Friday 30 November 2018

Merindukan Mantan

Sumber gambar : indozone. Id

Tak rela mantan bahagia seorang lelaki membunuh pacar mantan pacarnya
Tak tahan disakiti setelah putus pacaran bunuh diri
Karena sakit hati, foto mesra mantan pacar disebar di media social

Dan masih banyak lagi kisah sedih namun lebih tepatnya ironis, seputar permantanan. Wajar, sesuatu yang berawal tidak baik akan terus membuat perasaan tidak baik, karena pacaran adalah bentuk mendekati zina dan mendekati zina jelas haram hukumnya. Maka jalan satu-satunya untuk bisa melupakan mantan adalah dengan putus baik-baik, putus karena menginginkan hijrah, putus dalam rangka bertaubat. Jangan menikmati hubungan yang tak halal.

Memang tak mudah melupakan mantan, namun perasaan terhadap mantan adalah bagian dari naluri menyukai lawan jenis. Maka jika benar-benar ingin melupakan mantan, kembali mengingat karakter naluri, naluri itu munculnya karena ada rangsangan dari luar, naluri itu jika tidak dipenuhi tidak akan mengantarkan kematian, paling-paling hanya bikin gelisah.

Oleh karena itu, azam untuk melupakan mantan harus disertai dengan upaya untuk menghindari hal-hal yang bisa mengingat mantan, dan hal-hal yang membuka kenangan dan rasa rindu pada mantan. Ekstrimnya, lupakan, hapuskan ingatan tentang dia. Buang jauh-jauh semua hal yang bisa memunculkan rasa itu. Dan jangan sekali-kali menyebut namanya, delcon, block total. Tak perlu menyisakan sedikit memori, tak perlu menyimpan dalam ingatan, sepintas saja melihat fotonya atau sekadar namnya, tak menutup kemungkinan akan memunculkan bayangan. Dahulu sebelum mengenalnya semua baik-baik saja, begitu pula selanjutnya, akan kembali baik-baik saja.

Beda lagi jika sudah siap menuju pernikahan, halalkan saja. Atau terus yakin dan memohon kepada Allah Dzat yang maha membolak-balikkan hati, yakinlah jika jodoh pasti bertemu, jika tak jodoh ya tak akan bertemu, ikhlaskan.

Eh..eh…nulis ini karena ingat berita tentang bunuh diri gara-gara mantan, dan habis baca tentang seorang mantan sebuah ormas yang laris manis diundang untuk mengajak orang lain agar melakukan hal yang sama dengannya. Memang tidak ada hubungannya, tapi kata kuncinya tentang “MANTAN”.

Di sebuah situs berita memberitakan : Mantan anggota HTI mengajak para remaja agar meninggalkan ide khilafah. Ya Allah, jahat banget kan…
Khilafah itu warisan Rasulullah saw, masak iya mau dicampakkan. Dan setiap menjadi pembicara, mantan tersebut seolah bangga dan malah menjadikan statusnya sebagai mantan ormas dakwah sebagai sesuatu yang menjual agar sering diundang. Sudahlah, jika mantan maka lupakan saja, bukan malah sering menjadikan sebagai bahasan, bagaimana bisa melupakan mantan, bagaimana bisa move on?
Bukannya membuat orang lain simpati, bisa jadi malah membuat orang lain semakin penasaran, mengapa ormas tersebut terus dibicarakan, jangan-jangan memang mantan terindah yang seharusnya tidak ditinggalkan.

Dan juga melihat sebuah tayangan, upaya menghalangi aksi 212, menuduh aksi ditunggangi ormas terlarang HTI, mengatakan aksi 212 ajang kampanye khilafah yang bertentangan dengan Pancasila. Aduuh yang ini tambah jahat banget dech. Sudahlah HTI dicabut BHP nya masih saja dituduh macam-macam. Harusnya jangan sekali-kali mengakaitkan dengan HTI, jika begini bagaimana bisa masyarakat melupakan HTI jika terus disebut-sebut. Bisa-bisa malah membuat HTI diberi simpati, karena terus dikambinghitamkan. Jadi lupakan saja, jangan mengungkit-ungkit lagi, jika terus begini bikin semakin rindu saja sama mantan.

