Monday, 23 December 2019

Menikmati Lupa



Keluar kota naik motor lanjut naik bis. Seperti biasa menitipkan motor. Dan alhamdulillah mengikuti acara dengan tenang hingga selesai.

Perjalanan pulang naik bis, mendekati tempat turun, menyiapkan barang-barang, mencari kunci motor. Geledah sana-sini, berusaha mengingat kembali sejak awal berangkat. Kunci tidak ada. Hanya berharap kunci masih tertinggal di motor. Jika hilang di jalan malah pusing. Pasrah, sambil mikir alternatif jika kunci benar tidak ada.

Sampai di tempat penitipan, masih harap-harap cemas, menunggu antrian dilayani, yang jaga sudah beda dengan tadi siang. Melihat ada motor lain yang juga kuncinya tergantung, ada sedikit harapan, semoga demikian juga.

Giliran diminta no parkir, Menyampaikan bla...bla... Alhamdulillah ternyata benar kunci tertinggal di motor, masih menggantung. Sepertinya SOP memang begitu, kunci tidak diambil dari motor. Mungkin mengantisipasi tertukar, juga ganti penjaga. Selama pengambil motor punya no parkir, bisa menunjukkan stnk bisa ambil, dan sebaliknya.

Bersyukur, alhamdulillah baru ingat jika kunci tidak ada, tidak kepikiran. Mungkin jika sadar kunci tidak ada sejak berangkat mungkin akan sulit konsentrasi selama acara. Memang manusia, tempat salah dan lupa.

Namun ada banyak perkara yang kita tidak boleh lupa bahkan menikmati lupa.

Hal yang tidak boleh dilupakan semisal janji manis rezim saat kampanye pemilihan, komitmen penguasa saat disumpah jabatan, kebijakan rezim yang menyengsarakan. Semua itu tak boleh dilupakan, malah harus diingat sambil berpikir penyebab kegagalan rezim memenuhi janjinya. Listrik naik, BPJS naik, utang naik, biaya hidup naik, impor naik, ekspor salah kaprah dsb. Itu semua adalah akibat rezim yang salah langkah, rezim dzalim, abai dengan syariah. Rezim liberal jelas gagal.

Ada hal lain yang harus juga diingat, ada kewajiban untuk tunduk pada aturan Al Khaliq, ada kewajiban untuk menerapkan syariah kaffah. Ada janji Allah tentang tegaknya khilafah. Dan bukan sekadar mengingat, tapi berusaha berjuang untuk meujudkannya.

