Sunday 5 December 2021

*Siapa Aku ?*

 Tulisan pendek mencari jati diri (1)


Jawaban atas pertanyaan ini sangat penting untuk menentukan apa yang seharusnya dilakukan selanjutnya. 


Jika menjawab aku adalah hewan maka tidak perlu berpikir lagi, cukup berhenti sampai di sini. 


Jika menjawab aku adalah jin, aku adalah setan, juga cukup sampai di sini. Karena jin dan setan adalah makhluk ghaib, tidak ada kepentingan mengurus makhluk ghaib. 


Jika menjawab manusia, maka ada hal selanjutnya yang harus dipikir. 



Dan tentu saja 100% jawabannya, *aku adalah manusia*

Sunday 17 October 2021

Mengizinkan PTM Namun Minim Persiapan, Solusikah?

 



Desakan kondisi menuntut pemerintahkan menyiapkan pertemuan tatap muka ( PTM), bukan desakan main-main, namun tuntutan serius dari semua pihak. Orang tua sudah resah kesulitan mendampingi anaknya pembelajaran jarak jauh (PJJ), siswa sudah pusing menyerap materi PJJ, guru apalagi, hanya bisa gigit jari melihat perkembangan peserta didiknya. Akhirnya, SKB beberapa menteri pun diteken. Beberapa sekolah sejak akhir Agustus sudah memulai PTM terbatas. Namun pelaksanaan PTM di lapangan tidak seiring dengan kebijakan penyiapkan infrastuktur sempurna untuk kebutuhan PTM di tengah pandemik. Sekolah bersama wali murid, terutama di sekolah swasta harus berjuang mati-matian menyiapkan seluruh sarana protokol kesehatan dengan mandiri. Tentu ini bukan hal yang mengherankan. Dalam situasi normal saja pemerintah tidak maksimal apalagi dalam keadaan pandemi yang membutuhkan fasilitas ekstra.

Ini dari aspek penyediaan fasilitas, dari ketentuan syarat vaksinasi 70% juga belum ada jaminan, mengingat per 1 September 2021 Kementerian Kesehatan merilis data vaksinasi pertama masih mencakup 30%. Sangat jauh dari target yang harus dipenuhi untuk bisa PTM.

Kebijakan yang paradoks seperti ini jelas menjadikan rakyat sebagai taruhan. Sudahlah pendidikan tidak ada jaminan, kesehatan pun dipertaruhkan. Potret nyata lemahnya negara memberikan jaminan kepada seluruh warga negara.

Paradigma berpikir pemimpin yang harus diubah. Rakyat adalah amanah, wajib diurusi semua kebutuhannya, karena itulah kewajiban, karena kelak di akhirat akan dimintai pertanggungjawaban. Kebijakan mengurusi rakyat berbasis sistem sekular yang mengabaikan syariat agama harus segera diakhiri, sebab sistem ini hanya mengantarkan rakyat pada kesengsaraan karena minimnya tanggung jawab negara atas urusan rakyat. Keuntungan materi menjadi pertimbangan utama. Maka wajar jika bidang pendidikan dan jaminan kesehatan seringkali diabaikan.

Solusinya, harus ada perubahan sistemik. Perubahan dari sistem kapitalistik menuju sistem yang paripurna nan berkah, yaitu sistem. Islam. Dalam sistem Islam, pendidikan dan kesehatan adalah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi oleh negara, semua rakyat berhak mendapatkan pemenuhan terbaik. Maka negara akan menomorsatukan kepentingan rakyat ini. Pelayanan seperti ini tentu bukan perkara utopis, namun perkara yang pasti dalam sistem Islam. Karena sistem Islam adalah sistem terbaik, terlengkap dan jelas akan mengantarkan pada keberkahan, menjadi rahmat untuk seluruh alam.

Sudah tayang bulan lalu di sini : https://retizen.republika.co.id/posts/12988/mengizinkan-ptm-namun-minim-persiapan-solusikah

    Tuesday 31 August 2021

    Perang Baliho, Potret Politisi Minim Simpati



    Kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 memang masih jauh. Namun, para bakal kandidat sudah mulai ancang-ancang dengan memasang baliho. Baliho berukuran besar banyak menghiasi jalan, bukan sekadar baliho biasa, namun baliho yang disertai jargon-jargon khas kampanye.

    Bukan menuai simpati malah makian dan protes rakyat karena para politisi yang menawarkan diri menjadi pemimpin adalah sosok yang tak punya kepekaan terhadap kondisi rakyat dan hanya bertarung demi mendapat kursi. Rakyat memang pantas tak puas, tentu dengan alasan yang masuk akal. Alasan pertama, baliho terpasang pasti mengeluarkan uang yang tak sedikit, di saat rakyat terdampak langsung adanya pandemi, rakyat harus ekstra membanting tulang, memeras keringat, memutar otak mencari uang untuk memenuhi kebutuhan, para politisi begitu egois membuang uang demi menunjukkan eksistensinya. Kedua, dalam sistem demokrasi harus diakui persaingan politisi dalam merebut hati rakyat mengharuskan mereka mengeluarkan modal yang besar. Maka bisa dipastikan saat menjabat ada upaya mengembalikan modal, lagi-lagi ini demi diri sendiri, bukan demi rakyat. Jargon dan janji manis kepada rakyat tidak akan pernah terwujud.

    Fakta seperti ini, semestinya menjadi cambuk bagi rakyat untuk sadar keburukan sistem demokrasi yang niscaya hasilkan politisi pengabdi kursi bukan pelayan rakyat. Rakyat tidak boleh amnesia dengan kelakuan politisi dalam sistem demokrasi, jargon dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat hanya gencar disampaikan saat musim kampanye saat para politisi butuh suara rakyat, setelah terpilih rakyat hanya diingat sesaat. Sayangnya ini terus berulang, saat pemilu masih saja berharap politisi dalam sistem demokrasi akan membawa angin segar perubahan.

    Biaya mahal, saingan ketat antar politisi, serta motivasi mencari kekuasaan demi eksistensi materi dan kekuasaan dalam sistem demokrasi adalah hal yang wajar, maka wajar pula jika yang lahir adalah politisi tanpa simpati akan nasib rakyat yang sesungguhnya.

    Demokrasi tak layak diharapkan, apalagi jika dilihat dari sudut pandang perbuatan dan produk hukum yang dihasilkan, demokrasi membuat aturan hukum berdasarkan hawa nafsu manusia padahal ini jelas pandangan yang salah, yang membuat para politisi tak pernah berpikir tentang halal haram, yang ada adalah politisi sekular.

    Fakta demikian harusnya membuka mata semua rakyat, demokrasi tak layak diharapkan. Namun tak berhenti hanya tak berharap pada demokrasi, saatnya rakyat berharap perubahan dari sistem selain demokrasi. Maka pilihannya tinggal dua, berharap pada sistem komunis atau pada sistem Islam.

    Sudah tayang di :

     https://retizen.republika.co.id/posts/12831/perang-baliho-potret-politisi-minim-simpati

    Sunday 22 August 2021

    Masak terong

     



    Terong bumbu seadanya (maksud hati hendak membuat rendang terong)


    Bahan : terong (harusnya ditambah daging sapi), telur rebus. 


