Wednesday 25 November 2020

Fokuslah Pada Kenikmatan




Manusia hidup pasti tak terlepas dari masalah. Meski sedikit, meski kecil, masalah dan ujian pasti ada, karena memang begitulah hidup.


Maka ketika menemui masalah harusnya sudah tertancap kuat, bahwa ini adalah bagian dari dinamika hidup. Tinggal menjalani, menghadapi, menyelesaikan atau bahkan cukup diabaikan. Tak perlu merasa menjadi manusia yang paling sengsara di dunia.

Begitu pula dengan kenikmatan, terkadang manusia merasa nikmat itu mudah dihitung, merasa tidak banyak mendapat kenikmatan, bahkan bisa jadi iri dengan kenikmatan orang lain.


Jika manusia hidup pasti ada masalah, maka tak jauh berbeda, manusia hidup juga diberikan kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya. Namun memang terkadang ada yang kurang puas, ada yang terus meminta, meminta dan meminta lagi. Atau bahkan protes, mengeluh dan iri. Jika demikian wajar ketika telah mendapatkan kenikmatan masih saja merasa hidup tanpa kenikmatan.

Bersyukur dengan nikmat yang telah diberikan, manfaatkan untuk semakin mendekat kepada Allah. Semakin taat kepada Allah. Begitu pula saat ada masalah. Sabar, ikhlas, berusaha mencari solusi dan tawakal.


Semoga di saat nikmat didapat kita semakin taat, dan saat masalah menyapa usaha juga semakin kuat, menjalani semua dengan ikhlas, terus mengingat dunia hanya sementara dan akhirat kekal adanya.



Menulis ini saat mengingat ada banyak kenikmatan yang telah diberikan, meski masalah  selalu ada. Di saat berpapasan dengan mereka yang tak bisa melihat namun terus semangat dalam kehidupan.


Pare, 25 November 2020

Thursday 19 November 2020

Teruntuk Para Jomblo

 


Bukan untuk mensupport agar para jomblo tetap pada statusnya, hanya ingin menasihati diri semoga selalu ingat, qadla Allah adalah yang terbaik untuk kita.



Selalu husnudzan, sedikit pun jangan terbersit bahwa Allah tidak adil karena hingga detik ini Allah belum juga memberi jodoh, selalu meyakini, qadla baik buruk dalam persangkaan manusia itu adalah yang terbaik, terimalah dengan sabar dan ikhlas.


Yakin  status jomblo bukan aib, justru harus selalu memanfaatkan status ini untuk terus berbuat baik, memberi manfaat terbaik kepada manusia, memberikan dedikasi optimal untuk agama Allah, terus memperbaiki diri, terus menambah ilmu, terus mendekat kepada Allah, hingga di saat terbaik nanti kita siap menerima jodoh kita, siap untuk terus bertahan dalam kebaikan, bahkan ketika menikah dan sesudahnya kita bisa menambah kebaikan, bukan malah sebaliknya.



Selagi masih ada waktu teruslah menuntut ilmu, teruslah memberikan ilmu, hingga saatnya nanti semua itu sulit direalisasikan karena ada segudang masalah rumah tangga yang bisa jadi membuat kita semakin sulit untuk menuntut ilmu, semakin sempit berainteraksi dengan orang lain.


Tak perlu iri dengan orang lain yang terlihat mudah bertemu jodoh, terlihat bahagia bersama pasangannya, yakin saja semua bisa bahagia asal selalu taat padaNya.


Isi waktu untuk kebaikan, untuk perjuangan. Ketika masih punya orang tua, manfaatkan waktu yang kita tak tahu sampai kapan diberikan untuk berbakti kepada orang tua. Berikan yang terbaik selagi orang tua masih ada, seringlah mengunjungi saudara, keluarga, kerabat, dan sahabat.


 Menambah ilmu apapun itu, seputar keluarga hingga ilmu agama. Belajar bahasa Arab, perbaiki bacaan Al Qur'an, tambah hafalan, jika kita bekerja pastikan hasilnya untuk bekal di akhirat.


Agar kelak ketika jodoh itu datang sudah tak ada alasan apalagi mengkambinghitamkan keluarga, merasa sibuk hingga hanya memberikan waktu sisa untuk menuntut ilmu, untuk berdakwah atau bahkan melalaikannya karena alasan keluarga, naudzubillah. Ingatlah, pada saat Allah mempertemukan kita dengan jodoh kita, seharusnya kita semakin bersyukur, semakin mendekat kepada Allah, semakin semangat berjuang di jalan dakwah.


