Akhirnya,
materi khilafah dan jihad sebagai salah satu syariat Islam dihilangkan dari
materi pelajaran di sekolah. Katanya
tidak dihilangkan total, sekadar direvisi saja, atau tidak lagi masuk bahasan
Fikih namun menjadi bahasan sejarah. Benar-benar rezim sekular, sedikitpun
tidak menyisakan ajaran agama Islam untuk sekadar dipelajari atau bahkan untuk
diterapkan. Memang sebuah kesengajaan, agar umat Islam tidak mengenal hukum
Islam seputar khilafah dan jihad. Untuk
itu tuduhan keji terus dilontarkan, di
antaranya adalah khilafah sebagai sumber pepecahan dan jihad sebagai inspirasi
terorisme. Opini negatif terus digulirkan kepada orang yang menyampaikan
khilafah, sekadar mengkaji atau memperjuangkannya. Dibentuk stigma negatif
bahwa orang yang menyampaikan khilafah telah melakukan hal jahat dan kriminal.
Lagi-lagi sungguh narasi yang sangat keji. Padahal tidak ada satu aturan pun di
negeri ini yang menyatakan bahwa khilafah dan jihad adalah hal yang terlarang
untuk disampaikan. Namun bisa jadi
selanjutnya rezim akan menyiapkan aturan agar bisa menjatuhkan sanksi kepada
orang yang menyampaikan khilafah.
Penguasa semakin mengukuhkan diri sebagai rezim anti
Islam. Mengapa bisa demikian? Padahal wakil presidennya adalah seorang yang
digelari sebagai ulama. Jawabnya sederhana, karena negeri ini menerapkan sistem
kapitalisme. Sistem yang lahir dari ideologi kapitalisme, mengambil sekularisme
sebagai akidahnya dan menentukan aturan berdasarkan liberalisme. Aturan agama
dipisahkan dari kehidupan dan kebebasan menjadi pijakan. Agamanya boleh Islam,
namun tak boleh menerapkan syariat islam kaffah dalam kehidupan. Sehingga
wajar, bagi rezim kapitalis, keberadaan Islam yang akan utuh diterapkan dalam
naungan khilafah dianggap sebagai ancaman serius. Karena Islam adalah rival
dari kapitalisme juga sosialisme-komunisme. Jika khilafah tegak, penguasa tidak
akan bisa seenaknya sendiri bermesraan dengan pengusaha, tidak bisa lagi
menjual kekayaan alam kepada asing, tidak akan bisa lagi menikmati banyak
kemaksiatan yang legal di negeri ini, tidak akan bisa terus memalak rakyat,
tidak bisa terus mengeruk keuntungan demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Ya, khilafah hanya akan menjadi ancaman bagi orang-orang yang tidak mau taat
syariat.
Dengan
masifnya upaya mencegah kebangkitan Islam, apa yang harus dilakukan? Bagi
seorang mukmin, dunia adalah ujian, akankah menjadikan semakin dekat kepada
Allah atau malah sebaliknya. Begitu juga ujian dalam dakwah menyampaikan
khilafah yang resikonya memang berhadapan langsung dengan penguasa dzalim.
Penguasa yang tidak segan mendzalimi, menyengsarakan dan jika perlu
membinasakan rakyatnya sendiri meski dengan cara perlahan. Oleh karena itu,
yangharus dilakukan adalah mempertebal keimanan, keyakinan bahwa khilafah
adalah perintah Allah dan RasulNya, dan apa yang diperintah Allah dan RasulNya
pasti sebuah kebaikan yang tidak akan pernah sia-sia. Semata meminta
pertolongan kepada Allah, sekuat apapun tekanan manusia pasti ada batasnya.
Menyampaikan
khilafah itu bukan perbuatan haram, sebaliknya, melarang menyampaikan khilafah
adalah tindakah hina dan haram. Inilah pegangan yang tidak boleh lepas.
Tunjukkan bahwa seorang muslim tidak akan mundur hanya karena gertakan manusia,
buktikan bahwa perjuangan menyampaikan khilafah tidak akan berhenti. Buktikan
bahwa buka khilafah yang membahayakan, namun kebijakan penguasa yang berdasar
kapitalis-sekular yang sejatinya membuat dunia ini akan hancur.
Oleh
karena itu, teruslah menyampaikan khilafah, belajar bagaimana khilafah menjadi
solusi atas permasalahan umat, dan terus berjuang menegakkan khilafah, meski
khilafah tegak saat nyawa sudah tidak dikandung badan, Allah sudah mencatat
amal kita, dan begitu pula dengan bekas amal kita, akan tetap menjadi pahala
untuk kita.
Pare, 10 Desember 2019
No comments:
Post a Comment