Wednesday 27 May 2020

Ibadah Diminta Bubar Kegiatan Ekonomi Diumbar


Setelah memutuskan kebijakan yang plin-plan  melonggarkan arus trasnportasi, pemerintah kembali berulah dengan kebijakan yang inkonsisten, yakni dengan membatasi aktivitas di tempat ibadah namun melonggarkan kegiatan ekonomi. Himbauan untuk tidak melaksanakan ibadah di masjid terus diumumkan, namun ironinya kerumunan masa di toko besar apalagi di mall seolah dibiarkan. Baik pelonggaran trasnportasi dan pembiaran aktivitas ekonomi masyarakat namun membatasi aktivitas tempat ibadah sebenarnya cukup menjadi bukti bahwa pemerintah sedang mengukuhkan posisi sebagai penguasa yang memegang teguh ideologi kapitalisme. Ideologi yang tegak atas sekularisme, dimana agama hanya formalitas belaka, tidak ada upaya serius untuk sekadar mengajak rakyat untuk taubat saat kondisi semakin gawat, yang ada malah mengejar materi, membuka keran kegiatan ekonomi selebarnya yang sejatinya bukan demi perputaran ekonomi rakyat, namun demi konglomerat.
Tidak hanya menunjukkan jati diri sebagai penguasa sekular, posisi pemerintah yang hanya sebatas sebagai regulator juga merupakan bukti ciri penguasa kapitalistis, tidak memberikan pelayanan terbaik dan maskimal atas urusan rakyat, hanya sebatas regulator yang nyatanya berlepas tangan atas urusan rakyat. Bukannya bertanggungjawab melindungi nyawa rakyat, pemerintah malah membiarkan rakyatnya berjibaku sendiri untuk bertahan dari virus sekaligus berjuang untuk bertahan hidup. Sungguh ironi, penguasa yang katanya dipilih rakyat dan ada untuk kepentingan rakyat keberadaannya malah membuat rakyat semakin sekarat. Semestinya pemerintah sadar, pelonggaran kegiatan ekonomi merupakan langkah yang tidak akan mengantarkan solusi apalagi ditambah dengan pembatasan kegiatan ibadah, sudahlah rakyat sengsara tak dapat menikmati suasan ibadah pula. Tidak mendapat dunia sekaligus akhirat. Nasib rakyat benar-benar dipertaruhkan oleh pemerintah.

Saatnya pemerintah menunjukkan itikad baik menyelesaikan wabah corona ini dengan cepat dan tepat. Dimulai dari komitmen menghentikan kebijakan kapitalistis, menjamin kesehatan rakyat dengan memberikan pelayan terbaik dan murah untuk rakyat yang sakit serta tenaga medisnya. Menjamin keamanan dan kesehatan warga yang sehat. Tegas membatasi gerak masyarakat namun siap mencukupi kebutuhan seluruh rakyat. Sehingga yang sakit tertangani, cepat sembuh dan tidak menularkan. Sedangkan yang sehat tidak tertular dan bisa berperan membantu apapun yang mungkin dilakukan agar setiap warga tak terabaikan haknya.  Berikutnya berusaha memperbaiki kebijakan dengan menjadi syariah kaffah sebagai pijakan. Kebijakan yang telah diambil saat ini tak pelak hanyalah kebijakan kapitalistik sekular yang hanya menguntungkan segelintir pemilik modal. Saatnya pemerintah mengambil lankgah perubahan yang dianggap tidak popular dalam kancah perpolitikan internasional, yaitu menerapkan Islam kaffah dalam seluruh aspek kehidupan, menjadikan Islam sebagai standar atas semua kebijakan, tidak hanya wabah corona yang terselesaikan akan tetapi seluruh permasalahan akan mendapatan solusi, dan hidup pun akan menjadi berkah. 

Saturday 23 May 2020

Ramadhan Di Pare (2)


Ramadhan di Pare tahun lalu menjadi ramadhan yang istimewa : Ramadhan Di Pare . menyambut ramadahan dengan tarhib keliling beberapa ruas jalan sambil menyiarkan Islam dan mengenalkan panji rasulullah. Namun ramadhan tahun ini dipenuhi dengan suasana yang memprihatinkan karena wabah corona. Tak ayal, Pare seolah menjadi kota mati. Pare yang biasanya sangat ramai dengan keberadaan pendatang yang kursus di Pare, begitu sepi sejak tanggal 24 Maret 2020. Ya, sudah 2 bulan ini sepi menjadi teman kami di Kampung Inggris. Entah bagaimana ke depan, kapan Pare ramai kembali masih abu-abu. Mengingat kasus di Kabupaten Kediri semakin bertambah, mengingat kebijakan pemerintah yang sama sekali tak menunjukkan keadaan semakin membaik.