    Bumbu dihaluskan :

    Cabe

    Bawang putih

    Bawang merah

    Kunyit

    Lengkuas

    Jahe

    Pala

    Merica

    Kemiri

    Gula putih

    Gula merah

    Garam


    Bumbu tambahan 

    Daun salam

    Daun jeruk purut

    Daun kunyit

    Sereh digeprek

    Santan


    Bumbu dihaluskan digoreng hingga harum

    Masukkan bumbu tambahan

    Beri air secukupnya

    Masukkan telur

    Masukkan terong


    Ukuran bumbu suka-suka

    Rendang kok dominan kuning

    Tidak usah nanya bagaimana rasanya

    Saturday 21 August 2021

    Mengakui Baha'i, Menguatkan Moderasi Beragama

     Friday, 06 Aug 2021, 11:24 WIB

    Setelah ucapan hari raya Baha'i oleh Menteri Agama, pembelaan terhadap pengikut Baha'i semakin menguat. Para aktivis kebebasan beragama menyambut hangat hal ini. Namun bagi umat Islam, kebebasan ini tentulah sebuah musibah. Baha'i yang secara ritual dan keyakinan ada kemiripan dengan agama Islam, jika diakui sebagai agama atau setidaknya diakui eksistensinya maka dengan kata lain juga menjadi pengakuan atas kebolehan untuk mengacak-acak ajaran Islam.

    Ini adalah salah satu poin pentingnya, akan berbeda jika Baha'i tidak mencampuradukkan ajarannya dengan ajaran Islam. Belum lagi terkait ajaran baha'i yang jelas menentang ajaran Islam, semisal jihad yang haram, bolehnya riba. Jelaslah, pengakuan terhadap Baha'i adalah pelecehan terhadap syariat Islam.

    Belum lagi terkait dengan menguatnya desakan untuk mengakui Baha'i sebagai agama dengan alasan kebebasan beragama. Alasan ini juga harus diwaspadai umat Islam. Sungguh ironi, negara yang mengaku berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, di satu sisi mengekang pelaksanaan sebagian syariat Islam dengan tuduhan radikal, ekstrim hingga berakhir pada pencabutan beberapa ormas Islam karena dianggap bertentangan dengan Pancasila, namun di sisi lain hendak mengakui agama yang melecehkan syariat.

    Sangat paradoks. Jika memang mengatasnamakan kebebasan beragama ketika mengakui Baha'i mengapa tidak pula membiarkan umat Islam yang hendak mengamalkan ajaran agamanya semisal berjuang menegakkan khilafah? Maka alasan kebebasan beragama hanyalah dalih saja ketika digunakan untuk mengakui Baha'i sebagai agama yang sah di negeri ini.

    Yang tak kalah penting untuk diwaspadai adalah pengakuan Baha'i sebagai bagian dari agenda internasional untuk semakin menguatkan moderasi beragama. Salah satu indikator kuatnya moderasi beragama adalah desakan untuk mengakui agama lain sebagai agama yang benar, tidak menganggap agamanya sendiri saja yang paling benar, prinsip ini jelas akan menggerus makna toleransi yang sebenarnya, bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Tidak boleh ada pemaksaan agama, mengakui dan menghormati agama lain namun tak boleh mencampuradukkan ajaran agama, tidak boleh sesuka hati mengambil syariat dan sesuka hati mencampakkan syariat lain.

    Jika benar pengakuan Baha'i di Indonesia adalah bagian dari moderasi beragama, maka umat islam harus mewaspadai dan jika perlu menolak dengan tegas. Dalam islam yang benar dan salah sudah jelas bedanya, tidak butuh sikap moderat yang bermakna mengkompromikan ajaran Islam dengan kemauan manusia. Moderasi beragama juga berbahaya ditinjau dari kemungkinan semakin mencuatnya stigma negatif kepada umat islam yang berpegang teguh pada ajaran islam yang dianggap sebagai umat yang tidak moderat, tidak siap menerima perbedaan dan berpeluang menghancurkan persatuan. Jelas ini adalah tuduhan yang keji jika dipandang dari sudut pandang moderasi beragama.

    Oleh karena itu, ucapan hari raya atau bahkan pengakuan terhadap Baha'i harus diwaspadai sebagai pintu gerbang menguatnya moderasi beragama di Indonesia. Umat islam tidak boleh membiarkan. Terus mengkritik kebijakan pemerintah yang salah, mengingatkan umat dan membekali umat dengan akidah yang kuat. Dan yang tak kalah pentingnya adalah segera mewujudkan institusi syar'i agar islam tidak terus dilecehkan, agar islam menjadi rahmat untuk seluruh alam.

    Nur Aini, S. Si, Guru - Tinggal di Kediri Jawa Timur


    Tulisan sudah tayang di https://retizen.republika.co.id/posts/12597/mengakui-bahai-menguatkan-moderasi-beragama#

      Mengambil Hikmah Hijrah Rasulullah Di Tengah Wabah


      Dua kali sudah umat islam memperingati tahun baru hijriyah dalam suasana wabah. Tahun baru hijriyah yang biasa diperingati dengan meriah harus dijalani dalam suasana pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang sudah diperpanjang sebanyak 3 kali. Lagi-lagi suasana peringatan tahun baru hijriyah kali ini dalam suasana sunyi senyap. Tak ada pawai ta'aruf para santri, tidak ada gebyar Muharram, tidak ada kemeriahan perlombaan. Tidak hanya sunyi dalam peringatan tahun baru hijriyah, negeri ini juga terus dilanda duka karena wabah, korban meninggal akibat covid- 19 terus bertambah, yang terinveksi dan terdampak pun semakin banyak.

      Hampir semua lini kehidupan terimbas. Dalam bidang pendidikan, nasib generasi dipertaruhkan, di bidang perekonomian masyarakat semakin merasakan kesempitan, pendapatan terus menurun sedangkan kebutuhan semakin meningkat. Di bidang kesehatan juga semakin memprihatinkan. Pasien covid terus bertambah sedangkan fasilitas kesehatan tidak mampu memberikan pelayanan maksimal, selain karena keterbatasan sarana juga diperparah dengan semakin banyaknya tenaga kesehatan yang meninggal, maka lengkap sudah macam penderitaan yang dialami rakyat.

      Wabah yang berlangsung hampir dua tahun ini seharusnya menjadi momen untuk muhasabah, mengapa ujung wabah ini seolah belum nampak juga. Apalagi dengan peringatan tahun baru hijriyah ini, menjadi kesempatan yang tepat untuk melakukan perubahan. Karena tahun baru hijriyah tidak bisa dilepaskan dari peristiwa hijrah Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah, tonggak perubahan kehidupan umat islam. Hijrah Rasulullah saw adalah contoh nyata perubahan total dalam kehidupan. Di Mekah umat islam tidak leluasa menjalankan agama Islam, tidak bebas mendakwahkan agama Allah.

      Hijrah Rasulullah saw adalah bukti perubahan total menuju umat terbaik dengan menerapkan syariah kaffah. Dan dari kehidupan Rasulullah saw yang diteruskan para sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in ini pula kita juga bisa meneladani bagaimana beliau para generasi terbaik menyikapi wabah.

      Pertama, meneladani sikap ridha terhadap apapun yang ditetapkan Allah, yakin ini adalah yang terbaik dari Allah meski terkadang buruk dalam kacamata manusia. Kedua, muhasabah dan taubat, bisa jadi wabah ini adalah musibah sekaligus ujian untuk umat Islam dan umat manusia agar semua kembali mengevaluasi bisa jadi telah banyak kemaksiatan dilakukan, bisa jadi membiarkan terjadinya kemaksiatan. Taubat dan segera berubah untuk taat. Ketiga, meneladani teknis penanganan wabah.

      Sebagaimana dahulu Khalifah Umar bin Khattab yang bersungguh-sungguh menyelesaikan wabah thaun. Memisahkan yang sakit dengan yang sehat. Menjamin kebutuhan yang sehat, memulihkan yang sakit dengan cepat dengan fasilitas terbaik. Maka ini pun juga bisa segera diterapkan meski terlambat. Tracing, test dan treatment adalah langkah wajib agar segera diketahui mana yang terkena virus dan berpotensi menularkan, agar yang tertular mengalami gejala segera bisa disembuhkan. Sedangkan yang sehat tetap diberikan kebebasan beraktivitas. Bukan malah membuat kebijakan yang bertele-tele, menyepelekan bahkan menantang wabah.