Atau…atau… sebenarnya mereka rindu berat dengan HTI?
Rindu dengan cerewetnya HTI yang mengingatkan kebijakan pemimpin yang dzalim
Rindu dengan pembelaan HTI terhadap  SDA yag terus dijarah asing
Rindu dengan solusi yang ditawarkan HTI
Tapi… ya sudahlah, mau dibilang apa saja, ini bukan masalah mantan terindah atau mantan yang menyakitkan, tapi ini adalah masalah ormas dakwah, dakwah adalah kewajiban. Bukan sebuah kebaikan menjadi mantan aktivis jamaah dakwah, mantan pelaku kebaikan jangan dibanggakan. Berdoa semoga istiqamah dalam dakwah, berdoa semoga menjadi mantan pelaku kemaksiatan, sudah bertaubat, dengan taubatan nasuha.

Pare, 30 November 2018

Wednesday 28 November 2018

Karena Wanita Istimewa


Dipandang dari aspek kemanusiaan, pria  dan wanita mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Allah, hanya derajat  ketakwaan yang membedakan. Namun dari aspek hak dan kewajiban ada hal-hal yang membedakan. Sama-sama wajib menutup aurat namun batasan aurat  pria dan wanita berbeda. Sama-sama wajib menuntut ilmu namun berbeda peran dalam ranah domestik rumah tangga. Dan masih banyak hal lain yang pengaturannya tidak sama antara pria dan wanita, bukan karena Islam diskriminatif namun memang Islam mengatur dengan aturan terbaik dan pasti cocok untuk karakter fitrah masing-masing, pria maupun  wanita.

Dalam rangka mengatur interaksi pria dan wanita, maka Islam juga mempunyai aturan. Apapun itu aturan ini adalah aturan yang terbaik, berasal dari Pencipta manusia, Dzat Yang Maha Tahu. Aturan tersebut di antaranya adalah larangan bagi wanita melakukan safar (dalam perjalan sehari semalam) tanpa mahram, menjadikan jamaah pria dan wanita berada dalam komunitas yang terpisah serta haramnya berkhalwat antara pria dan wanita yang bukan mahram. Ketentuan terakhir juga mempunyai konsekuensi dalam tempat-tempat khusus wanita harus berjamaah atau ditemani mahram. Misalnya saat dalam kendaraan pribadi, baik milik sendiri atau yang semisal ( carter offline maupun online). Secara sepintas terlihat tidak adil, mengapa pria seolah boleh sesuka hati namun wanita terlihat diatur dengan ketat. Akan tetapi sejatinya itu semua demi menjaga kehormatan wanita. Apalagi fakta saat ini dimana kebebasan begitu diagungkan, wanita bebas berbuat apa saja, diperbolehkan mengikuti apapun keinginannya. Maka bukan hal yang aneh jika pelecehan dan kekerasan terhadap wanita juga semakin meningkat, karena wanita seolah tak menghargai diri sendiri, bagaimana orang lain akan melindungi?

Secara logika, aturan ada untuk melindungi, begitu juga dengan syariat yang telah diberikan Allah dan RasulNya untuk para wanita, itu semua demi melindungi kehormatan wanita, karena wanita istimewa, karena wanita seharusnya dimuliakan. Maka ridhalah dengan semua aturan untuk kita, para wanita. Ikhlas melaksanakan aturan yang telah ditentukan, yakin inilah yang tebaik untuk kita.

Juga selayaknya wanita menempatkan dirinya dalam posisi yang mulia, tidak membiarkan dirinya “dinikmati” oleh orang-orang yang tidak halal. Menjaga interaksi dengan lawan jenis, menghindari campur baur laki-laki dan perempuan, tidak mengumbar aspek kehidupan pribadi, benar-benar menjaga kehormatan diri, menghindari berselfie maupun grupie hanya demi ingin diakui eksistensinya. Menjaga izzah dan iffah, bukan karena merasa sok suci, namun memang seperti itulah seharusnya. Bukan malah mengikuti gaya hidup wanita barat yang tak mau terikat dengan aturan. Dan yang terpenting adalah menyadari bahwa kita hidup semata untuk mengumpulkan bekal, bekal kehidupan hakiki, akhirat. Maka gelar tertinggi bagi seorang wanita hanya satu, menjadi wanita salehah.

Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita salehah (HR Muslim)

Pare, 28 November 2018


Monday 19 November 2018

Tidak Hanya Sampah, Abu Pun Dibersihkan Dari Jalan Dakwah

Pasir Kelud, 2014


Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. Tetapi jika kamu menyimpang sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. Al Baqarah [2] : 208-209).

Hisab atas orang-orang yang lebih  mengetahui adalah hisab yang lebih berat, begitu pula hisab kepada aktivis pengemban dakwah Islam juga lebih berat dan lebih sulit dari pada umat-umat yang lain. Karena peringatan Allah atas orang-orang yang menyimpang setelah datangnya bukti nyata sangat keras. Maka seorang pengemban dakwah harus menyadari bahwa dia tidak boleh menyepelekan hal-hal syubhat apalagi menyepelekan kemaksiatan sekecil apapun. Dia harus membersihkan langkahnya, tidak hanya dari sampah  namun juga kotoran berupa debu.

Maka tak heran jika dalam sebuah jamaah dakwah, sebelum seseorang bergabung di dalamnya akan dipastikan tidak terlibat pada dosa besar. Tidak akan diijinkan seseorang bergabung dalam barisan jamaah ketika masih terlibat riba sekecil apapun jumlah ribanya, karena riba adalah salah satu dosa besar. Pun seseorang tidak akan dimasukkan dalam barisan dakwah ketika masih menjalin interaksi tidak halal. Tidak hanya berhenti di sini, orang-orang yang sudah masuk dalam jamaah pun akan terus diingatkan untuk terus membersihkan jalan dakwahnya dari abu yang mengotori, bahkan menghindari debu-debu dari abu yang kotor. Jalan dakwah ini harus bersih, pengembannya harus memastikan langkahnya tidak melanggar syariah, memastikan perilakunya sesuai dengan syariah dan segera membersihkan diri dari debu kotor dengan secepatnya bertaubat.

Sampah adalah kemaksiatan dan abu kotor adalah kemubahan. Maka tak layak seorang pengemban dakwah membiarkan diri menikmati abu kotor atau sekadar debu-debu dari abu yang kotor. Tak layak seorang pengemban dakwah disibukkan dengan kemubahan, mengedepankan perilaku mubah. Yang seharusnya dilakukan adalah fokus pada perjuangan dakwah. Fokus mendekatkan diri kepada Allah sembari terus memohon pertolongannya, fokus mengajak umat untuk mewujudkan tujuan dakwah, yaitu melanjutkan kehidupan Islam.

Menulis ini setelah membaca kumpulan tanya jawab Amir HT tentang Komunikasi Online Antara Laki-Laki Dan Perempuan, setelah membaca Pesan-pesan Menggugah Untuk Pengemban Dakwah : Waspadailah Perilaku Maksiat, Kemaksiatan Anda Berpengaruh Terhadap Jamaah Dakwah dan setelah diingatkan seputar tidak diijinkan seseorang yang terlibat riba bergabung dalam jamaah dakwah.
Semoga senantiasa menjadi pengingat, tidak hanya untuk menyelamatkan jamaah namun juga menyelamatkan diri ini dari balasan yang pedih di akhirat kelak.

Semoga menyadari bahwa sampah dan debu hanya akan membebani jamaah ini, maka pilihannya hanya satu, bersihkan debu-debu dari abu yang kotor dari jalan dakwah ini, tinggalkn kemaksiatan hindari menyibukkan diri dengan kemubahan.

Semoga kita terus bersabar di jalan dakwah ini hingga langkah dakwah berhenti semata karena Allah menghentikannya dengan datangnya ajal. Bersabarlah, karena pertolongan Allah untuk orang yang sabar di jalanNya sangatlah dekat.

Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.(QS. Ash Shaf [61] : 13)


Pare, 19 November 2018

Sunday 18 November 2018

Hati- hati Berbuat Baik?


Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS Al Maidah ayat 2)

Suatu hari, dinihari membelah sunyinya malam. Menyusuri jalan berkelok yang menghubungkan Kediri dan Malang. Suasana gelap dengan jurang di pinggiran membuat kendaraan melaju pelan. Sesaat tiba di sebuah kelokan dengan jurang menganga di pinggir jalan, sorotan lampu mobil tertuju pada sesuatu, ada sepeda motor yang tergeletak di bibir jurang. Lampu dan mesin masih menyala, tak jauh, ada sesosok tergeletak dan tampak masih bergerak.  Inna lillahi, ada kecelakaan. Tak Nampak kendaraan lain, entahlah, tabrak lari atau kecelakaan tunggal.

Awalnya kendaraan kami memperlambat laju, namun sedikit demi sedikit menambah kecepatan dan akhirnya meninggalkan korban kecelakaan.

Sesak dada ini, kami tak berani menolong. Sang sopir yang sudah berpengalaman melanglang buana tidak mau berhenti. Sudah biarkan saja, jika menolong bisa-bisa akan mempersulit. Akan menjadi saksi berurusan dengan aparat, atau malah dituduh sebagai pihak yang mencelakai, karena tak ada saksi.

Dada bertambah sesak, kepala semakin pusing, sudahlah jalan membuat pening ada musibah tak mau menolon lagig. Segera mengirim pesan ke nomor kontak yang kerja di laka lantas di salah satu polres, menelpon salah satu radio yang rajin update kondisi lalu lintas. Semua tak merespon. Tak menyalahkan, memang saatnya istirahat. Setelah matahari terbit, baru ada respon. Namun tak bisa memberi informasi lengkap, TKP. Tidak hafal wilayah Malang dan keadaan yang gelap gulita, sulit menerka itu di daerah mana. Dan entahlah bagaimana nasib orang yang kecelakaan tersebut.

Ingatan melayang pada seseorang yang pernah hilang tanpa kabar, dan akhirnya ditemukan di sebuah RS, kecalakaan di malam hari di daerah yang sepi. Kartu identitas tidak sama dengan domisili tinggal, masuk RS dalam keadaan tidak sadar. Ditambah dengan buruknya pelayanan RS yang tidak mau mengambil resiko biaya dan tuduhan malpraktik, korban hanya diberi pertolongan darurat padahal ada tindakan operasi besar yang seharusnya dilakukan.
Bagaimana jika yang tadi dujumpai juga bernasib sama? Hanya bisa beristighfar dan berdoa, semoga segera mendapatkan pertolongan.

Dan bukan sekali merasa takut menolong. Seringkali saat berkendara sendiri, melintasi persawahan yang tak berujung, jauh dari kampung, menjumpai orang yang berjalan kaki. Jelas hendak ke tempat di ujung persawahan, dan pasti akan menempuh jarak yang tidak jauh. Sempat terpikir untuk berhenti dan menawari tumpangan, namun seringkali mengurungkan niat, hanya berani ketika yang terlihat secara fisik jelas. Jelas membutuhkan, memakai seragam sekolah, atau yang sepertinya tidak akan mampu berbuat anaiaya. Entahlah, standar sepihak yang sangat dipengaruhi dugaan dan asumsi. Tak berani menolong sembarang orang, khawatir malah dirugikan, takut jika malah dicelakai. Padahal belum pernah mengalami, hanya bermodal informasi yang bertebaran akan maraknya kejahatan di pinggir jalan. Enggan memberi kepada peminta karena pernah tau fakta pengemis yang berpura-pura, padahal belum tentu yang lain berperilaku sama

Menolong dalam kebaikan dan takwa, jelas sekali perintah dari Allah SWT. Rasulullah juga pernah bersabda bahwa seseorang yang memudahkan urusan saudaranya, menghilangkan kesulitan pada saudaranya maka akan dimudahkan dan dihilangkan kesulitannya di akhirat kelak, bukan balasan yang remeh temeh, namun balasan luar biasa di akhirat. Namun fakta berbicara lain, sistem hukum yang karut-marut, kriminalitas yang sering terjadi, pelayanan aparat yang tak sepenuh hati, seringkali membuat diri ini mengurungkan niat untuk sekadar membantu orang lain.