Pare, 23 Desember 2019

Thursday, 19 December 2019

Menyiapkan Putri Kita Menuju Masa Baligh : Mandiri Mengurus Diri Sendiri


Bagi seorang anak, menghadapi masa haid adalah bukanlah hal mudah. Tidak semua anak siap dengan hadirnya haid. Kaget dan takut ketika di awal melihat darah haid, merasakan tubuh yang tidak nyaman hingga merasa asing dengan perubahan fisik yang dihadapi. Tentu ini bukan hal yang aneh, wajar ketika menghadapi sesuatu yang baru. Oleh karena itu persiapan teknis untuk menghadapi hari pertama haid juga tidak boleh dispelekan. Dan lagi-lagi ini juga membutuhkan persiapan jauh hari.
Memberikan informasi yang benar seputar darah haid, tidak boleh memberikan informasi bohong atau bahkan membuat anak takut. Untuk itu diperlukan informasi seputar tanda baligh, proses terjadinya haid, hal-hal yang mungkin menyertai datangnya haid. Penting untuk diingat, penyampaian informasi seputar hal ini juga diiringi dengan bekal akidah. Menyampaikan haid sebagai tanda kebesaran Allah yang harus dihadapi dengan syukur dan penerimaan sepenuh hati. Agar pertanyaan semisal mengapa hanya perempuan yang mengeluarkan darah haid, mengapa saat haid terkadang merasa kesakitan, mengapa ada larangan-larang tertentu bagi wanita haid dan seterusnya. Kemudian juga menyiapkan hal teknis ketika haid. Semisal menghadapi perubahan emosional menjelang haid, menyiapkan fisik, hingga hal teknis taharah membersihkan najis dan seputar mandi wajib.
Persiapan fisik dan emosional. Haid adalah tanda perubahan anak menuju masa remaja, pada masa puber ini anak akan cenderung tidak nyaman urusannya terlalu dicampuri, maka sebelum perasaan ini menjadi dominan pada anak, orang tua terutama ibu sudah menjadi sahabat bagi anak sejak jauh hari sebelum masa puber. Dengan begitu anak akan memberikan kepercayaan kepada orang tua ketika menghadapi hal baru. Perubahan fisik tubuh dihadapi dengan bijaksana, ibu memberikan arahan terkait perubahan fisik semisal bentuk tubuh dan perawatannya serta cara mengatasi emosionalyang labil menjelang haid. Hal ini juga diiringai dengan pembiasaan hidup sehat baik dari pola makanan maupun aktivitas, terkadang jika tidak ada pembiasaan menjelang dan di saat masa haid anak lebih sering mengikuti hawa nafsunya dengan makan dan beraktivitas  sesuka hatinya.
Persiapan teknis, mulai dari hal sederhana membiasakan mencuci pakaian dalam disertai dengan arahan teknis mencuci pakaian dari najis, membersihkan noda darah, membereskan pembalut bekas pakai. Membawa persediaan pembalut, celana dalam dan sabun ketika bepergian. Tidak panik ketika haid datang sedang tidak di rumah, peka dengan tanda-tanda menjelang haid hingga ke teknis taharah mandi wajib ketika selesai haid. Khusus mandi wajib, maka orang tua harus mendetaili satu persatu teknisnya, memastikan rukun mandi wajib terpenuhi.
Terakhir, persiapan teknis menjalani masa haid. Tak jarang remaja yang haid menghabiskan waktu untuk hal-hal mubah bahkan cenderung sia-sia, merasa tidak perlu beribadah. Untuk konsep ibadah perlu diluruskan sejak dini, ibadah tidak hanya sebatas ibadah mahdhah saja, namun ada banyak aktivitas kebaikan yang bisa bernilai ibadah. Anak harus paha hanya beberapa aktivitas saja yang terlarang bagi wanita haid, maka di luar larangan tersebut anak tetap bisa mengamalkannya. Dengan begitu kedekatan anak kepada Allah SWT tetap terjaga meski saat menjalani masa haid. Dan ini juga tergantung pada pembiasaan sebelum haid, ketika pra haid anak sudah biasa melakukan banyak kebaikan maka di saat haid pun anak sudah punya cara pandang bahwa kebaikan itu juga akan dijaga meski di masa haid.

Dengan persiapan anak mandiri mengurusi diri sendiri akan meminimalisir ketergantungan anak saat remaja kepada orang lain. Bisa mengatasi permasalahan yang secara rutin akan mereka hadapi. Setidaknya satu permasalahan sudah tertangani.