      Semoga dengan datangnya tahun baru hijriyah ini semua bisa mengambil hikmah dari wabah ini, secepatnya kembali taubat dan taat, menghentikan semua maksiat, meninggalkan sejauhnya hukum kufur, bersegera menuju ampunan Allah dengan terikat syariah secara kaffah, pasti selamat dunia dan akhirat. Wallahu a'lam

      Nur Aini, S.Si

      Guru - Tinggal di Pare Kediri Jawa Timur


      Tulisan sudah tayang di https://retizen.republika.co.id/posts/12676/mengambil-hikmah-hijrah-rasulullah-di-tengah-wabah

      Saturday 24 July 2021

      Swab mandiri

       



      Hidup di negeri seperti ini harus ekstra sabar dan berpikir jernih. Memang resiko hidup dalam sistem kapitalisme itu hidup  sempit di dunia, apalagi dalam kondisi pandemi, tambah stres.


      Namun tak perlu khawatir jika kita seorang muslim, kita punya pedoman yang pasti tidak akan menyesatkan, Al-Qur'an dan Sunah.


      Dalam hal wabah, jelas solusinya. Pisahkan antara yang sehat dengan yang sakit. Sakit dirawat dan dikarantina. Sehat tetap beraktivitas seperti biasa. Maka salah satu cara untuk mengetahui mana yang sehat dan sakit adalah dengan testing. Namun sayang di negeri kapitalis ini testing malah tidak maksimal. Bukannya dihandle oleh negara dan gratis, malah jadi lahan bisnis. Akhirnya tidak jelas mana yang sakit mana yang sehat, akibatnya rantai wabah akan terus terhubung.

      Maka mau tidak mau, ketika kondisi mampu, atau yang mampu membantu yang tidak mampu maka testing itu perlu ketika gejala sakit wabah (covid) terjadi. Dengan testing bisa diambil langkah berikutnya. Positif segera ditindaklanjuti, negatif segera dipulihkan agar cepat sehat.


      Sekali lagi, karena ini wabah. Harus ada kejelasan kondisi, maka testing, tracing, dan treatment wajib dilakukan secara maksimal. Bukan malah seperti saat ini, yang sakit otg dan yang sehat tak jelas, yang sakit tak tertangani, yang sehat aktivitasnya dibatasi , jelas akan terus menambah masalah.


      Mungkin masih ada yang beranggapan, tak perlu testing, nanti di-covid-kan, iya kalau sakit mau isolasi mandiri, jika tidak mau sedangkan hasil test tidak ada kemudian tetap  "berkeliaran" kasihan yang tertular. Atau tidak mau test dan belum terbukti kontak erat dengan orang positif memutuskan isolasi mandiri, padahal bisa jadi negatif, ya malah tidak produktif. Serba terbolak-balik.


      Maka solusinya apa? Tetap sabar, berpikir yang jernih, jangan mudah terprovokasi, cari informasi yang valid, perjelas informasi yang berpeluang hoax. Saling membantu kebutuhan materi, saling memberi, ringankanlah yang membutuhkan, bantu sekuat tenaga.


      Dan yang terpenting adalah berjuang menegakkan sistem khilafah, sistem warisan Rasulullah, yang jelas berpijak pada Al Qur'an dan Sunah. Memberi solusi sesuai dengan aturan Dzat Yang Menciptakan manusia. Sistem. Yang dijalankan dengan mengedepankan keimanan dan ketakwaan. Sakit, ikhlas kan, ikhtiar itu secara personal. Sedangkan dalam tataran negara, negara memberikan pelayanan terbaik dan gratis. Yang sakit diurusi yang sehat diurusi. Mari bersama berjuang mewujudkan khilafah, minimal mendukung, dan jangan sampai menjadi penghalang. Yakin, hidup bahagia dunia akhirat dengan tunduk syariat sepenuhnya.

      Friday 16 July 2021

      Vaksin, konspirasi kapitalis melumpuhkan umat islam?

       

      Embuhlah, adoh men mikire. Yang pasti kapitalis itu masih butuh objek untuk dikapitalisasi. Lha kalau dimusnahkan ya ga punya kerjaan donk, ga ana sing diplokotho.


      Tapi vaksin memang berpeluang dibisniskan, ini juga ga perlu heran, memang karakter ideologi Kapitalisme ya gitu, apapun selama mendatangkan materi ya dibikin bisnis, qimah insaniyah pikir mburi sing penting qimah madiyah, untung..untung...tambah kaya...tambah kaya.


      Vaksin berbayar, ya ga usah heran juga, emang kebijakan pemerintah kapitalis ya gitu, lepas tangan. Beda jauh dengan khilafah yang total meriayah mengurusi urusan umat, ga itungan duit sama rakyatnya, asal rakyat sejahtera, selamat wis loooos dhooool khilafah akan menggelontorkan sebanyak mungkin dana demi menyelamatkan rakyatnya.


      Saya vaksin, AZ 2x. Kok mau vaksin? Ikhtiar, persiapan tatap muka mengajar, walaupun sampai sekarang pjj terus.


      Vaksin pertama bondho nekat, kipi 3 hari. Alhamdulillah vaksin kedua ga bonek, alhamdulillah tidak kipi. Padahal saat vaksin  kedua tensi naik ke puncak gunung, sampe petugas screening kaget, padahal saya cuma mesem sambil bilang dalam hati, memang hipertensi kok, warisan ortu dan ga mikir pola makan, sing penting wareg. 


      Jadi sebelum vaksin ngisi ceklis kondisi (sedang tidak demam, flu. Tidak punya penyakit berat semisal asma, diabetes dsb), setelah itu cek tensi, cek suhu badan, jika masih standar lanjut ke vaksinasi jika gagal ya pulang, kebetulan saat vaksin ada yang pulang, karena sedang tidak fit.


      Tapi ya gitu, bagi wong cilik yang ga kenal general cek up, ga pernah tahu berapa tensinya, berapa kadar gula, kadar asam urat dll ya bisa jadi merasa sehat ngisi ceklis sesuai perasaan ya bisa jadi seharusnya tidak layak menerima vaksin tetap vaksin. Bisa jadi kena kipi berat. Ini juga yang disalahkan bukan vaksin atau orangnya, tapi salahkan pelayanan kesehatan, mahal. Bikin rakyat kecil blas ga mikir general check up ya wajar ga ngerti kalau sebenernya tubuhnya tidak baik-baik saja.


      Jadi kalau sekarang karut - marut juga ga usah heran lah, lha memang sistem kapitalisme itu bikin susah.


      Makanya, ayo pake khilafah saja, ikhtiar jaga kesehatan, jaga dari penularan, jika pun tertular usaha biar tidak terdampak berat (salah satu ikhtiarnya vaksin). Yang terpenting tetap berjuang mendakwahkan khilafah, tetap #BanggaBicaraKhilafah karena #KhilafahAjaranIslam


      Kediri, 16 Juli 2021

      Saturday 10 July 2021

      Hati-hati, Flu Di-covid-kan?



      6 April 2021 vaksin pertama AZ, tanpa persiapan. Menganggap seperti biasa saat injeksi. Malam hari demam, pusing, badan lemas, mual. Pagi demam hilang tinggal pusing dan lemas. H+2 tinggal sedikit pusing. H+3 alhamdulillah kembali normal. 


      30 Juni vaksin kedua, menjaga stamina tubuh, minum vitamin alhamdulillah tidak ada kondisi seperti di vaksin pertama. 


      2-3 Juli pusing luar biasa, badan sakit semua. 


