarannya telah nyata
Menyerahlah hanya karena nyawa telah diminta

Cirebon, 9 April 2017


Saturday 8 April 2017

Menikmati Terang


Dari arah Timur sekitar 10 menit sebelum masuk stasiun Kutoarjo Purworejo
Hamparan sawah dan kebun didominasi tanaman kelapa

Pertama kali perjalanan ke Barat di saat hari masih terang, memanfaatkan terang untuk melihat sekitar. Jombang Yogya ( 09.20 -13.55). Lanjut Yogya Cirebon (14.45-20.26)

Petani penggarap sawah masih bekerja. Potensi Indonesia yang luar biasa. Namun apa daya penguasa mengelola negeri ini atas prinsip reinventing government  atau pemerintahan wirausaha mendudukkan pemerintah sebagai pihak regulator semata, fungsi pelayanan dan pengurusan urasan rakyat semakin kecil. Akibatnya negara semakin berlepas tangan dan rakyat semakin terbebani.

BBM naik , TDL naik, biaya kehidupan semakin melambung. Perbaikan pelayanan publik bukan semata demi mengurusi urusan rakyat, tetapi lebih dalam rangka menarik para investor agar menanamkan modalnya di Indonesia. Bukan sembarang investasi, namun investasi yang mencengkeram kebijakan dalam negeri. Investasi yang menguntungkan asing, membuat rakyat kecil semakin terpuruk. Harus berjuang memeras keringat membanting tulang, bersaing untuk bertahan hidup. Fungsi penguasa sebagai pengurus urusan rakyat, penguasa sebagai perisai rakyat sebagaimana sabda Rasulullah saw hanya sebatas isapan jempol belaka.

Negeri ini butuh perubahan, butuh perbaikan. Pengabaian terhadap hukum Allah harus dihentikan, saatnya syariat Allah diterapkan. Dan ini membutuhkan perjuangan. Perjuangan tanpa henti,perjuangan tanpa kata lelah. Hingga nyawa diambil lagi, saat itulah kita menyerah.

Kembali tentang terang,

dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan ( TQS : An Naba’ ayat 9-11)

Begitulah  ketentuan Allah SWT yang  jauh-jauh hari disampaikan kepada manusia. Tidur itu untuk istirahat, malam gelap untuk istirahat dan dijadikan siang untuk beraktivitas. Tidak dibalik-balik.

Jadi jika tidak ada keperluan yang bersifat wajib atau untuk menyelesaikan sebuah kewajiban , tidak tidur sepanjang siang dan begadang sepanjang malam.

Manfaatkanlah kesempatan, ketika terang masih menyapa.
Istirahatlah ketika malam tiba
Tetaplah ingat kepada Allah ta’ala
Janganlah terlena dengan nikmat dunia
Bersyukurlah atas nikmat Allah dengan menjadi penolong agamaNya
Jangan pedulikan celaan orang-orang yang suka mencela
Teruslah melangkah meski hambatan menghadang di depan mata
Yakinlah dakwah melanjutkan kehidupan Islam adalah teladan dari Rasulullah dan para sahabat yang mulia
Jangan membenci sudara seiman yang kadang salah sangka
Jangan balik memusuhi saudara seiman yang tak beradab dalam bertutur kata
Maafkanlah saudara seiman yang terkadang memusuhi secara nyata
Doakanlah agar pintu hatinya terbuka
Rangkullah semua hingga bisa berjalan bersama
Bersama meraih indahnya hidayahNya


Posting di Stasiun Purwokerto, 8 April 2017






Friday 7 April 2017

Selain Terduga Teroris, Pengemis Juga Banyak di Kampung Inggris



Tak hanya pendatang yang bertujuan untuk kursus di Pare, Pare juga diserbu dengan kehadiran pengemis dan pengamen. Pengemis dengan berbagai penampilan bisa dijumpai. Menggendong satu anak, membawa dua anak, berjalan menyeret kaki, berjalan seolah tak bisa melihat, duduk diam di depan toko dengan wajah memelas. Pengamen tanpa alat hanya modal tepuk tangan, pengamen dengan modal kaleng bekas saja, pengamen dengan gitar, pengamen dengan full team. Pengamen berwajah ramah, pengamen bertampang sangar, pengamen memaksa. Dan tidak semua pantas dan layak dikasihani, yang menipu hanya berpura-pura memelas pun ada. Pengemis dan pengamen, memanfaatkan banyaknya orang yang ada di Kampung Inggris.