Menyiapkan Putri Kita Menuju Masa Baligh : Menanggung Konsekuensi Amal


Tanda baligh pada perempuan adalah dengan datangnya haid atau mesntruasi. Dan umur haid untuk anak perempuan saat ini terjadi semakin dini. Jika pada generasi terdahulu usia awal haid di atas 12 tahun misalnya, maka saat ini anak yang masih berumur  10 tahun pun ada yang sudah haid.  Tak jarang banyak keluhan dari orang tua, sudah haid tapi masih belum mengerti apa-apa. Oleh karena itu, menjadi kewajiban orang tua untuk mendampingi, membimbing dan menyiapkan anak untuk siap dengan konsekuensi datangnya haid.
                Islam sebagai agama yang sempurna  juga mengatur masalah haid, dan menetapkan haid sebagai tanda baligh bagi seorang perempuan,yang konsekuensi bagi seorang perempuan yang sudah haid adalah dia  bertanggungjawab atas semua amal perbuatannya, apayang dilakukan sudah tercatat utuk dihisab di akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw : Telah diangkat pena (beban hukum) dari tiga golongan: dari orang gila hingga ia sembuh; dari orang yang tidur hinggaia bangun; dan dari anak-anak hingga ia balig.  (HR  Abu Dawud).
                Persiapan menghadapi haid dilakukan jauh hari, jangan sampai orang tua dan anak merasa tidak siap saat haid dating untuk pertamakalinya. Tidak hanya menyiapkan konsekuensi hukum, namun juga menyiapkan anak secara fisik, mental dan teknis.
                Sejak dini anak sudah dibiasakan untuk terikat pada hukum syara;, dimulai dari yang teringan hingga yang membutuhkan pengorbanan lebih. Biasa salat lima waktu, biasa berpuasa, biasa menutup aurat, menjaga lisan, berlomba dalam kebaikan dan sebagainya. Membiasakan dengan memberi pemahaman bahwa ada kewajiban bagi seorang muslim untuk terikat pada syariat Allah dan RasulNya. Pada fase ini penguatan akidah adalah yang utama, memahamkan akan tentang konsekuensi iman kepada semua hal yang terdapat dalam rukun iman. Termasuk pula menyiapkan agar anak ridha dengan ketetapan Allah pada makhluknya yang salah satunya adalah haid.  Ini adalah bekal yang harus diberikan orang tua sebagai orang yang terdekat dengan anak. Jangan sampai anak mendapatkan informasi yang kurang  tepat, jika harus melalui orang lain maka orang tua harus memastikan anak mendapat bimbingan dari orang yang amanah dan berilmu.
                Target dari penyiapan anak perempuan menghadapi haid sejak dini ini adalah agar ketika dewasa anak sudah tidak membutuhkan paksaan, dengan kesadaran sendiri melakukan kewajiban sebagai seorang muslim dan menjauhi larangan dengan sukarela, paham konsekuensi amal di dunia yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak, ada surga atau neraka yang menanti mereka.
               