      4 Juli demam 


      5 Juli saat masak bawang goreng gosong sama sekali tidak mencium baunya 


      Hingga 9 Juli siang masih belum bisa mencium bau, sore sudah bisa mencium beberapa bau jika didekatkan ke hidung


      7 Juli diare ringan

      8 Juli diare parah


      Mulai mencari info ke puskesmas, diminta swab antigen mandiri



      9 Juli mencari tempat swab antigen di kota Kediri, mencari info di puskesmas terdekat, tidak melayani umum mandiri. Mencoba ke satu tempat terdekat, alat tes habis, biaya 190rb.Mencari informasi ke RS swasta terdekat, kuota harian penuh, 350 rb. Mencari informasi di lab agak jauh 300rb, pesan baru dibalas sudah siang, sudah capek mondar-mandir, sore ada acara. 



      10 Juli pagi meluncur ke Pare, RSKK KTP Kabupaten Kediri 125rb, non Kabupaten Kediri 250rb


      Alhamdulillah negatif, sejak awal sudah husnudzan, memang Juni Juli biasa sakit, hampir jarang berkerumun, insyaallah selalu pake masker saat keluar rumah, sedikit tidak khawatir 

      sudah vaksin toh pun benar positif kemungkinan besar tidak  parah. Namun memang flu agak beda (tidak bisa mencium lama dan setelah batuk dada sesak, agak demam) , dan waspada khawatir benar positif dan menulari keluarga yang punya penyakit penyerta.


      Kesimpulan flu biasa tidak di-covid- kan. Negatif ya negatif. 



      Jadi tahu biaya swab antigen di beberapa tempat. Pantes ada yang bilang bisnis swab.


      Kalau tidak malas masih ada tulisan lain. 

      Kenapa swab antigen mandiri, dimana negara? 

      Vaksin untuk apa? 

      Biaya swab kenapa beda? 

      Rakyat diurus siapa? 

      Puskesmas ada untuk apa? 

      Dsb...



      Kediri, 10 Juli 2021


      Saturday 3 July 2021

      Jangan Bosan Melakukan Kebaikan

       



      Belajar, menambah ilmu tak jarang bilang bosan padahal baru sebentar


      Membantu pekerjaan orang tua sering bilang bosan padahal ngegame di depan HP atau laptop seharian sedikitpun tak merasa capek


      Cerewet terus mengingatkan agar salat , agar membantu orang tua, agar tidak main terus, agar tidak pacaran, agar rajin membaca Quran ternyata yang diingatkan cuek bebek seolah amnesia dan tuli, akhirnya merasa bosan mengingatkan. 



      Bosan? Jangan sembarangan mengatakan bosan. Jika itu kebaikan jangan pernah bilang bosan dan akhirnya meninggalkan. Jika bosan, maka keistiqamahan gagal terjaga. Padahal istiqamah dalam kebaikan itu ciri diterimanya amal. 


      Bosanlah bermaksiat, Bosanlah membuang waktu untuk hal tak bermanfaat

      Bosanlah ketika semakin jauh mengingat akhirat


      Istiqamah dalam kebaikan

      Selalu menjaga keikhlasan 

      Mengingat bahwa Allah itu Maha Sabar dan Allah selalu menyertai orang yang sabar


      Jangan lelah beribadah 

      Jangan lelah berdakwah

      Jangan lelah berlomba dalam kebaikan


      Semoga menjadi pengingat, tak ada yang sia-sia dengan sebuah kebaikan, keterikatan pada syariat pasti membawa manfaat baik di dunia maupun akhirat.


      Kediri, 3 Juli 2021

      Friday 2 July 2021

      Tentang Kamar Mandi



      Kalau mau tahu kebiasaan, kepedulian, kedisiplinan, dan kebersihan seseorang, coba cek kamar mandinya. Bukan satu-satunya indikator penentu sih.



      Apa saja yang perlu dilihat di kamar mandi?


      Kebersihan, bau, tata letak barang


      Ada kotoran tertinggal meski sedikit apalagi mengerak indikator orangnya jorok, tidak cermat, tidak peduli.


      Ada sampah tidak pada tempatnya, pakaian kotor  tidak teratur, indikator orangnya tidak disiplin.


      Kamar mandi bau, pengap, pesing, berlumut, indikator orangnya tidak punya kepedulian.



      Perlengkapan mandi berserakan, sembarangan meletakkan, indikator orangnya jorok, tidak bertanggung jawab, kurang perhatian dengan thaharah alias kesucian, padahal thaharah ini penting banget, ga suci, thaharah tak peduli perlu dipertanyakan ibadahnya.



      Ga sepakat? Ya ga apa-apa sih



      Berikut beberapa tips seputar kamar mandi.


      Baca doa sebelum masuk kamar mandi, minimal baca bismillah, dahulukan kaki kiri saat masuk, kaki kanan saat keluar. 

      Gayung di atas, di luar air, gagang mudah dipegang, tangan tidak masuk ke air


      Gayung dalam air, ketika tangan kotor rawan masuk tercampur ke air


      Gayung, biasakan diletakkan di tempat yang mudah diambil, posisi tidak di dalam air. Agar cepat bisa diambil dalam keadaan darurat, semisal kebelet, BAB, BAK tak tertahan. Agar saat tangan kotor apalagi terkena najis tidak tercampur dengan air, tangan bisa memegang gayung tanpa tangan masuk ke air. Agar gayung lebih lama bersih, karena kalau di air terus - menerus lebih cepat berlumut dan kotor. Gayung di letakkan atas atau pinggir bak mandi dalam keadaan kosong, agar ketika jatuh air tidak tumpah, tidak mudah pecah.


      Isi bak mandi selama mandi, jika masuk bak mandi dalam keadaan penuh tunggu sampai air terpakai  sebagian baru diisi. Agar ketika keluar bak mandi tetap terisi, dan yang memakai setelahnya sudah tersedia air. Juga antisipasi listrik mati terutama yang air tidak punya tandon, antisipasi pengguna setelahnya kebelet tak tertahan. Kasihan kalau kebelet ternyata air zonk. 


      Sering membersihkan, menggosok lantai, WC, dinding dan bak mandi agar lumut tidak membuat licin. Ingat banyak yang tereleset di kamar mandi dan berakibat fatal, terutama jika ada balita atau lansia, pastikan lantai tidak licin

      Matikan kran air ketika selesai dan hendak meninggalkan kamar mandi, sebelum keluar cek sekeliling, adakah yang tertinggal, sudah bersihkah WC, masih ada yang bau, masih berantakan dan lain sebagainya. Pastikan meninggalkan kamar mandi dalam keadaan bersih, rapi. Keluar dahulukan kaki kanan, baca hamdalah. 


      Sebelum keluar, pastikan badan, kaki kering, perkirakan mandi air tidak keluar pintu agar tidak becek, agar najis tidak terciprat keluar. 


      Keringkan kaki. 



      Sering ganti kain keset di depan kamar mandi, pastikan bersih, kering, suci,  jika basah atau kotor segera cuci dan ganti dengan yang kering.



      Kediri, 2 Juli 2021 

      Tuesday 29 June 2021

      Salat, Haruskah?




      Orang itu salat tapi jahat

      Orang itu salat tapi suka khianat

      Orang itu salat tetap saja miskin

      Orang itu salat tetap saja suka nyakitin


      Mending tidak salat yang penting baik

      Mending tidak salat yang penting tanggungjawab

      Banyak yang tidak salat tapi kaya, orang kafir ga pernah salat juga banyak yang kaya

      Ga penting salat, yang penting baik hati, lemah lembut, suka menolong


      Kesampingkan semua alasan itu, tak perlu mencari pembenaran, carilah ilmunya dulu.


      Mengapa harus salat?

      Karena salat adalah kewjiban dari Allah

      Karena salat adalah pembeda antara orang beriman dan kafir

      Karena salat adalah wujud ketaatan dan syukur kita kepada Allah


      Mengapa harus taat kepada Allah? Mengapa harus iman kepada Allah?

      Karena Allah yag menciptakan semuanya, Allah pula yang mengatur semua yang telah diciptakan.