Apalagi dalam sistem sekular dan penguasa yang dzalim, keadaan bisa berbalik. Yang baik dikriminalisasi yang buruk disanjung setinggi langit, ketika standar yang digunakan sebatas kepentingan dan materi. Lihat saja yang mudah terindera, perlakuan kepada muslimah yang berkerudung lebar atau bercadar, seolah pantas dicurigai sebagai penebar kejahatan. Sedangkan perempuan pengumbar aurat dibiarkan leluasa tanpa hukuman. Atau kasus hukum yang tebang pilih. Semua yang berseberangan dengan penguasa, rakyat miskin yang tak berharta, pegawai yang tak punya kuasa begitu semena-mena diperlakukan di hadapan hukum. Sedangkan penista agama, pengujar kebencian lambat kasusnya ditangani atau malah menguap begitu saja. Asal berkoar-koar mereka Pancasila, mereka berteriak NKRI harga mati, meski faktanya korupsi, tak mengapa. Asal mendukung penguasa.

Penguasa yang dzalim. Dzalim adalah lawan dari adil, ketika adil bermakna melaksanakan segala sesuatu sesuai timbangan syariat maka dzalim sebaliknya, tidak menggunakan syariat sebagai timbangan, semena-mena, menggunakan hukum sesuai hawa nafsu. Sistem yang individualis ini seolah berpesan kepada kita, jangan berbuat baik. Urusi saja kepentingan sendiri. Jangan mencampuri urusan orang lain. Suasana keimanan sangatlah jauh, visi hingga ke akhirat tak terbersit dalam benak, yang ada adalah kepentingan dunia semata. Dan inilah karakter ideology kapitalisme, akidahnya secular, liberalism menjadi rujukan.

Memang membutuhkan waktu untuk memahami batilnya sistem kapitalisme, memang membutuhkan waktu untuk menyadari fakta rusaknya kapitalisme, namun langkah itu harus diawali dengan komitmen untuk mengkajinya secara khusus, mengkaji sistem Islam dan sistem lain, agar semakin paham apa yang seharusnya dilakukan, agar bisa memulai langkah perubahan.


Pare, 18 November 2018

Saturday 17 November 2018

Membendung Kerusakan Moral Akibat Media Digital

Perkembangan teknologi, salah satunya media digital, seharusnya bisa mengantarkan manusia kepada peradaban mulia. Dengan kemajuan teknologi, semua menjadi mudah, akses informasi begitu cepat. Maka seharusnya peluang untuk mencetak manusia unggul di segala bidang pun akan semakin terbuka lebar.

Namun faktanya media digital di bawah cengkeraman sistem kapitalistik sekular, justru telah merusak generasi. Tak bisa dipungkiri, media digital saat ini telah membuat generasi menjadi bermental instan, generasi yang tidak mau berjuang demi sebuah cita-cita mulia. Mereka juga generasi yang rata-rata menginginkan kehidupan yang serba bahagia, penuh dengan hura-hura, mementingkan ekspresi pemuasan diri daripada berpikir panjang akan masa depan. Hingga wajar jika saat ini semakin mudah dijumpai dampak buruk pemanfaatan media digital.

Sebut saja di Surabaya, di mana pernah mencuat kasus pelacuran online dengan remaja sebagai objek yang dijual. Di internet semakin bertebaran video porno yang melibatkan siswa atau pun mahasiswa, baik mereka sebagai pelakunya ataupun sekadar sebagai pengunggah dan penikmat. Apalagi di media sosial, akun-akun pribadi dipenuhi dengan foto selfie tanpa makna, foto selfie mengumbar aurat, mengumbar kemesraan bersama pacar, dan bahkan tak sedikit yang berani berbagi konten porno. Dan terakhir, yang memprihatinkan kasus kehamilan belasan siswa SMP di Lampung.

Media digital pun tak jarang menjadi pemicu tawuran pelajar hanya karena terprovokasi status di media sosial. Bahkan grup-grup yang merusak moral juga semakin tumbuh subur. Grup LGBT, grup konten porno, grup pelacuran online dan grup lain yang serupa.

Tentu apa yang dilakukan para remaja tersebut bukan merupakan bagian kurikulum di sekolah tempat mereka belajar. Melainkan akibat kemudahan akses konten negatif di media digital, atau juga akibat lemahnya daya saring remaja terhadap informasi yang didapatkan. Mereka terlampau terbiasa menelan mentah-mentah informasi yang diterima.