Terakhir, terus memohon kepada Allah, terus meminta kepada Allah agar diberikan jodoh yang mengantarkan kita bahagia dunia akhirat. Jangan menyerah, jangan merasa lelah, karena Allah Maha segalanya tak ada yang tak mungkin bagiNya


Kediri, 19 November 2020

Tuesday 3 November 2020

Rapor Merah PJJ : Cacat Sistemik

 

Pelaksanaan Pembelajaran Jarak jauh (PJJ) di tahun 2020/2021 sudah melewati penilaian tengah semester di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Tentu bukan waktu yang singkat, mengingat PJJ juga sudah berlangsung sejak akhir tahun pelajaran 2019/2020. Dan hasilnya adalah rapor merah. Ya, rapor merah layak diberikan saat menilai PJJ, mengingat masalah yang terus mendera dunia pendidikan. Fakta di lapangan berbicara, tidak semua peserta didik mempunyai fasilitas PJJ dengan berbagai alasan. Dan hampir sebagian besar karena keterbatasan dana membeli fasilitas dan tidak sedikit yang terjangkau sinyal. Bahkan keironian terus mengiringi pelaksanaan PJJ. Kecelakaan saat mencari sinyal di tempat tinggi, ayahmencuri HP demi pembelajaran anaknya, siswa rela menjadi kuli demi membeli HP hingga bunuh diri karena tak sanggup menghadapi PJJ. Proses PJJ pun juga penuh dengan lika-liku, ketidakjelasan zona suatu wilayah, penilaian dan evaluasi belajar yang kevalidan hasilnya diragukan, hingga pendidikan yang jauh dari realisasi pembentukan karakter mulia untuk peserta didik. Ini masih sebagian kecil permasalahan seputar PJJ.  Belum lagi masalah dana, terutama disunatnya dana BOS di madrasah, juga kuota belajar yang belum dinikmati semua pelajar dan pengajar. Maka layaklah PJJ yang digawangi Kemendiknas dan Kemenag diberi rapor merah.

Rapor merah ini jelas karena kesalahan sistemik, dalam sistem pendidikan di negeri ini pendidikan tidak sepenuhnya ditempatkan sebagai bidang yang menjadi prioritas utama, jelas karena bukan lahan bisnis yang menjanjikan menghasilkan uang yang melimpah, bahkan bisa dikatakan menghabiskan anggaran menurut kacamata kapitalis, maka wajar kesungguhan untuk memberikan pelayan maksimal di bidang pendidikan pun patut dipertanyakan. Jika pun ada perhatian khusus malah sebaliknya, demi mencetak generasi berkarakater liberal, sejalan dengan ideologi kapitalisme yang mencengkeram pemikiran para pengelola negara. Dan ironinya lagi, kesempatan PJJ dalam suasana wabah ini tak luput dari sasaran kapitalisasi. Lihat saja bagaimana komersialisasi beberapa layanan belajar online dan penyediaan kuota internet, dan yang pasti lagi-lagi yang diuntungkan adalah para pemilik modal, rakyat hanya bisa gigit jari. Penyediaan layanan juga bukan karena kepeduliaan, namun lebih karena melanggengkan hubungan simbiosis mutualisme penguasa dan pengusaha. Akhirnya, tujuan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa pun sangat jauh api dari panggang. Sudahlah ilmu tak dapat, karakter generasi pun semakin amburadul, tak jelas kemana arahnya. 

Rapor merah ini akibat sistem yang batil. Menjadikan kebebasan dan materi sebagai pedoman, maka tak heran akan terus menimbulkan kerusakan. Oleh karena itu dibutuhkan perubahan sistemik pula. Dan satu-satunya system alternative yang layak untuk diandalkan hanyalah system pendidikan Islam yang berjalan sempurna dalam naungan system khilafah. Dalam sistem Islam, pendidikan adalah adalah kebutuhan mendasar bagi seluruh warga negara, maka penguasa akan mengerahkan seluruh tenaga agar semua mendapat pendidikan , dan tujuannyapun juga mulia, pendidikan untuk membentuk manusia berkepribadian Islam yang luhur, siap mewujudkan peradaban gemilang.