      Allah menciptakan manusia, dan manusia diberi aturan oleh Allah. Secara logika, aturan terbaik untuk manusia pasti aturan dari dzat yang menciptakan manusia, yaitu Allah. Karena pastilah Allah yang paling tahu akan semua hal yang telah diciptakannya.


      Salah satu aturan yang Allah berikan kepada manusia adalah kewajiban melaksanakan salat. Namanya wajib maka jika dikerjakan mendapat pahala, jika ditinggalkan mendapat dosa. Pahala mengantarkan ke surga, dosa mengantarkan ke neraka.


      Salat tidak penting, yang penting baik kepada sesama manusia. Salah. Salat itu penting. Baik kepada sesama manusia juga penting, sama-sama kewajiban yang harus ditunaikan, bukan kewajiban yang saling mengeliminasi. 


      Itu tidak salat tetap kaya. Iya, salat tidak ada hubungannya dengan kaya atau miskin, salat tidak otomatis menjamin rezeki lancar. Karena salat itu dilakukan semata untuk meraih ridha Allah, bukan untuk mencari kekayaan, tidak ada hubungannya dengan banyak sedikitnya rezeki yang diberikan. Akan tetapi salat adalah pembeda antara muslim dan kafir, salat adalah tiang agama, perkara penting dalam agama. Amalan pertama yang ditanyakan saat hari pertanggungjawaban di akhirat kelak.


      Orang kafir  kaya meski tidak salat, maka sesungguhnya Allah sedang memberikan tadaruj baginya, yaitu kenikmatan yang sejatinya mengantarkan pada kehancuran. Tadaruj ini sebenarnya ujian, ujian apakah dia tetap kafir atau sadar akan kenikmatan dari Allah sehingga dia beriman kepada Allah.


      Salat nanti saja kalau sudah tidak sibuk, kalau sudah tua. Salah.

      Sibuk atau tidak, itu pilihan. Tinggal atur waktu. Jangan disibukkan dengan hal yang sia-sia atau bahkan mengantarkan pada dosa. Salat tak perlu menunggu tua, karena tidak ada jaminan kita hidup sampai tua.lagian boleh pilih salat paket regular atau paket kilat, yang penting rukun salat terpenuhi sudah menggugurkan kewajiban.itu kalau PeDe tabungan amal kita sudah banyak dan diterima semua oleh Allah. 


      Suka-suka saya mau salat atau tidak, benar. Suka-suka saja dengan hidup maka suka-suka Allah pula jika kelak di akhirat memasukkan ke neraka. Namun bagi orang lain, bagi sesama muslim ada kewajibana untuk terus sabar menasehati dalam kebaikan, haram membiarkan kemaksiatan ringan dijalankan.


      Maka, salatlah sebelum disalatkan. Salatlah sebelum penyesalan di akhirat terjadi, sudak taka da guna.

      Sunday 2 May 2021

      Cinta Yang Hampa






      Derita cinta karena dunia semata

      Deritanya dunia akhirat


      Relasi hampa yang biasa dalam sistem kapitalisme

      Tak mengenal nilai ruhiyah

      Tak mengenal syariah




      Sunday 25 April 2021

      Duka Tanpa Khilafah

       


      Alhamdulillah sudah berada di hari ke -13 Ramadhan, bulan mulia penuh berkah. Dan pasti setiap muslim yang hanif selalu menginginkan ini menjadi Ramadhan terindah, meraih keberkahan ,mendapat anugerah malam seribu bulan, dan terus mempertahankan amalan meski Ramadhan berakhir nanti.

       

      Namun keindahan Ramadhan sepertinya belum menjadi milik umat Islam Indonesia. Ramadhan tahun ini kebijakan plin-plan pengambil kebijakan kembali dipertontonkan, pergerakan masyarakat dalam rangka mudik lebaran dibatasi, dianjurkan tetap dalam kota sembari rekreasi, namun dengan terang benderang WNA India sebagai negar zona merah setelah menjadi negara penyumbang terbesar  di dunia penambahan kasus covid dan kematian , dibiarkan melanggang memasuki Indonesia. sungguh ketidakadilan yang nyata ditunjukkan. Aparat di daerah begitu sigap menyekat perbatasan mencegah mudik namun pusat dengan mudahnya memberi ijin WNA berpotensi menularkan covid masuk ke Indonesia, seolah perbatasan internasional dibuka begitu lebar. Ironis.

       

      Ramadhan ini juga diwarnai berita duka tenggelamnya  KRI Nanggala 402, yang  hingga tulisan inidibuat posisi KRI belum diketahui pasti, dengan dugaan tenggelam dan hancur bisa jadi harapan keselamatan para ABK sangatlah kecil. Lagi-lagi ini adalah berita yang sangat memprihatinkan, jelas terlihat kelambanan dalam mengambil tindakan. Juga memprihatinkan nasib ABK kapal selam di negeri ini selama ini, tak banyak mendapat perhatian dan fasilitas yang memadai. Jelas ironi negeri maritim, negeri dengan wilayah laut sangat dominan namun dijaga oleh kapal seadanya. Negeri dengan potensi alam yang melimpah namun terus dirundung masalah.

      Singkat cerita, negeri ini salah kelola. Kebijakan oligharkis telah membuat negeri ini dicengkeram oleh segelintir konglomerat yang berkolaborasi dengan pengkhianat menjual milik rakyat demi kepentingan sendiri bahkan rela menggandeng asing bak sahabat namun abai terhadap kepentingan rakyat. Mereka tak peduli dengan nasib mayoritas rakyat, yang dipikirkan hanyalah mengumpulkan kekayaan dan melanggengkan penguasaan atas semua hal di negeri ini.

      Potensi kekuatan AU beberapa negara, sumber : Emerging World Order The Islamic Khilafah State 


      Hanya satu cara untuk bisa menyelamatkan negeri ini dan juga negeri kaum muslimin lain yang sedang dirundung masalah (Muslim Xinjiang. Rohingya, Palestina, muslim India, dan muslim di belahan dunia lainnya yang hidup penuh diskriminasi), yaitu dengan khilafah. Menyatukan umat Islam dalam naungan khilafah. Dengan begitu potensi umat akan terkumpul dan masalah pun akan mudah untuk diselesaikan, bukankah benar kata peribahasa, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.



       

      Thursday 1 April 2021

      Terorisme Dan Bom Bunuh Diri Bukan Ajaran Islam

       

      Peristiwa ledakan di depan salah satu gereja di Makassar langsung dilabeli sebagai bom bunuh diri, dan seperti biasa, aparat segera merilis orang yang diduga sebagai pelaku. Dan seperti biasa pula pelaku dikaitkan dengan kelompok Islam. Setelah itu istilah khas pun kembali didengungkan, bom bunuh diri, bom syahid, terorisme, pengantin bom, radikalisme, intoleran dan pentingnya mewaspadai bahaya gerakan Islam garis keras.tak ketinggalan pula akan muncul kampanye HAM, dialog antarumat beragama, pentingnya Islam moderat hingga bahaya gerakan Islam transnasional. Namun, terlepas dari itu semua, lagi-lagi umat Islam akan menjadi korban, diidentikkan dengan terorisme dan tak heran islamophobia akan semakin menguat. Akhirnya semua yang berlabel syariat Islam, Islam kaffah hingga ajaran khilafah akan terus dimarginalkan, dikriminalkan bahkan dianggap berbahaya. 

      Menghadapi fenomena yang berulang seperti ini, bom meledak, stigma negatif pada Islam dan berakhir pada islamophobia, umat islam tidak boleh berdiam diri. Langkah minimal yang bisa dilakukan adalah yakin dan meluruskan bahwa terorisme dan bom bunuh diri bukanlah ajaran Islam. Sehingga tak layak sedikitpun jika peristiwa bom dan tindakan  teror selalu dikaitkan dengan Islam.