Media, dalam pandangan Islam adalah bagian dari madaniyah yang bersifat umum karena merupakan bagian dari produk kemajuan sains atau kemajuan teknologi. Selama tidak dipengaruhi oleh hadlarah atau peradaban yang bertentangan dengan Islam, maka sah-sah saja dimanfaatkan oleh seorang muslim. Fatalnya, media digital yang saat ini menjadi ikon kemajuan dan menjadi tolak ukur kriteria remaja gaul sarat dengan hadlarah barat.

Media digital telah dimanfaatkan Barat untuk mencengkeram generasi umat Islam dan mengokohkan eksistensi kapitalisme di muka bumi. Media digital menjadi sarana yang efektif untuk mengkampanyekan gaya hidup liberal, hedonis dan individualistis. Tak heran jika pergaulan bebas semakin meningkat seiring dengan peningkatan pemanfaatan media digital oleh generasi.

Lihat saja, remaja saat ini dapat dengan mudah memperoleh semua informasi baik dan buruk melalui media digital. Gencarnya penyampaian pemikiran dan gaya hidup ala Barat disambut dengan suka cita oleh para remaja dengan menganggapnya sebagai bagian dari gaya hidup modern. Tanpa sadar para penikmat media digital telah masuk perangkap Barat, larut dengan ide-ide kebebasan.

Tak bisa dipungkiri, penguasaan Barat atas media digital merupakan salah satu strategi untuk menancapkan ide-ide mereka ke dalam benak kaum muslimin, terutama para remaja yang sedang semangat mencari jati diri dan mengekspresikan eksistensi diri. Dengan media digital mereka bisa mendapatkan apa saja dan menyebar apa saja yang dianggap berperan untuk mencuatkan eksistensi mereka. Bahkan, tak jarang, ada remaja yang menyengaja melakukan tindakan tak bermoral hanya demi ingin menjadi viral yang akhirnya terkenal. Mereka telah menghalalkan cara yang tidak lagi dianggap tabu selama apa yang diinginkan bisa terwujud. Inilah yang menjadi tujuan Barat ketika menguasai media digital dengan ide mereka.

Kebebasan semakin membuat remaja kehilangan kendali, mereka berasumsi semua boleh dilakukan. Aturan agama sama sekali tidak menjadi pertimbangan. Realita telah gamblang, betapa banyaknya remaja putri berkerudung namun seolah santai berzina. Mereka tanpa malu mengumbar kemesraan dan berzina di tempat umum. Ini sesuai target Barat, yakni mencetak generasi sekular. Tak ayal, mereka pun menjadi generasi beragama namun tidak sudi mengikuti aturan agama. Bahkan menganggap terikat syariat adalah bentuk kekolotan, ketinggalan jaman.

Mereka juga menjadi generasi yang bangga mencampakkan aturan agama sembari menjadi pelaku kemaksiatan. Buktinya, selalu ada rekaman perbuatan tak pantas yang dibuat sendiri oleh pelakunya dan disebar ke media. Benar-benar pikiran remaja seperti itu sudah rusak, urat malunya sudah putus. Yang menjadi standar kesenangan hanyalah terpuaskannya nafsu mereka.

Remaja juga kalangan yang begitu cepat menjiplak gaya hidup ala Barat, meski masuk lewat tayangan yang dikemas dalam gaya hidup Asia, ala Korea misalnya. Remaja begitu menikmati menghabiskan waktu dengan berselancar di dunia maya daripada melakukan ibadah yang ringan dan mudah semisal membaca Al-Quran dan menghadiri kajian Islam.

Demikianlah, jika kondisi-kondisi ini terus dibiarkan, tidak dicegah atau mencari solusi tuntasnya, maka kerusakan moral akibat pengaruh media digital yang telah dimanfaatkan Barat akan semakin meluas. Jika tidak segera diselesaikan, masalah ini akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja, menghancurkan peradaban manusia. Oleh karena itu harus ada upaya serius untuk membendung kerusakan ini.

Dalam hal ini, tentu tidak dengan jalan mengambil solusi Barat, solusi ala kapitalisme. Secara logika, Barat pasti tidak ingin cengkeraman mereka terlepas begitu saja, tak mungkin Barat akan memberikan solusi untuk menyelamatkan generasi umat Islam. Karenanya, hanya dengan kembali pada pandangan Islam saja semua akan bisa tuntas diselesaikan.