Mendidik Anak Laki-laki Calon Imam



Berita-berita yang membuat prihatin, tawuran siswa SD, keroyokan siswa SD, terkadang meski hanya sebatas candaan akhirnya ada yang menangis ada yang berujung pertaruhan nyawa dan mayoritas pelakunya adalah anak laki-laki. Namanya anak-anak, perilaku mereka yang seringkali tanpa pikir panjang melakukan sesuatu, tanpa berpikir akibat terburuk. Selain di dunia nyata, tak sedikit  dari anak-anak SD yang sudah aktif di medsos, bahkan bertngkar dengan temannya di medsos, terutama anak usia antara 10-12 tahun, memang berbeda dengan anak laki-laki jaman dahulu. Ada yang sudah baligh, dan bisa dibilang mereka saat ini menuju masa puber. Emosinya tak terkendali, maunya menang sendiri, tak mendengar ketika dinasehati. Masa dimana eksistensinya minta diakui. Lucunya kalo merasa tersakiti baik sakit fisik maupun sakit hati, masih saja mereka menangis tersedu-sedu. Secara fisik mereka menuju masa puber, namun secara pemikiran, masih seperti anak kecil.
Mendampingi anak laki-laki tentu tidak sama dengan anak perempuan, namun dari aspek hamba ada kesamaan, mendidik mereka untuk sama-sama taat kepada Allah, sama-sama siap mengemban tugas sebagai hamba Allah. Akan tetapi dari aspek tanggungjawab, ada perbedaan, laki-laki adalah imam dalam rumah tangga, laki-laki menjadi imam di masjid mengimami jamaah laki-laki dan perempuan, imam bagi semua jamaah, laki-laki berhak menjadi khalifah, wali dan pejabat pemerintahan yang tidak boleh dijabat wanita, laki-laki wajib menafkahi. Maka menyiapkan mereka untuk siap menerima tanggung jawab kelak ketika dewasa mau tidak mau harus dimulai sejak dini.
Namun tantangan mendidik anak, terutama anak laki-laki saat ini bukan perkara yang mudah diselesaikan, tapi meski tidak mudah pasti bisa, optimis. Menjelang dan saat masa puber gharizah nau’ dan baqa’ nya  begitu dominan. Terutama terkait rasa suka pada lawan jenis dan eksistensi diri. Sukanya tebar pesona meski dengan modal dengkul, sukanya umbar tantangan, petantang-petenteng ngajak duel. Tapi urusan belajar, menuntut iilmu, menambah tsaqafah malasnya luar biasa. Mau sekolah jika dibelikan kendaraan ( kalo SD masih minta sepeda, kalo SMP SMA bisa-bisa minta motor baru yang kece badai), dibelikan HP di belikan ini itu, ga cukup dibelikan, jatah perawatan motor, pulsa dan paket data pun menjadi imbalan kepergian mereka ke sekolah. Emang yang butuh belajar dan menuntut ilmu siapa? Pengorbanan dan kerja keras orang tua seolah tak ada nilainya.
Di antara yang bisa dilakukan dalam rangka mendidik anak adalah bekal iman, terus menguatkan aqidah, mengingatkan Allah Maha Segalanya, mengingatkan malaikat yang selalu mencatat. Agar tidak terus mengancam dengan hukuman, agar tidak kepo memeriksa speedometer tiap hari, sudah main sejauh mana. Memberi bekal ilmu dengan mengajak ke majelis ilmu, menyediakan majelis ilmu, memberi ilmu secara langsung jika memang mumpuni. Dan yang tak kalah pentingnya adalah sedini mungkin mengenalkan Alquran pada anak, memperbaiki bacaan dan terus menambah hafalan. Tidak berhenti sampai sekadar hafal, memberi pemahaman Alquran sesuai dengan usia juga sangat penting.
Ya, dekat dengan Alquran adalah bekal selanjutnya untuk anak. Dekat dengan Alquran bermakna bisa membaca, menghafalkan, mentadaburi ayat-ayatnya, memahami,mengamalkan dan menyampaikan kepada orang lain, mendakwahkannya agar diterapkan secara kaffah. Memang butuh proses, perlu langkah bertahap. Untuk anak-anak setidaknya bisa membaca dan menghafal, dengan modal minimal ini paling tidak anak laki-laki sudah disiapkan menjadi calon imam salat. Mumpung masih kecil segera perbaiki kualitas bacaan anak, mumpung masih belum banyak memori yang terisi segera targetkan hafalan Alquran, usia-usia keemasan “ golden age” tak seharusnya dilewatkan. Dan yang juga penting meski tidak semuanya bias menjadi imam, setidaknya anak laki-laki mempunyai keberanian untuk adzan dan iqamah di masjid atau mushala. Karena terkadang ada anak laki-laki yang tidak bisa dan tidak berani tampil untuk adzan dan iqamah. Ini juga bagian dari menyiapkan mental anak agar percaya diri.
Selain peningkatan kualitas ruhiyah, bekal kesehatan dan kekuatan fisik juga tidak boleh diabaikan. Sebagaimana pesan Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam, anak-anak sejak dini dengan menyesuaikan umur, segera dikenalkan dengan olehraga berkuda, berenang dan memanah.  Dan tentu aktivitas fisik lain yang melatih raga, dalam rangka menyiapkan generasi pejuang.

Untuk mendampingi anak laki-laki dan mendidiknya, tentu dibutuhkan orang tua tangguh, lingkungan yang kondusif dan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara yang terbaik. Anak kita bukanlah robot yang bisa dikendalikan dengan remote control, bukan benda mati yang tak punya hati, fisik dan pikiran mereka akan terus berkembang serta dipengaruhi lingkungan mereka tinggal. Maka menyiapkan berbagai hal agar upaya mendidik anak tidak sia-sia dan semakin berat juga merupakan hal yang sangat penting. Melakukan perubahan dengan dakwah amar makruf nahi munkar dalam setiap bidang, agar kebaikanlah yang dijumpai anak-anak kita. Sebagaimana generasi salaf terdahulu dididik dalam suasana sistem Islam, menjadi ulama dunia dan akhirat, menjadikan mereka umat terbaik. Maka saat ini pun juga juga dibutuhkan sistem yang sama, sistem yang memberikan kesempatan diterapkannya secara kaffah, yaitu sistem khilafah. Sistem yang nyata mencetak generasi terbaik dalam sepanjang masa, generasi mujtahid, generasi ilmuwan dalam segala bidang. Maka perjuangan untuk mewujudkan sistem Islam tidak bisa diabaikan, selain sebagai konsekuensi keimanan, juga untuk memastikan anak-anak kita menjalani masa depan mereka dalam naungan aturan Allah subhanahu wata’ala. Wallahu a’lam bishawab.