      Islam Mengharamkan Pembunuhan Tanpa Alasan Yang Dibenarkan Syariat

      Islam adalah agama yang sempurna, semua hal diatur tak sedikitpun terlewatkan, termasuk terkait pembunuhan. Dalil pengharaman pembunuhan tanpa sebab syar’i di antaranya adalah firman Allah SWT dan sabda Rasulullah saw berikut ini  


      مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي اْلأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا

      Siapa saja yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia (TQS al-Maidah [5]: 32).

      مَنْ ضَارَّ ضَرَّهُ اللهُ وَمَنْ شَاقَّ شَقَّ اللهُ عَلَيْه

      Siapa saja yang membahayakan orang lain, Allah akan menimpakan bahaya kepada dirinya. Siapa saja menyusahkan orang lain, Allah akan menimpakan kesusahan kepada dirinya (HR al-Hakim).


      يَجِيءُ الْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُتَعَلِّقٌ بِرَأْسِ صَاحِبِهِ – وفي لفظ : يَجِيءُ مُتَعَلِّقًا بِالْقَاتِلِ تَشْخَبُ أَوْدَاجُهُ دَمًا – يَقُولُ : رَبِّ سَلْ هَذَا لِمَ قَتَلَنِي

      Pembunuh dan korban yang dibunuh akan didatangkan pada Hari Kiamat dengan menenteng kepala temannya (pembunuh). Dalam riwayat lain dinyatakan: Dia (korban) membawa sang pembunuh, sementara urat lehernya bercucuran darah. Lalu dia berkata, “Ya Allah, tanya orang ini, mengapa dia membunuh saya.” (HR Ibnu Majah).


      يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْأُنْثَى بِالْأُنْثَى

      Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian qishâsh berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh: orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya, dan wanita dengan wanita… (TQS al-Baqarah [2]: 178).

      Dari dalil-dalil di atas jelas, bahwa Islam mengharamkan pembunuhan yang disengaja, pelakunya diancam dengan hukuman yang sangat berat. Bahkan Rasulullah pun mengingatkan agar hati-hati membawa senjata tajam, tidak boleh membahayakan orang lain. Membawa anak panah saja harus dipastikan tidak melukai orang lain, apalagi membawa bom dan meledakkannya, tentu sangat dilarang.

      Oleh karena itu, mengindentikkan bom bunuh diri sebagi bagian dari jihad adalah tindakan yang sangat tidak adil. Atau mungkin sengaja, agar ajaran Islam yang benar semakin tersamarkan, sehingga umat pun semakin bingung. 


      Umat Islam Wajib Menghindari Kemaksiatan Dan Terus Mendakwahkan Islam Yang Benar

      Jelas sudah, bom bunuh diri apalagi membunuh orang lain adalah tindakan kemaksiatan dan termasuk dosa besar. Maka seorang muslim wajib menghindarinya. Tidak hanya itu, wajib pula diluruskan pemahaman yang salah terkait bom bunuh diri. Dan yang tak kalah pentingnya adalah terus mendakwahkan Islam yang benar, yaitu Islam yang dipraktikkan Rasulullah, para sahabat Nabi, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Islam yang dipraktikkan dalam kehidupan secara kaffah.

      Umat islam wajib membekali diri dengan pemahaman yang kaffah, tidak memahami apalagi menerapkan Islam secara parsial. Berjuang agar Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam dapat terwujud, yaitu dengan penerapan syariat kaffah dalam naungan khilafah, system yang diwarikan Nabi untuk umatnya. Sistem yang menjamin keamanan, keselamatan dan kesejahteraan seluruh warga negaranya , baik muslim maupun nonmuslim.


      Wednesday 17 March 2021

      Ujian praktik yang mudah

       Alhamdulillah

      Hari ini selesai penilaian praktik wudhu dan adzan iqamah  untuk siswa putra


      Ada standar ujian praktik untuk kelas 6 (Qur'an Hadits, Fikih, Bahasa Arab/Indonesia /Inggris/Jawa, IPA, SBdP, PJOK), tapi di madrasah kami ada ujian praktik yang paten, apapun kisi-kisinya wudhu, salat, dzikir sesudah salat, adzan dan iqamah insyaallah tak pernah terlewat.


      Kelas 6 emang masih butuh gitu ujian seperti itu?


      Masih, untuk memastikan lagi ketika lulus sudah tidak ada masalah terkait pengetahuan, untuk praktik sehari-hari dikembalikan ke individu dan keluarga siswa.


      Emang semua lulus memenuhi kriteria? Tidak selalu, yang terpenting ada usaha dari siswa untuk menyiapkan ujian.


      Memang nasib hidup dalam sistem sekular, tapi tetap ada usaha maksimal meredam kerusakan, mengurangi dampak negatifnya.


      Dan yang tak kalah penting, ada usaha serius mengerahkan seluruh upaya untuk melakukan perubahan. Perubahan sistemik, hentikan penerapan sistem kapitalisme sekular, terapkan sistem sahih, khilafah.


      17 Maret 2021

      TKP di Pare, nulis  di Kediri

      Tuesday 16 March 2021

      Pendidikan Tanpa Khilafah, Menuai Masalah?

       Alhamdulillah cek hafalan sekaligus salah satu nilai ujian praktik pelajaran Qur'an Hadits telah terlaksana.


      Siswa menghafal Surah :

      1. Al Alaq

      2. Al Qadr

      3. Adh Dhuha

      1-3 hafalan sesuai materi kelas 6


      4. An Naziat

      5. An Naba'

      4 & 5 hafalan wajib kelas 6, harapannya juz 30 sudah tuntas dihafal sejak kelas 1, meski tidak sedikit yang naik kelas namun hafalan tertinggal


      Setelah selesai semua kegiatan di kelas 6 sambil menunggu kelulusan setor hafalan Surah pilihan : Yasin, Ar Rahman, Al Waqiah


      Evaluasi hafalan Surah 1-5 : siswa putri lebih banyak yang bisa tuntas dan lancar, sedangkan siswa putra hanya 1 yang tuntas dan lancar. Lainnya masih ada yg perlu dibantu, ada yang belum hafal semua.


      Untuk Surah 1-5 sudah biasa dibaca berulang setiap hari. Sesekali video call setor hafalan.


      Kembali ke evaluasi sedih. Siswa putra yang calon imam malah sedikit yang hafal. Banyak faktor, krn kurang kontrol dari orang tua, ada yang belum lancar baca qur'an bahkan bisa jadi karena lebih banyak menghabiskan waktunya untuk main HP - game online maupun offline


      Entahlah mau kemana negeri ini jika kemenag dan kemendikbud sebagai punggawa penyelenggaraan pendidikan masih saja tidak optimal menjadi pendidikan sebagai bidang yang harus serius diperhatikan, dengan merujuk pada kurikulum terbaik, sistem pendidikan Islam.


      Jalan perjuangan ini masih panjang, semoga dunia tanpa Khilafah hanya berhenti di tahun ke-100. Aamiin


      Kediri, 16 Maret 2021 

      Sunday 7 March 2021

      Tanpa Khilafah Umat Didera Masalah

       

      “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)


      Sabda Rasulullah saw yang sangat gamblang, khalifah sebagai pemimpin dalam sistem khilafah adalah perisai sekaligus pengurus seluruh urusan rakyat. Khalifah akan memastikan seluruh keperluan rakyat terurusi, khalifah akan menjadi pelindung rakyat dalam setiap perkara. Dengan demikian, seluruh urusan rakyat ada yang memperhatikan ketika ada seorang khalifah . Maka sebaliknya, ketika tidak ada khalifah, urusan umat tidak ada yang mengurusi, terabaikan bahkan rakyat terus tertimpa masalah. Inilah fakta yang saat ini menimpa umat.