Memang belum pernah menelusuri, tapi pernah menjumpai dua orang pengemis yang sedang menghitung uang yang diperoleh. Kaget juga, perasaan biasanya terlihat matanya memejam seperti buta lha kok terlihat sehat tak cacat. Berarti hanya pura-pura. Kasihan sekali, sudahlah meminta-minta, menipu pula.

Begitulah, apapun bisa dijumpai di Pare.
Banyaknya pengemis dan pengamen bisa jadi karena memang mereka sulit mendapatkan pekerjaan, bisa jadi mereka sudah putus asa, bisa jadi memang mereka malas sejak awalnya.
Jika benar karena terpaksa, ini menjadi evaluasi bersama. Di negeri ada segelintir orang yang menguasai perekonomian. Di negeri ini ada yang seenaknya membeli tas ratusan juta, memutihkan gigi hingga puluhan juta, menghamburkan uang untuk kemaksiatan. Di sisi lain ada jutaan orang yang harus membanting tulang, memeras keringat demi mempertahankan mengepulnya asap dapur, demi meraih puluhan ribu rupiah saja.

Inilah ciri negeri yang mengambil kapitalisme sebagai pijakan
Kesenjangan yang kaya dengan yang miskin tak terelakkan
Pemilik modal semakin menumpuk kekayaan
Rakyat miskin semakin terjerat kemiskinan
Negara berlepas tangan
Rakyat harus hidup dalam suasana persaingan
Halal haram tidak diperhatikan
Hukum Allah diabaikan
Saatnya berjuang untuk perubahan
#IndonesiaMoveUp
#MasirahPanjiRasulullah
#PanjiRasulullah
#Syariah dan #Khilafah Mewujudkan #IslamRahmatanLilAlamiin


Pare, 7 Apri 2017

Tuesday 4 April 2017

Syariah dan Khilafah Menyelamatkan Pare

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). 


Mungkin judul yang dianggap lebay, utopis, terlalu tinggi. Ya, bagi yang belum paham. Namun tidak masalah jika dianggap demikian.
Pare, entahlah… semakin rusak saja.
Saat  hujan deras genangan air selalu menghiasi beberapa wilayah. Di utara perempatan Garuda, di utara pertigaan Brawijaya, di Jl. Anyelir sebelah barat, di jalan Aster, di jalan Lamtana timur dam sungai, di jalan Glagah, di perempatan Tulungrejo. Itu beberapa tempat yang setidaknya pernah saya lalui setelah hujan deras.  Wajar, kampung semakin padat dengan bangunan, tidak diiringi dengan penataan tata ruang, tidak diiringi kepeduliaan manusia akan kelestarian lingkungan.  Pamong tak peduli, hanya pajak dan restribusi yang dipikirkan.

Pergaulan bebas, sudah biasa di Pare. Hamil di luar nikah di antara sesama pendatang, pendatang menghamili penduduk setempat, penduduk setempat menghamili warga asli. Zina di tempat tersembunyi, pacaran di tempat ibadah, pacaran di ruang terbuka. Kafe buka hingga semalam suntuk, genjrang-genjreng, nyanyi-nyai sepanjang malam. Ketika diingatkan tak ada perubahan hingga masyarakat dan pamong cenderung membiarkan karena menganggap sudah tak ada gunanya mengingatkan. Jan-jane iki kampunge sopo to? Dielengke ko malah menthelengi.