Islam tidak anti dengan kemajuan, Islam tetap menjadikan media sebagai sarana pendukung dalam kehidupan. Tentu bukan sarana untuk bermaksiat, namun sarana untuk menjadikan manusia semakin taat.

Dalam Islam, media adalah sarana efektif untuk menguatkan akidah yaitu dengan menjadikan media untuk menyebarkan informasi yang sesuai dengan aturan Allah SWT, media juga menjadi sarana untuk mencerdaskan umat. Dengan kekuatan akidah dan pencerdasan, umat akan semakin paham akan aturan Allah, maka mereka juga akan semakin mudah beramal berbekal ilmu.

Media selayaknya menjadi sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah bukan malah semakin membuat lalai dari mengingatNya.
Oleh karena itu, ada banyak hal yang bisa dilakukan umat Islam untuk membendung kerusakan moral akibat pengaruh media digital.

Secara individu, wajib senantiasa mengaitkan setiap perbuatan dengan hukum syara’, mendasarkan semua aktivitas berdasarkan tuntunan syara, bukan dengan menuruti hawa nafsu belaka. Memanfaatkan media sebagai sarana untuk menambah ilmu dan mendekatkan diri kepada Allah, karena semakin maju teknologi akan semakin mudah pula beribadah. Mudah mencari lokasi masjid, mudah mengakses kitab-kitab karya ulama, mudah bersedekah dengan transaksi aplikasi online, mudah membuat janji silaturahim, mudah menemukan kajian keislaman, dan beribu kemudahan lain yang bisa dimanfaatkan oleh individu. Namun itu semua juga membutuhkan modal kuatnya akidah dan bekal pemikiran Islam, dan jika saat ini belum terwujud suasana keimanan, maka menjadi tugas bagi pengemban dakwah untuk terus menguatkan akidah umat dan menyampaikan pemikiran Islam.

Dan yang tak kalah pentingnya adalah peran negara. Negara adalah pihak yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan nyata untuk membuat kebijakan atas warga negaranya. Konten negatif di media digital akan dengan sangat mudahnya dikendalikan oleh negara. Penyediaan informasi positif juga akan mudah tersebar jika negara menggunakan kewenangannya. Dengan kekuatan hukumnya, negara akan memberi sanksi pihak-pihak yang mencoba memanfaatkan media digital untuk tindakan kriminal. Namun negara yang bisa menerapkan kebijakan tersebut, lagi-lagi bukanlah negara yang dikelola berdasarkan arahan Barat, yaitu negara kapitalis sekular.

Negara yang bisa membendung kerusakan moral akibat media digital dan membalikkan keadaan menjadikan media digital untuk mewujudkan manusia mulia yang dihiasi sikap takwa, adalah negara yang menjadikan Islam sebagai landasan dalam menetapkan sebuah kebijakan. Menjadikan aturan Allah dan Rasul-Nya sebagai pijakan. Dengan begitu, tidak hanya moral generasi yang terselamatkan, namun negara juga bisa mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru dunia dan akhirnya terwujudlah Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam.

Tuesday 13 November 2018

Berjamaah Hingga Akhir Hayah



Berusaha menahan diri untuk tidak terbawa suasana, sengaja tidak ikutan share dan komentar, bukan karena tak peduli. Namun masih saja galau tingkat dewa ketika ada kabar duka yang tidak disangka. Merasa begitu cepatnya meninggalkan dunia. Ah..emang ada kabar duka yang tidak mendadak? Emang ada kematian yang dikabarkan sebelum nafas dicabut? Ya, tidak ada. Namun serasa masih terkaget-kaget dengan berita kematian padahal yang hidup pasti mati, padahal mati itu pasti.

Memang tidak mengenal dengan sangat dekat, akan tetapi masih ingat dengan forum terakhir bersamanya, sekitar  Dzulhijjah 1439 (lebih mengingat bulan hijriyahnya karena saat itu makan siangnya masih tak jauh dari menu daging kurban, saya sih gitu orangnya, ingatnya makanan melulu). Ingin mengingat yang ringan saja dulu.