      Sejak 3 Maret 1924, perisai dan pelindung umat secara sempurna dihilangkan oleh Mustafa Kemal.dan sejak saat itu pula umat Islam semakin tercerai berai dalam negara-negara bangsa. Umat Islam disibukkan dengan urusan personal atau sekadar masalah di sekitar tempat mereka tinggal. Kehidupan umat terus berada dalam kesempitan, suahlah hidup tak sejahtera  tak jarang dikriminalkan pula ketika ingin sepenuhnya terikat pada aturan Allah SWT. Menyampaikan khilafah sebagai bagian dari ajaran Islam dikriminalkan hingga dipecat dari pekerjaan, mewajibkan menutup aurat yang hukumnya memang wajib dituduh melanggar HAM dan intoleran, menyampaikan amar makruf nahi munkar difitnah sebagai pemecah belah. 

      Tidak hanya kesempitan dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah dan Rasulullah, umat terus didera dengan masalah kehidupan. Ibarat di hutan, hukum rimba menjadi pedoman, yang kuat akan memakan yang lemah, yang kuat semakin berkuasa sedangkan rakyat semakin sengsara.  Rakyat kecil  dibiarkan bersaing dengan para pemilik modal yang dianak emaskan oleh penguasa sedangkan rakyat biasa harus membanting tulang, memeras keringat untuk mengais  sisa sumber penghidupan yang telah dikuras para pemilik modal. 

      Begitulah umat akan terus didera masalah ketika khilafah tiada. Karena pelindung sejati umat tidak ada. Oleh karena itu, upaya untuk mewujudkan kembali khilafah mutlak diperlukan, bukan sekadar demi memperbaiki kehidupan namun lebih dari itu, sebagai konsekunsi keimanan kepada rukun iman,konsekuensi aqidah yang telah diucapkan dalam dua kalimat syahadat, untuk sepenuhnya taat kepada Allah dan RasulNya. 


      Saturday 27 February 2021

      Karena Kita Bukan Hewan

       



      Bunda kenapa tidak boleh telanjang di luar?


      Bunda kenapa harus menutup aurat?


      Kucing tidak apa-apa ya tidak pake baju?


      Kucing kan sudah punya bulu, ga perlu pake baju ya?


      Karena telanjang itu membuka aurat


      Karena Allah memerintahkan kita menutup aurat


      Tidak apa-apa karena kucing itu hewan


      Karena kita manusia 

      Karena kita tidak sama dengan hewan

      Karena manusia diberi akal 

      Karena manusia bisa berpikir, bisa membedakan mana perintah mana larangan 


      Karena kucing tidak punya akal

      Karena kucing tidak bisa membedakan yang baik dengan yang buruk


      Jika manusia tidak mau menutup aurat apa bedanya dengan hewan? 



      Kediri, 27 Februari 2021

      Thursday 18 February 2021

      Terimakasih Nussa Rara

       



      Di masa pandemi saat HP menjadi sarana utama PJJ dan hiburan, ada ujian berat bagi orang tua ketika sekejap saja anak tak terkontrol memegang HP. Asyik main game offline maupun online, asyik menikmati tayangan youtube. Memanfaatkan HP sebagai hiburan atau bahkan hal yang menghabikan waktu lebih mendominasi daripada belajar, menambah ilmu maupun mengerjakan tugas. Menghentikan total penggunaan HP juga sepertinya kurang bijak, karena bagaimana pun HP adalah madaniyah, hukum asalnya mubah. Maka sebagai salah satu alternatifnya adalah tetap mengenalkan HP beserta apapun yang bisa dinikmati dengan HP dengan catatan tentunya. Pendampingan, memberikan penjelasan, membatasi sesuai dengan perkembangan anak. Tetap berikan hak anak untuk mendapat hiburan namun tidak mengorbankan masa keemasan mereka.jadikan HP sebagai sarana untuk membuat anak semakin mengenal Allah, mengenal syariat dan siap menghadapi realitas kehidupan dunia dengan terus mengenalkan visi akhirat kepada anak.

      Yang tidak boleh dilupakan adalah, jangan mengorbankan masa depan anak dengan membiarkan mereka asyik dengan gawai tanpa pendampingan meski seakan hati tenang karena mereka tak rewel. Pastikan apa yang mereka nikmati adalah segala sesuatu yang membantu membentuk kepribadian Islam, membekali anak dengan pemikiran yang sahih, memberikan informasi yang seiring dengan aturan Allah. Bukan sebaliknya, membiarkan anak menikmati semua tanpa saringan dan pendampingan. Jangan rusak akal anak kita dengan informasi sampah, jangan rusak anak kita dengan permainan yang melalaikan. Isi waktu mereka dengan kebaikan dan terus belajar melakukan kebaikan.

      Salah satu alternative tontonan anak yang bisa dinikmati adalah channel Nussa Official dengan tokoh utama Nussa dan Rara. Alhamdulillah ada banyak ilmu dan pengalaman yang didapatkan, banyak sekali. Tidur sendiri tidak takut, makan jangan asal makan, belajar ikhlas, toleransi, rara sakit, rukun iman, rukun islam, adab minta ijin, ambil gak, sikat gigi bulat-bulat, ayo olahraga, dan sebagainya. Semua materi video sangat mendidik dan membantu orang tua untuk mendidik anak, membantu menyampaikan banyak informasi dengan bahasa ringan dan tayangan menyenangkan. Yang jelas semua materi bermanfaat untuk tumbuh kembang anak, meski terkadang orang tua harus berpikir keras untuk menjelaskan sesuai bahasa dan kebiasaan anak. Alhamdulillah, setidaknya orang tua terbantu, daripada menikmati tayangan sampah yang merusak akal anak, yangmelalaikan anak, menjauhkan mereka dari predikat anak saleh.

      Maka, sungguh kejam pihak yang menuduh tayangan Nussa dan Rara sebagai tayangan radikal, intoleran dan hanya merusak anak. Jelas tuduhan yang keji. Bisa jadi untuk membunuh karakter anak muslim, atau bahkan tuduhan datang dari musuh islam atau dari pihak yang islamophobia. Apapun yang berbau islam pasti ditolak. Yang pasti tujuan akhirnya adalah tak ingin umat Islam semakinmengenal ajarannya, tak ingin umat Islam mulia dengan syariat agamanya. 

      Apa yang harus dilakukan? Tetap bertahan dengan identitas Islam. Tidak mundur menyampaikan ajaran Islam. Menyampaikan Islam sebagai penyelamat umat, meyakinkan bahwa Islam adalah agama terbaik dari Allah yang maha segalanya. Menggunakan berbagai sarana untuk terus berdakwah, demi menyelamatkan generasi, demi menyelamatkan umat manusia, demi meraih keselamatan di dunia dan akhirat. Abaikan tuduhan dan celaan para pembenci.


      Kediri, 18 Februari 2021

      Thursday 28 January 2021

      Tempat Singgah



      Perjalanan Pare Kediri dan sebaliknya dengan motor, saat badan tidak fit, saat bawa anak biasanya membutuhkan setidaknya satu kali istirahat.


      Lebih sering memilih masjid atau mushola untuk transit. Atau pom bensin. Diutamakan yang searah, tidak menyeberang jalan. 


      Untuk masjid atau mushola yang pernah disinggahi antara lain, dari arah Pare : masjid setelah RS Khadijah Gurah (terkadang jika dari arah Kediri juga mampir terutama jika sudah masuk waktu salat), pom bensin sebelum SLG.


      Dari arah Kediri : masjid setelah perempatan Katang, mushala setelah perempatan Wonokasihan (sebelum jembatan-pasar), masjid di perempatan Gayam, masjid Adan-adan.


      Pertimbangan utama memilih tempat singgah tersebut adalah tidak sepi, di pinggir jalan, kamar mandi bersih, ada  tempat parkir atau berteduh. Pertimbangan lain, ada yang jualan atau dekat dengan penjual makanan dan minuman.P

      aling nyaman itu ketika nyaman untuk salat, tempat wudhu terpisah total, suasana tenang, ramah anak. 