Bisnis kursusan semakin menjamur. Belajar yang seharusnya menjadi kewajiban bagi seorang muslim semata karena meraih ridho Allah karena memang orang berilmu mempunyai kedudukan yang mulia, orang yang berilmu lebih baik daripada orang bodoh. Maka menyedikan kursusan adalah ibadah karena memfasilitasi orang mencari ilmu meski diperbolehkan menarik biaya karena memang berakad ijarah. Mencari ilmu adalah ibadah, meski boleh saja mencari ilmu untuk memudahkan mencari  materi. Belajar agar bias mencari pekerjaan yang layak, belajar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Namun, di Pare belajar bahasa Inggris menjadi semata bisnis. Asal keuntungan materi teraih apapun dilakukan. Dahulu hampir semua kursusan mewajibkan peserta kursus untuk berpakaian menutup aurat. Sekarang, seiring menancapnya pemikiran liberal, pengagungan kebebasan, atas nama HAM, kekhawatiran kehilangan rezeki dan entah karena alasan apalagi, semua itu tak  berlaku. Asalkan mau membayar, silakan kursus. Yang menyediakan kursusan matre yang kursus menganggap materi menyelesaikan segalanya.

Orang-orang yang sebelumnya mempunyai idealisme tinggi dan mulia pun juga tergerus dengan kerusakan. Menghabiskan waktu untuk kursus dengan mengabaikan kewajiban berdakwah dan menambah tasqafah, menghabiskan waktu untuk liburan dengan kunjungan ke berbagai tempat wisata. Maaf tidak bisa ikut kajian : ada test, padahal Ahad. Program full. Ada kunjungan ke Kelud, SLG, Bromo. Lagi di CFD. Seolah itu semua harus dinikmati saat ini, harus dijalani saat di Pare.  Lupakah bahwa itu semua hanya nikmat sesaat di dunia saja.  Akhirat menunggu.
Kembali ke syariah, kembali ke aturan yang dibuat Allah al khaliq al mudabbir. Terikat dengan hukum Allah, menerapakan dalam semua aspek kehidupan. Amar makruf nahi munkar harus dilakukan. Jika dibiarkan akan semakin rusak.
Menegakkan khilafah. Khilafah sistem warisan Rasululllah yang dijalankan oleh para sahabat, hingga dimusnahkan oleh Mustafa Kemal sang pengkhianat.  Khilafah, system pemerintahan yang menjadikan akidah Islam sebagai landasan, menjadikan alquran dan hadits sebagai pedoman. Melindungi semua warga negaranya baik muslim maupun non muslim. Khilafah merealisasikan Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam.
Dakwah khilafah, dimulai dengan penguatan akidah, mengajak untuk terikat pada syariat, peduli dengan problematika umat, menjadi pelindung untuk semua kebaikan. Mengontak semua elemen umat, berinteraksi dengan umat, membina dengan tsaqafah Islam, menguatkan kesadaran untuk kembali pada hukum Allah. Mengajak para ahlu quwwah untuk tunduk pada syariat.

Insya Allah tidak hanya kampung Inggris yang terselamatkan, tapi berkah akan melingkupi seluruh bumi.


Majalah Al Waie  Januari 2009 : 

Kehancuran Dunia: Penyebab dan Solusinya (Tafsir Qs Al-Rum[30]: 41)

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS ar-Rum [30]: 41).