Ketika Jagoan Kecil Kita Jatuh Cinta


Cinta monyet adalah istilah yang sering dipakai untuk percintaan-pacaran remaja, dahulu cinta monyet diperuntukkan bagi anak SMA atau paling tidak anak SMP. Dahulu persepsi cinta monyet hanya sebatas cinta main-main saja, tidak serius. Ketika putus ya cari lagi, mungkin seperti itu. Namun saat ini. Seiring dengan semakin cepatnya perpindahan informasi, akibat tayangan TV yang tidak mendidik, akibat orang tua yang cenderung membebaskan anaknya, akibat buruknya teladan dari generasi sebelumnya, cinta monyet sudah menjalar kepada anak-anak SD, maka tak salah jika disebut sebagai cinta anak monyet. Pelakunya semakin kecil. Fenomena cinta anak monyet ini tentu membuat kita prihatin, pacaran yang merupakan pendekatan pada pintu zina jelas haram. Baik pelakunya anak SD, remaja, dewasa maupun sudah tua.
Fakta berbicara, usia baligh anak saat ini semakin cepat. Tak jarang anak perempuan kelas 4 SD sudah haid, tak jarang anak laki-laki kelas 5 SD sudah ihtilam. Secara fisik anak sudah dewasa namun secara pemikiran mereka belum mengerti konsekuensi dari baligh adalah dimulainya hisab atas amal mereka. Sebaliknya yang lebih dominan pada anak yang baligh di usia dini adalah ketidakmampuan mereka mengendalikan perasaan, terutama perasaan tertarik kepada lawan jenis. Jadilah kecil-kecil sudah  menjadi pelaku pacaran. Karena pelakunya masih kecil, dari segi keilmuaan mereka sangat minim. Namun dari segi gelora perasaan sulit dikendalikan, maka peluang mereka jatuh dalam dosa maksiat yang lebih besar lagi akan semakin terbuka lebar. Fenomen cinta anak monyet juga akan berpengaruh pada kualitas generasi yang akan datang. Potensi anak dalam memanfaatkan waktu untuk menimba ilmu akan terganggu, pikiran mereka terbelah.