Namun seperti biasa, apapun yang terjadi, apapun suasananya ada sesuatu yang tetap akan terjaga. Suasana ibadah dan perjuangan menegakkan khilafah, apalagi di bulan ramadhan, bulan istimewa. Tetap memaksimalkan usaha untuk merealisasikan target ibadah personal apalagi dalam kondisi lebih banyak di rumah saja, meski tetap saja masih mengulang kesalahan yang sama, akhirnya target tak tercapai semua. Namun tetap ada rasa bahagia, meski dalam suasana duka ada banyak kajian yang tetap bisa diikuti, setidaknya suasana menuntut ilmu tetap terjaga, setidaknya masih bisa bersama menikmati majelis para penghuni surga meski tak berada dalam tempat yang sama, tetapi berada dalam suasana yang sama. Bedanya hanya antara offline dan online. Ramadhan ini bagi kami tetap istimewa, masih bisa bersama dalah ruh jamaah. Ramadhan istimewa untuk terus menambah semangat dijalan dakwah dan tetap istiqamah di jalan perjuangan menegakkan khilafah.

Sedangkan perjuangan menegakkan khilafah, apapun keadaannya sama sekali tidak akan pernah berhenti, meski terus saja dipersekusi. Kriminalisasi terus dilakukan rezim, dan terakhir surat edaran penghapusan materi khilafah di pelajaran fikih dan penggantian penggunakan kata khilafah dan jihad pun sudah sampai ke madrasah. Namun sekali lagi menegaskan, perjuangan menegakkan khilafah tidak akan berhenti, apalagi dengan fakta hari ini dimana rezim semakin abai dengan urusan umat, maka perjuangan itu harus semakin digencarkan. WHF, PSBB, physical distancing bahkan dibatasi aktivitas di masjid (namun kegiatan di mall, bahkan di bandara meski ramai berdesakan terkesan dibiarkan) tidak membuat langkah perjuangan menyampaikan khilafah menjadi surut. Insya Allah selalu ada jalan untuk sebuah perjuangan.

Tetap optimis menyongsong hari esok, ramadhan boleh berlalu namun semangat ramadhan akan terus dijaga. Perjuangan menegakkan khilafah boleh dihadang namun khilafah pasti datang.

Pare, 23 Mei 2020 / 30 Ramadhan 1441

Friday 8 May 2020

Pahala Di Depan Mata


Sebuah pesan masuk : “ Mbak saya sudah mengajukan ke pengadilan”
Dada terasa sesak membaca pesan tersebut. Setelah lama tak banyak bertanya bagaimana kabarnya tiba-tiba saja memberikan berita singkat.
Dan saya pun membalas : “Iya, semoga menjadi keputusan terbaik, mantabkan hati,yakin ada kebaikan menanti. “

Sebuah pesan singkat yang saya sudah paham maksudnya, pesan yang memberitahukan keputusannya untuk menggugat cerai suaminya. Dan jawaban saya pun berusaha untuk memberi dukungan tanpa keraguan. Berharap dia akan mendapatkan peluang pahala dengan keputusannya.

Padahal sebelum-sebelumnya ketika ngobrol selalu meminta untuk bersabar, perbaiki hubungan, perbaiki komunikasi, saling mengerti, berkomitmen untuk bersama berubah, ingat anak,selesaikan pemicunya, ingat keluarga besar, mohon kepada Allah, dekatkan diri kepada Allah, intinya sabar dan pertahankan pernikahan.
Sebagaimana dahulu memutuskan untuk menikah dengannya, tentu ketika akan mengakhirinya juga tidak boleh berpikir sesaat, benar-benar berpikir dengan kepada dingin dan pikiran jernih.

Memang bagi sebagian orang pernikahan dan perceraian bisa jadi adalah perkara biasa dalam kehidupan, atau malah bagi yang lainnya bisa jadi merupakan perkara luar biasa yang menjadi perubahan kehidupan. Namun tak perlu risau dengan sebuah keputusan. Jika dalam rangka melakukan sebuah kebaikan cukup mengingat peluang pahala apa yang menanti?

Iya, dengan mengingat peluang pahala yang bisa didapatkan maka keputusan akan lebih ringan untuk dilakukan. Tentu dengan tetap mengingat, bisa jadi pahala itu sulit didapatkan. Namun lagi-lagi, cukup sikapi dengan sederhana, jalani dengan keikhlasan, pastikan berada dalam tuntunan syariah, sabar menjalaninya dan yakin dengan pertolongan Allah.

Ini berlaku untuk semua kebaikan, berupa ibadah , hubungan dengan sesama, peluang amanah dan kebaikan lain dalam seluruh aspek kehidupan, kebaikan dalam rangka taat kepada Allah dan RasulNya dan kebaikan dalam rangka menjauhi kemaksiatan. Ingatlah, ada pahala menanti, iringi dengan kesabaran dan keikhlasan.