Tafsir Ayat
Allah Swt. berfirman: Zhahara al-fasâd fî al-barr wa al-bah(Telah tampak kerusakan di darat dan di laut). Dalam bahasa Arab, kata al-fasâd kebalikan dari al-shalâh (kebaikan).1 Segala sesuatu yang tidak terkagori sebagai kebaikan dapat dimasukkan ke dalam al-fasâd.
Berkaitan dengan kata al-fasâd dalam ayat ini, para mufassir berusaha mendeskripsikan kerusakan yang dimaksud. Al-Biqa’i menjelaskannya sebagai berkurangnya semua yang bermanfaat bagi makhluk.2 Menurut al-Baghawi dan al-Khazin, fasâd adalah kekurangan hujan dan sedikitnya tanaman.3 Al-Nasafi memberikan contoh berupa terjadinya paceklik; minimnya hujan, hasil panen dalam pertanian, dan keuntungan dalam perdagangan; terjadinya kematian pada manusia dan hewan; banyaknya peristiwa kebakaran dan tenggelam; dan dicabutnya berkah dari segala sesuatu.4
Selain keadaan tersebut, fasâd juga digambarkan az-Zamakhsyari dan al-Alusi dengan kegagalan para nelayan dan penyelam, sedikitnya manfaat, dan banyaknya madarat.5
Jika dicermati, penjelasan beberapa mufassir itu hanya merupakan contoh kejadian yang tercakup dalam fasad. Artinya, kerusakan yang dimaksud ayat ini bukan hanya peristiwa yang disebutkan itu. Sebab, sebagaimana ditegaskan asy-Syaukani, at-ta’rîf (bentuk ma’rifah) pada kata al-fasâd menunjukkan li al-jins (untuk menyatakan jenis). Artinya, kata tersebut mencakup semua jenis kerusakan yang ada di daratan maupun di lautan.6 Semua kerusakan dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, moral, alam, dan sebagainya termasuk dalam cakupan kata al-fasâd.
Demikian pula kata al-barr dan kata al-bahr. Huruf al-alif wa al-lâm pada kedua kata itu memberikan makna li al-jins7 sehingga menunjukkan makna semua daratan dan semua lautan. Dengan demikian, ayat ini memberikan pengertian bahwa telah tampak dengan jelas semua jenis kerusakan di seluruh muka bumi, baik di daratan maupun lautan.
Berbagai kerusakan itu tidak terjadi tiba-tiba. Pangkal penyebabnya disebutkan dalam firman Allah Swt. berikutnya: bimâ kasabat aydî al-nâs (disebabkan oleh perbuatan tangan manusia). Menurut ayat ini, pangkal penyebab semua kerusakan di seluruh muka bumi itu adalah ulah perbuatan manusia. Dijelaskan oleh para mufassir bahwa ulah perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan dosa dan maksiat.
Al-Jazairi menafsirkannya: bi zhulmihim wa kufrihim wa fisqihim wa fujûrihim (karena kezaliman, kekufuran, kefasikan dan kejahatan mereka). Al-Baghawi menyebutnya bi syu’ dzunûbihim karena keburukan dosa-dosa mereka).8 Tidak jauh berbeda, Ibnu Katsir memaknainya bi sabab al-ma’âshî (karena kemaksiatan-kemaksiatan).9 Al-Zamakhsyari dan Abu Hayyan menuturkan bi sabab ma’âshîhim wa dzunûbihim (karena perbuatan maksiat dan dosa mereka).10
Meskipun dengan ungkapan yang agak berbeda, pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Syihabuddin al-Alusi, al-Baidhawi, al-Samarqandi, al-Nasafi, al-Khazin, dan al-Shabuni.11Menurut al-Alusi, kesimpulan tersebut sejalan dengan firman Allah Swt.:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Musibah apa saja yang menimpa kalian adalah akibat perbuatan tangan kalian sendiri (QS asy-Syura [42]: 30).
Dengan demikian, ayat ini memastikan bahwa pangkal penyebab terjadinya seluruh kerusakan di muka bumi adalah pelanggaran dan penyimpangan manusia terhadap ketentuan syariah-Nya.
Kemudian Allah Swt. berfirman: liyudzîqahum ba’dha al-ladzî ‘amilû (supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari [akibat] perbuatan mereka). Ibnu Jarir ath-Thabari menjelaskan bahwa frasa ini memberikan pengertian: Agar Dia menimpakan kepada mereka hukuman atas sebagian perbuatan dan kemaksiatan yang mereka lakukan.12 Al-Baghawi juga mengatakan bahwa itu adalah hukuman atas sebagian dosa yang telah mereka kerjakan.13 Pendek kata, kerusakan yang timbul akibat kemaksiatan dan kemungkaran itu merupakan hukuman bagi pelakunya di dunia sebelum mereka mendapat hukuman di akhirat.14
Patut dicatat, hukuman di dunia itu, betapa pun dahsyatnya, sesungguhnya masih baru sebagian. Sebab, kata ba’dha al-ladzî ‘amilû menunjukkan, azab yang mereka rasakan saat ini belum seluruhnya. Azab secara keseluruhan akan ditimpakan kepada pelakunya kelak di akhirat.15 Meski begitu, kerusakan yang kasatmata itu seharusnya menyadarkan mereka untuk bertobat. Allah Swt. berfirman: la’allahum yarji’ûna (agar mereka kembali [ke jalan yang benar]).
Kata yarji’ûna berarti bertobat. Demikian penafsiran banyak mufassir, seperti al-Hasan sebagaimana dikutip ath-Thabari dan asy-Syaukani.16 Tobat tersebut dilakukan dengan menyesali kesalahannya, berhenti dari segala kemaksiatan, dan kembali taat pada ketentuan syariah-Nya.