Ketika Anak Jatuh Cinta
Kecil-kecil sudah pacaran, memang sangat membuat kita sebagai orang tua merasa prihatin. Namun menghadapi fakta seperti ini sebagai orang tua kita tidak akan bertindak gegabah apalagi mengambil tindakan keras penuh paksaan. Kita berusaha menyelami pikiran anak-anak kita, berusaha memahami apa yang mereka rasakan, bukan dalam rangka memaklumi namun untuk mencari solusi terbaik agar mereka tidak terus berada dalam masalah.
Jatuh cinta adalah salah satu naluri yang diberikan Allah SWT kepada makhluknya, yaitu sebagai bagian dari naluri melestarikan jenis, tanpa cinta dan kasih saying mungkin dunia ini akan kacau balau. Ketertarikan kepada lawan jenis adalah hal yang normal, namun bukan berarti boleh diumbar. Karena naluri adalah karunia dari Allah SWT maka sudah seharusnya pengaturan dan pemenuhannya juga disesuaikan dengan aturan dari Sang Pencipta. Termasuk pula menyikapi fenomena kecil-kecil sudah jatuh cinta dan berpacaran.
Oleh karena itu, ketika anak jatuh cinta, salah satu hal yang peru kita pahami adalah karakter naluri ini. Karakter naluri salah satunya adalah muncul karena adanya rangsangan dari luar. Tidak mungkin anak jatuh cinta jika belum mengenal lawan jenis, tidak mungkin anak tiba-tiba jatuh cinta tanpa didahului informasi pendukung, misal dari tayangan televisi yang hanya dihiasi tayangan sampah, bukannya menyajikan informasi bermanfaat, sinetron tak berkualitas dengan setting dunia remaja yang mengumbar perasaan. Apapun latar settingnya, mau sekolah, mau di rumah, mau di jalanan semuanya bercerita tentang cinta-cintaan. Tidak hanya TV, kebebasan mengakses internet juga memudahkan anak mendapatkan informasi termasuk pula tayangan-tayang vulgar yang menyebar dimana-mana. Maka, salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah meminimalisir anak untuk bersentuhan dengan informasi sampah. Ada banyak cara, mulai dari membatasi pemakaian telepon pintar, membatasi waktu menonton TV hingga memberikan pendampingan optimal, dengan kata lain kontrol orang tua sangatlah berperan. Jangan sampai orang tua malah senang dan tenang melihat anak nyaman dengan gadget di tangan atau duduk manis di depan TV.
Solusi lainnya adalah mengalihkan kesibukan anak kepada hal-hal positif dan produktif. Bermain bersama, belajar bersama, menghafal Alquran, menyibukkan diri dengan olahraga, mengikutkan anak pada kajian keislaman disesuaikan dengan umur dan lain sebagainya, inti dari solusi ini adalah tidak membiarkan anak menikmati dunianya sendiri, melibatkan mereka dalam interaksi social yang sehat sesuai syariat.
                Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah, menjadi sahabat bagi anak. Memberikan waktu terbaik kita untuk mendampingi buah hati. Memberikan informasi yang benar, memberikan ilmu sebagai bekal dalam kehidupan. Dengan kedekatan orang tua dan anak, anak tidak akan mencari tempat mencurahkan isi hati kepada orang lain apalagi kepada lawan jenis. Tidak mengekang anak namun tidak mengumbar anak, orang tua menjadi tempat curhat yang menyenangkan bagi anak, tidak langsung memarahi dan memvonis anak bersalah, namun berusaha menasehati dengan kasih sayang.
                Memang, saat ini tantangan dalam mendidik anak sangatlah luar biasa. Maka dibutuhkan kesungguhan orang tua dalam mendidik anak, memposisikan anak sebagai amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Juga diperlukan kepeduliaan lingkungan dan masyarakat, menciptakan masyarakat yang bersahabat dengan anak mutlak diperlukan. Masyarakat yang mempunyai visi mengedapankan berlomba dalam kebaikan, menyerukan yang makruf dan bersama mencegah kemungkaran. Dan yang tak kalah pentingnya adalah peran Negara. Kebijakan Negara yang membuat para orang tua sibuk mengejar materi, memberikan kebebasan akses informasi tanpa batas, dan ketidaktegasan dalam sistem sanksi sangat berpengaruh pada pola pengasuhan anak serta kualitas anak saat ini. Negara dengan kebijakan semakin liberal akan berdampak buruk pada proses pendidikan anak. Tentu hal ini tidak boleh kita biarkan. Pembiaran pada pelaksanaan sistem kapitalistik secular sama saja dengan mempertaruhkan masa depan bangsa ini, alih-alih melahirkan generasi beriman dan bertakwa, yang terjadi malah sebaliknya, melahirkan generasi yang menuntut kebebasan dan tidak mau terikat pada aturan Allah SWT, generasi yang maunya mengumbar hawa nafsu.

                Oleh karena itu, untuk melindungi generasi dari kerusakan moral dan menyelamatkan generasi demi masa depan diperlukan individu-individu yang bertakwa mempunyai komitmen untuk melaksanakan perntah Allah dan menjauhi seluruh laranganNya, masyarakat yang menjadikan syariat sebagai standar perbuatan dan Negara sebagai institusi utama menerapkan syariat terbaik dari Allah SWT secara menyeluruh. Dan ini membutuhkan perjuangan untuk melakukan perubahan. Maka harus kita mulai dari detik ini juga, demi masa depan di dunia dan akhirat. Wallahu a’lam bishawab.