Pare, 8 Mei 2020

Saturday 2 May 2020

Homoseksual Itu Pilihan Bukan Paksaan Apalagi Anugrah Terindah Dari Tuhan



Tulisan sebelumnya : Waspadai komunitas kaum menyimpang

Tulisan ke - 5 dari rencana 8 tulisan

5. Homoseksual Itu Pilihan Bukan Paksaan Apalagi Anugrah Terindah Dari Tuhan (Omong kosong jika ini adalah takdir Tuhan, mereka hanya menjalani garis kehidupan, dimana iman kepada qadla dan qadar)

Tak jarang mereka bilang bahwa inilah garis yang sudah ditentukan Tuhan. Menjadi homoseks sudah ketetapan Tuhan bukan kemauan mereka. Sungguh kejam nian mereka menuduh Tuhan demikian. Jelas sejatinya mereka sama sekali tak mengenal siapa Tuhan.

Pelaku penyimpangan yang menggunakan alasan bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal yang sudah ditetapkan atas mereka, mereka tak bisa memilih, mereka tinggal menikmatinya saja adalah potret manusia yang akidahnya rusak. Mereka tak paham sama sekali makna iman kepada qadla dan qadar. Dan ini sangat berbahaya, di satu sisi merusak keimanan di sisi lain telah menempatkan qadla dan qadar sebagai pembenaran atas kemaksiatan yang dilakukan.

Perbuatan homoseksual adalah pilihan bukan paksaan, memilih atau meninggalkan perbuatan tersebut ada pada wilayah yang dikuasai manusia, karena pilihan maka kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Berbeda halnya dengan jenis kelamin,ini bukan pilihan namun pemberian dari Allah yang manusia tidak bisa meminta. Menjadi lelaki atau perempuan itu sudah ketetapan Allah. Maka kelak kita tidak ditanya mengapa menjadi perempuan atau lelaki, namun yang dimintai pertanggungjawaban adalah  sudahkah terikat pada ketentuan Allah.
Sedangkan rasa suka kepada orang lain maka ini adalah naluri yang diberikan Allah kepada makhluknya. Salah satu naluri yang diberikan adalah gharizah nau’, tujuan dari pemberian naluri ini adalah untuk melestarikan jenis manusia. Perwujudan yang Nampak pada manusia antara lain rasa sayang kepada orang lain baik itu kerabat, orang tua, anak, sahabat juga ketertarikan pada lawan jenis. Ya, secara naluri Allah telah memberikan rasa tertarik pada lawan jenis, sehingga jika ada seseorang yang malah tertarik pada sesama jenis maka jelas dia telah menyalahi ketetapan Allah.

Kembali pada bahasan tentang naluri, naluri ini pemberian Allah, maka bagi orang yang beriman dan paham konsekuensi iman kepada Allah maka dia akan menjadikan Allah itu sebagai satu-satunya Al Khalik yang layak disembah sekaligus Al Mudabbir, Dzat Maha Pengatur yang ketika Allah menciptakan makhluk sekaligus Allah memberikan aturan bagi makhlukNya. Oleh karena itu, seorang muslim yang paham akan konsekuensi rukun iman akan selalu menyelaraskan perbuatannya dengan aturan Allah, bukan malah sebaliknya, abai. Allah memberikan aturan kepada manusia ketika hendak  memenuhi nalurinya, termasuk naluri melestarikan jenis (gharizah nau) ini. Menyukai orang lain, lawan jenis adalah satu hal yang normal, tinggal mencari aturan bagaimana tuntunan Islam memenuhinya. Singkatnya adalah dengan menikah, jika belum mampu maka menyibukkan diri dengan ibadah, tidak malah mengumbarnya, menyalurkan menuruti hawa nafsu.

Bagaimana dengan para penyuka sesama jenis? Manusia seperti ini adalah manusia yang tak paham jati dirinya, tak paham mengapa dia diciptakan, tak tahu tujuan hidup dan tak berpikir visi akhirat. Dia hanya menuruti hawa nafsunya, menuruti bisikan setan. Maka untuk menyadarkan perilaku menyimpang kaum homoseksual adalah dengan menguatkan akidahnya, memberikan pemahaman yang benar tentang tujuan hidup. Secara personal berusaha untuk memahamkan mereka, beri kesempatan untuk berpikir cemerlang, berpikir jauh ke depan hingga akhirat. Dan yang tak kalah pentingnya adalah memberikan sanksi tegas, karena yang telah dilakukan adalah pelanggaran hukum syara’, kriminalitas yang harus diberi sanksi. Jika terbukti melakukan hubungan sesama jenis hanya satu pilihannya, dihukum mati. Agar yang hidup mengambil pelajaran agar pelaku mendapat ampunan.


Rencana tulisan lanjutan

6. Sadarlah, Mereka Itu Jahat Sekali, Tak Ada Kebaikan Tulus (kebaikan mereka selalu berbalut akal bulus, terus mencari korban dan kemarahan mereka begitu kejamnya, melebihi binatang, studi kasus mutilasi dan pembunuhan kaum homo)

7. Homoseksual Semakin Eksis dalam sistem kapitalis (sudah jadi bawaan sistem ini, merusak umat manusia dari seluruh sisi kehidupan)

8. Hanya Hukuman Mati Yang Bisa Menghentikan (hanya mungkin terjadi dalam sistem khilafah)