Kemaksiatan dan Kerusakan
Telah maklum, dunia kini sedang dilanda krisis ekonomi. Meningkatnya pengangguran, banyaknya perusahaan yang bangkrut dan gulung tikar, meluasnya kemiskinan, anjloknya daya beli masyarakat, dan berbagai dampak ikutan lainnya telah menjadi ancaman yang mencemaskan bagi dunia. Meskipun berbagai langkah telah ditempuh untuk mengatasinya, hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda berhasil. Kalaupun suatu saat tampak reda, itu hanyalah bersifat sementara. Krisis yang sama, bahkan lebih besar akan kembali berulang.
Bagi kaum Muslim, semestinya tidak sulit mengurai persoalan tersebut. Sebab, ayat ini telah memberikan panduan amat jelas dalam memandang dan menyikapi setiap kerusakan yang terjadi di muka bumi. Ada dua perkara penting dari ayat ini yang patut dijadikan sebagai patokan ketika melihat kerusakan.
Pertama: pangkal penyebab kerusakan. Menurut ayat ini, penyebab semua kerusakan tersebut adalah ulah tangan manusia (bimâ kasabat aydî al-nâs). Sebagaimana dijelaskan para mufassir, ulah tangan manusia yang dimaksud adalah kemaksiatan dan perbuatan dosa manusia. Pelanggaran manusia terhadap dînul-Lâh, baik akidah maupun syariah, itulah yang menjadi penyebab kerusakan. Kesimpulan ini kian jelas jika dikaitkan dengan ayat sebelum dan sesudahnya, serta nash-nash lainnya.
Dalam ayat sebelumnya, diberitakan bahwa manusia itu diciptakan Allah Swt. Dia pula yang memberikan rezeki, mematikan, dan menghidupkan manusia. Tidak ada andil sedikit pun dari sesembahan orang-orang yang menyekutukan-Nya. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan (lihat QS al-Rum [30]: 40).
Di samping mengandung berita, ayat tersebut juga bermakna celaan bagi orang-orang musyrik. Dijelaskan Fakhruddin ar-Razi, aspek hubungan tersebut dengan sesudahnya (ayat 41), bahwa syirik merupakan sebab kerusakan.17 Dalam ayat sesudahnya (ayat 42) manusia diperintahkan untuk memperhatikan kesudahan kaum yang menyekutukan-Nya. Akibat buruk yang dialami kaum musyrik sebelumnya kian mengukuhkan bahwa kerusakan yang merata di daratan dan di lautan itu disebabkan oleh kemusyrikan dan kekufuran. Tak aneh jika Qatadah dan as-Sudi pun menafsirkan kata fasâd dalam ayat ini sebagai syirik.18
Kekufuran dan kemusyrikan merupakan kemaksiatan terbesar. Kesesatan akidah inilah yang melahirkan, memproduksi, dan membawa berbagai kemaksiatan lainnya. Tak berlebihan jika kekufuran dan kemusyrikan disebut sebagai biang utama kerusakan. Kerusakan yang disebabkan oleh kemusyrikan dan kekufuran itu juga dapat dijumpai dalam ayat lain (Lihat, misalnya, QS Maryam [19]: 89-91).
Di samping kekufuran dan kemusyrikan, ada beberapa kemaksiatan lainnya yang disebutkan secara spesifik dapat menyebabkan kehancuran masyarakat. Rasulullah saw. bersabda:
إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ ، فَقَدْ أَحَلُّوا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ
Jika zina dan riba telah tampak di suatu kampung maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan diri mereka dari azab Allah (HR ath-Thabrani dan al-Hakim).
Oleh karena kekufuran, kemaksiatan, dan perbuatan dosa merupakan penyebab terjadinya kerusakan, tidak jarang al-Quran pun menyebut semua tindakan itu dengan kerusakan. Seruan terhadap kaum munafik agar tidak berbuat kerusakan dalam QS al-Baqarah [2]: 11, misalnya, mengandung makna sebagai larangan berlaku kufur, syirik, dan maksiat.
Kedua: solusi atas kerusakan yang terjadi. Frasa penutup ayat ini mengisyaratkan, solusi satu-satunya agar kerusakan di muka bumi tidak berlanjut adalah kembali pada syariah-Nya. Sebab,pangkal penyebab terjadinya semua kerusakan di muka bumi adalah perbuatan maksiat dan dosa. Karena itu, untuk menghentikannya pun dengan cara berhenti dari maksiat, selanjutnya berjalan sesuai dengan tuntunan syariah. Selama kemaksiatan terus berjalan, jangan berharap pula kerusakan bisa berhenti.
Berkaitan dengan hal ini, menarik untuk disimak pemaparan Abu al-Aliyah yang dikutip Ibnu Katsir ketika menjelaskan ayat ini:
Siapa saja yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi, sungguh dia telah melakukan kerusakan di muka bumi. Sebab, baiknya bumi dan langit disebabkan karena ketaatan. Oleh karena itu, dalam hadis yang diriwayatkan Abu Daw dinyatakan:
لَحَدٌّ يقَامُُ بِهِ فِي اْلأَرْضِ أََحَبُّ إِلَى أَهْلِهَا مِنْ أَنْ يُمْطَرُوا أَرْبَعِينَ صَبَاحًا
Sungguh hukum hudûd yang ditegakkan di muka bumi lebih disukai penduduknya daripada mereka diguyur hujan selama empat puluh pagi).
Hal itu karena jika hudûd ditegakkan dapat membuat manusia—sebagian besar atau kebanyakan manusia—meninggalkan perbuatan yang diharamkan. Sebaliknya, jika manusia melakukan maksiat, maka itu menjadi sebab bagi lenyapnya berkah dari langit dan bumi.19
Berhenti dari maksiat dan kembali pada syariah Islam itu haruslah secara total. Jika belum total, berarti masih ada ruang bagi mereka dalam maksiat.
Patut ditegaskan, syariah Islam bersifat sempurna, mengatur totalitas aspek kehidupan manusia (lihat QS al-Nahl [16]: 86, al-Maidah [5]: 3). Syariah mengatur seluruh hubungan manusia, baik dengan Tuhannya, dirinya; maupun sesamanya. Di samping berisi hukum-hukum tentang ibadah, makanan, pakaian, dan akhlak; syariah juga memberikan sistem pemerintahan, ekonomi, pendidikan, politik luar negeri, pidana, dan sebagainya. Semua hukum itu wajib diterapkan. Jika itu dikerjakan, kerusakan akan lenyap, berganti dengan kehidupan penuh berkah (Lihat: QS al-A’raf [7]: 96).