Wednesday, 18 December 2019

English Area, Honor Yourself By Speaking English




Judulnya buat keren-kerenan saja. Membaca di salah satu camp kursus b.inggris di Pare. Tulisan yang mantab.

Memang sudah biasa, banyak camp di Pare yang mewajibkan member camp untuk menggunakan bahasa inggris saat di english area. Bahkan terkadang ada sanksi “kejam”  bagi pelanggarnya.

Awal membaca tulisan tersebut, tersenyum saja. Tapi jujur bikin iri, sampai segitunya. Dan suasana  di camp pun ramai dengan obrolan berbahasa inggris, dan saya tambah diam seribu bahasa, tidak tahu harus ngomong apa.

Mengapa bikin iri? Membayangkan seandainya yang  banyak adalah arabic  area, pasti seru.

Seharusnya, jika muslim lebih semangat belajar bahasa arab. Karena bahasa arab adalah bahasa Alquran dan hadits, pedoman tertinggi seorang muslim. Bagaiman maksimal menjadikannya pedoman jika bahasanya tak dikuasai. Terutama bagi muslim yang bahasa induknya bukan bahasa arab.

Yang pasti, diabaikannya bahasa  arab adalah satu keberhasilan barat. Ada kesengajaan untuk membuat umat islammenjauh bahkan tak mengenal bahasa arab, minimal mengabaikannya. Setidaknya mereka berhasil membuat persepsi, yang  terpenting adalah belajar bahasa inggris, bukan bahasa arab. Ditambah dengan kelalaian umat islam dan keasyikan belajar bahasa selain arab, maka semakin sempurnalah bahasa arab jauh dari umat Islam.

 Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? ( QS : Al  Qamar [54] : 17) 

Terus apa yang harus dilakukan? Ya belajar bahasa arab mulai sekarang. Bulatkan tekad, niatkan dan berdoa semoga istiqamah dalam belajar. Tidak harus setiap hari, tapi pastikan menyediakan waktu khusus untuk belajar. Jangan terbelenggu dengan stigma bahasa arab itu sulit, husnudzan belajar bahasa itu mudah, nikmati proses belajarnya. Untuk yang sudah mempunyai sedikit ilmu, amalkan dan ajarkan, insya Allah akan semakin lekat dalam ingatan.


Pare, 18 Desember 2019

Tuesday, 10 December 2019

Belajar Khilafah Tidak Haram



Akhirnya, materi khilafah dan jihad sebagai salah satu syariat Islam dihilangkan dari materi pelajaran di sekolah.  Katanya tidak dihilangkan total, sekadar direvisi saja, atau tidak lagi masuk bahasan Fikih namun menjadi bahasan sejarah. Benar-benar rezim sekular, sedikitpun tidak menyisakan ajaran agama Islam untuk sekadar dipelajari atau bahkan untuk diterapkan. Memang sebuah kesengajaan, agar umat Islam tidak mengenal hukum Islam seputar khilafah dan jihad.  Untuk itu  tuduhan keji terus dilontarkan, di antaranya adalah khilafah sebagai sumber pepecahan dan jihad sebagai inspirasi terorisme. Opini negatif terus digulirkan kepada orang yang menyampaikan khilafah, sekadar mengkaji atau memperjuangkannya. Dibentuk stigma negatif bahwa orang yang menyampaikan khilafah telah melakukan hal jahat dan kriminal. Lagi-lagi sungguh narasi yang sangat keji. Padahal tidak ada satu aturan pun di negeri ini yang menyatakan bahwa khilafah dan jihad adalah hal yang terlarang untuk disampaikan. Namun  bisa jadi selanjutnya rezim akan menyiapkan aturan agar bisa menjatuhkan sanksi kepada orang yang menyampaikan khilafah.