      Semoga pengelola tempat-tempat tersebut terus memberikan fasilitas yang ramah untuk para musafir baik menempuh perjalanan dekat maupun jauh, semoga terus memberikan fasilitas yang terbaik. Aamiin 



      Kediri, 28 Januari 2021

      Wednesday 27 January 2021

      Generasi Z Mau Diapakan?

       



      Hasil survei penduduk yang dilakukan BPS tahun 2020 telah dipublikasikan. Hasilnya, jumlah penduduk Indonesia adalah 270, 20 juta jiwa, dari jumlah tersebut komposisi terbesar ditempati oleh generasi Z sebanyak 27,94%. Generasi Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997-2012 atau saat ini berumur antara 8-23 tahun. Dengan kata lain generasi Z saat ini menempati posisi usia sekolah dan kuliah. Maka aktivitas terbanyak yang seharusnya dilakukan oleh generasi Z adalah belajar, memperbanyak ilmu dan pengalaman sebagai bekal kehidupan, sebagai bekal penerus masa depan bangsa. Namun bagaimana realita penyiapan dan pembinaan generasi Z saat ini? Apalagi di masa pandemi yang telah berlangsung hampir setahun.

      Fakta yang tak terbantahkan, nasib generasi Z saat ini sedang di ujung tanduk. Kerusakan moral menggerogoti generasi ini. Kriminalitas yang dilakukan anak dan remaja semakin meningkat. Pembunuhan, perampokan, pemerkosaan tawuran tak jarang melibatkan generasi Z. Ini terjadi jauh hari sebelum pandemi. Sedangkan saat pandemi, nasib generasi Z semakin terabaikan.

      Lihat saja fakta dunia  pendidikan yang belum menemukan pola terbaik untuk dinikmati seluruh pelajar dan mahasiswa. Yang pasti fasilitas tidak merata, tidak semua menikmati fasilitas belajar daring saat pandemi. Tidak ada jaminan semua mendapatkan akses pendidikan terbaik.

      Parahnya lagi, yang mendapatkan fasilitas akses internet pun juga bukan tanpa masalah. Mental hedonis yang telah terpatri karena sistem sekular membuat pembelajaran daring tidak maksimal. Porsi pemanfaatan internet untuk belajar masih kalah jauh dengan bermain online yang seringkali membuat ketagihan, malas beraktivitas, malas gerak dan jauh dari aktivitas produktif di dunia nyata.

      Perhatian negara pada pendidikan dan pembinaan generasi Z masih belum maksimal, terbukti pemerintah masih sibuk dengan urusan seputar ekonomi makro yang tak banyak menyentuh rakyat kecil hanya menguntungkan para pemilik modal. Beberapa waktu lalu pemerintah nekat mengesahkan UU Cipta Kerja yang terindikasi menguntungkan para pemilik modal, padahal rakyat banyak menolak. Santai membuka kran impor berbagai barang padahal belum memaksimalkan potensi dalam negeri. Pemerintah sibuk memperketat aktivitas rakyat namun longgar dengan WNA, terutama WNA China yang masuk untuk mengisi lapangan pekerjaan, kucuran dana tunai hasil utang pun terus dilakukan untuk menggerakkan roda perekonomian. Dan lagi-lagi pendidikan belum mendapatkan perhatian serius. Akibatnya tak sedikit pelajar yang masih belum mendapatkan ilmu secara optimal, bahkan ada yang stres dengan metode pembelajaran online saat ini. Ironinya pemerintah juga malah sibuk dengan isu radikalisme, intoleransi, dan membungkam rakyat yang kritis, seolah mendeklarasikan diri menjadi penguasa anti kritik, menutup telinga dengan masukan. 

      Yang seharusnya dilakukan agar generasi Z siap menjadi generasi penerus bangsa adalah memberikan perhatian penuh dan sungguh-sungguh untuk membina generasi Z, membekali mereka dengan pemikiran yang sahih. Memang sebuah usaha yang tidak menghasilkan materi kekayaan secara langsung, karena membina generasi bukan lahan bisnis melainkan sebagai bentuk tanggung jawab negara pada masa depan generasi. Maka sudah seharusnya porsi perhatian dan keseriusan negara untuk memastikan generasi Z mendapatkan fasilitas terbaik untuk membina kepribadian menuju kepribadian luhur sebagai hamba Allah, yang diciptakan semata untuk beribadah kepada-Nya. Namun hal ini tidak bisa hanya berharap pada sistem demokrasi sekular yang nyata tak membawa kebaikan, saatnya kita memilih sistem terbaik untuk menyelamatkan generasi Z dan umat manusia secara umum agar kelak saat menikmati bonus demografi kita juga memanen kebaikan, sistem yang dibutuhkan tak lain adalah sistem Islam, yang memandang generasi sebagai aset hingga ke akhirat, tentu dengan pengerahan seluruh waktu, tenaga dan pikiran, semuanya demi terwujudnya generasi Z yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. 


      Saturday 23 January 2021

      Musibah Silih Berganti Saatnya Muhasabah Negeri

       

             Pesawat jatuh, gempa bumi, banjir, tanah longsor, gunung meletus datang bertubi-tubi di awal tahun 2021. Memang bencana adalah kehendak Tuhan karena tak ada satupun peristiwa di dunia ini terjadi tanpa kehendak-Nya, maka manusia wajib menerima dengan ikhlas semua yang menimpa dirinya, termasuk musibah. Namun di sisi lain manusia juga harus mengevaluasi pemicu terjadinya bencana atau setidaknya menyiapkan segala sesuatu untuk memperkecil dampak negatif bencana.

             Gempa bumi sering datang tiba-tiba namun upaya untuk meminimalisir korban dengan memastikan bangunan yang dibuat tahan gempa atau ramah gempa, teknis evakuasi yang cepat dan ketersediaan fasilitas medis juga kecukupan pangan adalah hal yang bisa dipikirkan manusia, maka pada wilayah inilah manusia wajib berusaha. Dan yang tak kalah pentingnya adalah tindakan recovery semua bidang, jadi korban bisa secepatnya kembali ke kondisi normal, bukan malah ditinggalkan dan dibiarkan menderita sendiri

             Apalagi banjir dan tanah longsor, tanda primernya sangat mudah dikenali, diantaranya curah hujan di atas normal, hilangnya daerah resapan, dan  rusaknya lingkungan.

             Seharusnya musibah banjir dan tanah longsor lebih mudah diantisipasi. Namun sayang, musibah berupa bencana alam yang sering memakan korban ini seolah tak begitu mendapat perhatian dari penguasa. Jika ada, itu pun belum maksimal, tidak sebanding dengan perhatian untuk terus mengeksploitasi alam atas nama pembangunan dan investasi yang jelas hanya menguntungkan para pemilik modal.

             Hal ini wajar dalam sistem kapitalisme, apapun yang mendatangkan keuntungan materi meski itu hanya dinikmati segelintir rakyat lebih diperhatikan daripada urusan seluruh rakyat semisal antisipasi bencana dan penanggulangan bencana yang secara hitungan malah menguras keuangan negara.

             Oleh karena itu, datangnya musibah yang bertubi-tubi seharusnya menjadi bahan evaluasi untuk semua, mengevaluasi perilaku individu, masyarakat hingga kebijakan penguasa. Dan evaluasi yang hakiki adalah benar-benar menyadari bahwa musibah ini tidak terjadi tanpa tujuan, setidaknya menyadari bahwa manusia sangat lemah, berikutnya berusaha maksimal mencari penyebab datangnya musibah yang bisa jadi merupakan teguran sekaligus hukuman dari Allah agar manusia mengingat kembali semua kesalahan yang telah dilakukan. Muhasabah diri, jangan-jangan ini terjadi karena banyaknya kemaksiatan di muka bumi, yang tentu solusinya adalah bertaubat dan kembali taat pada syariat Allah.