Sekularisme-Kapitalisme: Biang Krisis
Tak dapat dipungkiri, dunia kini sedang dicengkeram ideologi sekularisme. Ideologi ini telah melahirkan berbagai paham dan sistem yang merusak kehidupan. Dalam penetapan baik-buruk, ideologi ini mendasarkan pada asas manfaat material (materialisme), bahkan oleh selera dan kesenangan (hedonisme). Ketika paham itu mendominasi, apalagi ditetapkan dalam institusi negara, sudah pasti ia menyebabkan kerusakan. (Lihat: QS al-Mukminun [23]: 71).
Dalam sistem pergaulan, ideologi ini menuhankan kebebasan (freedom). Sebagai konsekuensinya, pornografi, free sex, dan homoseksual dianggap sebagai kewajaran; bukan sebagai kejahatan yang harus diberantas. Perilaku amoral itu pun memunculkan aneka masalah, mulai dari merebaknya penyakit kelamin, HIV/AIDS, aborsi, runtuhnya bangunan rumah tangga hingga meningkatnya kriminalitas.
Dalam ekonomi, ideologi ini melahirkan sistem ekonomi Kapitalisme. Sistem ekonomi ini menjadikan riba, pasar saham, pemberlakuan mata uang kertas, dan kebebasan kepemilikan sebagai pilarnya; yang semaunya melanggar syariah. Faktanya, semua pilar itu menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi global. Ketamakan sistem ekonomi juga menyebabkan kerusakan alam yang amat parah. Nyatalah, kerusakan global tidak akan bisa diatasi kecuali mengubah sistemnya secara total: dari Sekularisme-Kapitalisme menuju Islam, di bawah naungan Daulah Khilafah ‘ala Minhâj an-Nubuwwah.
Wallâh a’lam bi ash-shawâb. []
Catatan kaki:
  1. Manzhur, Lisân al-‘Arab, vol. 3 (Beirut: Dar ash-Shadir, tt).
  2. Al-Biqa’i, Nazhm ad-Durar, vol. 5 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995), 631.
  3. Al-Baghawi, Ma’âlim at-Tanzîl, vol. 3 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993), 417; al-Khazin,Lubâb at-Ta’wîl fi Ma’âni at-Tanzîl, vol. 3 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995), 393,
  4. An-Nasafi, Madârik at-Tanzîl wa Haqâiq at-Ta’wîl, vol. 2 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2001), 31.
  5. Az-Zamaksyari, Al-Kasysyâf, vol. 3 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995), 466-467;al-Alusi,h al-Ma’ânî, vol. 11 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994), 48.
  6. Asy-Syaukani, Fath al-Qadîr, vol. 4 (Beirut: Dar al-Fikr, 1993), 284.
  7. Al-Alusi, h al-Ma’ânî, vol. 11 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994), 48.
  8. Al-Baghawi, Ma’âlim at-Tanzîl, vol. 3, 417
  9. Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, vol. 3 (Beirut: Dar al-Fikr, 2000), 1438.
  10. Az-Zamaksyari, Al-Kasysyâf, vol. 3, 467; Abu Hayyan al-Andalusi, Tafsîr al-Bahr al-Muhîth,vol. 4 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994), 360.
  11. Al-Alusi, h al-Ma’ânî, vol. 11, 48; as-Samarqandi, Bahr al-‘Ulûm, vol. 4 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993), 14; an-Nasafi, Madârik at-Tanzîl wa Haqâiq at-Ta’wîl, vol. 2, 31; al-Khazin, Lubâb at-Ta’wîl fi Ma’âni at-Tanzîl, vol. 3, 393; ash-Shabuni, Shafwat at-Tafâsîr, vol. 2 (Beirut: Dar al-Fikr, 1996), 442.
  12. Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fî Ta’wîl al-Qur’ân, vol. 10 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992), 192.
  13. Al-Baghawi, Ma’âlim at-Tanzîl, vol. 3, 418.
  14. Penjelasan demikian bisa dilihat dalam Abu Hayyan al-Andalusi, Tafsîr al-Bahr al-Muhîth,vol. 4, ; al-Alusi, h al-Ma’ânî, vol. 11, 48.
  15. Al-Baghawi, Ma’âlim at-Tanzîl, vol. 3, 417.
  16. Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân, vol. 10, 192; al-Syaukani, Fath al-Qadîr, vol. 4, 284.
  17. Fakhruddin ar-Razi, Mafâtîh al-Ghayb, vol. 25 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1990), 112.
  18. Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, vol. 14 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993), 28
  19. Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, vol. 3, 1438.
Baca juga :

Kapok ke pare