Ceritanya  saat berforum, saya ada di bagian depan Mbak Isna di belakang. Forum santai tetapi bahasannya serius. Tiap peserta sudah diberi kotak konsumsi kue, tetapi panitia juga menyediakan camilan di piring-piring. Karena suguhan makanan hanya di depan, jadilah barisan belakang tidak bisa mengambil secara langsung makananan yang di piring. Kalau saya nggak usah ditanya, dimana ada makanan di situlah saya berada, he.he..just kidding. Mbak Isna sudah dalam keadaan hamil tua, masih energik, termasuk juga masih ngemil ini –itu. Jadi saat saya ambil makanan dia  dan teman yang disamping  ( soulmate dalam tim) bilangnya : “ Mbak mau juga…minta tolong ambilkan!” Jadilah saya tester, “ini rasanya begini mau juga?”, “ Ini rotinya kurang begini diambilkan tidak?”, "Ini enak lhoo...nih habiskan!". Bla…bla.. Jangan heran ya… saya itu bukan ahli masak-memasak tapi kalo ada makanan yang kurang imbang rasa dan bumbunya sepertinya masih tau, ini namanya pengkritik yang aslinya jauh dari kualitas yang dikritik.

Bulan berikutnya sudah tidak bertemu, soulmate nya yang mewakili, bulan berikutnya lagi soulmatenya sudah resmi menggantikan posisi Mbak Isna, dan ternyata posisi itu tergantikan selamanya.

Ya, kami dipertemukan Allah dalam suasana berjamaah dalam rangka menguatkan dakwah (bismillah semoga benar-benar menguatkan dakwah). Dakwah bersama jamaah, wajib atas laki-laki maupun perempuan, saat sehat maupun sakit. Namun tetap berjalan sesuai dengan koridor syariah. Dakwah berjamaah adalah salah satu aktiitas public  bagi seorang muslimah, maka tentu saja pelaksanaannya mempunyai rambu-rambu tersendiri. Di antaranya adalah tidak mengabaikan peran domestic dan keluar rumah dengan tetap terikat pada hukum syara’. Tidak ada alasan meninggalkan dakwah hanya karena membenturkan pada kewajiban domestic, yang seharusnya adalah mengatur semuanya, menyeimbangkan dan memastikan semua amanah baik di ranah domestic ( wanita sebagai al um warabbatul bait) dan ranah public bisa dijalankan  tanpa mengeleminasi salah satunya.

Bagi muslimah, ketika ada kepentingan di ranah rumah tangga tentu akan menjadi proiritasnya, namun bukan berarti ranah domestic melalaikan amanah di ranah public. Dan itu pula yang terlihat dari Mbak Isna, memang sesaat memindahkan amanah namun bukan berarti mengabaikan amanah, untuk sesaat ada yang harus diprioritaskan dengan tetap menjalankan aktivitas dakwah bersama jamaah.

Siapa yang menyangka, ternyata Allah berkehendak lain, Allah menjadikan amanah itu sebagai amanah terakhir  Mbak Isna, dan insya Allah akan selalu mengenangnya sebagai bagian dari tim jamaah dakwah, karena hingga akhir hayatnya Mbak Isna masih memegang amanahnya meski sementara diwakilkan, dan pastilah Allah Yang  Maha Tahu. Tidak ada amalan yang sia-sia di hadapan Allah ketika kita menjalankannya sesuai dengan syariah dan ikhlas.

Bersama jamaah, semuanya jadi indah. Saling melengkapi, membantu, memberi masukan dan meringankan. Bersama jamaah amanah menjadi lebih mudah. Maka tak selayaknya kita berlepas diri dari jamaah, sabarlah bersama jamaah. Bisa jadi kita akan menemui orang yang yang  tak cocok di hati, terkadang merasa berat dengan amanah, terkadang ingin mengistirahatkan diri. Tak apa, karena memang itu jamaah manusia bukan malaikat yang sempurna. Akan tetapi tetaplah bersabar, tetaplah istiqamah, tetaplah mengingatkan dalamkebaikan, tetaplah bersama jamaah, jangan melepaskan diri dari jamaah. Biarlah ajal yang mengeluarkan kita dari jamaah. Seperti Mbak Isna, tetaplah berjamaah hingga akhir hayah.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. ( QS. Ali Imran ayat 104)



Pare, 13 November 2018