Penguasa  semakin mengukuhkan diri sebagai rezim anti Islam. Mengapa bisa demikian? Padahal wakil presidennya adalah seorang yang digelari sebagai ulama. Jawabnya sederhana, karena negeri ini menerapkan sistem kapitalisme. Sistem yang lahir dari ideologi kapitalisme, mengambil sekularisme sebagai akidahnya dan menentukan aturan berdasarkan liberalisme. Aturan agama dipisahkan dari kehidupan dan kebebasan menjadi pijakan. Agamanya boleh Islam, namun tak boleh menerapkan syariat islam kaffah dalam kehidupan. Sehingga wajar, bagi rezim kapitalis, keberadaan Islam yang akan utuh diterapkan dalam naungan khilafah dianggap sebagai ancaman serius. Karena Islam adalah rival dari kapitalisme juga sosialisme-komunisme. Jika khilafah tegak, penguasa tidak akan bisa seenaknya sendiri bermesraan dengan pengusaha, tidak bisa lagi menjual kekayaan alam kepada asing, tidak akan bisa lagi menikmati banyak kemaksiatan yang legal di negeri ini, tidak akan bisa terus memalak rakyat, tidak bisa terus mengeruk keuntungan demi kepentingan pribadi dan kelompoknya. Ya, khilafah hanya akan menjadi ancaman bagi orang-orang yang tidak mau taat syariat.

Dengan masifnya upaya mencegah kebangkitan Islam, apa yang harus dilakukan? Bagi seorang mukmin, dunia adalah ujian, akankah menjadikan semakin dekat kepada Allah atau malah sebaliknya. Begitu juga ujian dalam dakwah menyampaikan khilafah yang resikonya memang berhadapan langsung dengan penguasa dzalim. Penguasa yang tidak segan mendzalimi, menyengsarakan dan jika perlu membinasakan rakyatnya sendiri meski dengan cara perlahan. Oleh karena itu, yangharus dilakukan adalah mempertebal keimanan, keyakinan bahwa khilafah adalah perintah Allah dan RasulNya, dan apa yang diperintah Allah dan RasulNya pasti sebuah kebaikan yang tidak akan pernah sia-sia. Semata meminta pertolongan kepada Allah, sekuat apapun tekanan manusia pasti ada batasnya.

Menyampaikan khilafah itu bukan perbuatan haram, sebaliknya, melarang menyampaikan khilafah adalah tindakah hina dan haram. Inilah pegangan yang tidak boleh lepas. Tunjukkan bahwa seorang muslim tidak akan mundur hanya karena gertakan manusia, buktikan bahwa perjuangan menyampaikan khilafah tidak akan berhenti. Buktikan bahwa buka khilafah yang membahayakan, namun kebijakan penguasa yang berdasar kapitalis-sekular yang sejatinya membuat dunia ini akan hancur.

Oleh karena itu, teruslah menyampaikan khilafah, belajar bagaimana khilafah menjadi solusi atas permasalahan umat, dan terus berjuang menegakkan khilafah, meski khilafah tegak saat nyawa sudah tidak dikandung badan, Allah sudah mencatat amal kita, dan begitu pula dengan bekas amal kita, akan tetap menjadi pahala untuk kita.


Pare, 10 Desember 2019 


Monday, 9 December 2019

Penderita AIDS Meningkat Saatnya Kembali Pada Syariat


Hari AIDS selalu diperingati setiap tahunnya, kampanye penanggulangan HIV/AIDS dan sosialisasi hak ODHA adalah dua agenda yang hampir tak pernah terlewatkan. Namun faktanya, bukannya menurun jumlah penderita HIV/AIDS dari tahun ke tahun malah semakin meningkat. Dan mirisnya penularan HIV/AIDS banyak terjadi di kalangan pelaku seks menyimpang terutama pelaku Lelaki Seks Lelaki (LSL) atau pasangan gay. Semakin membuktikan bahwa perilaku maksiat masih menjadi penyumbang utama angka penderita HIV/AIDS, juga menjadi evaluasi terhadap langkah pencegahan yang selama ini telah diambil, belum membuahkan hasil.

Dalam peringatan hari AIDS, juga selalu digembor-gemborkan tentang HAM bagi ODHA, kita selalu diingatkan agar tidak diskriminatif pada ODHA, juga termasuk di dalamnya menghormati keputusan penderita dari kalangan LSL atas pilihan hidup mereka. Sungguh kampanye dan ajakan yang sangat di luar nalar. Sudahlah nyata bermaksiat menjadi penderita penyakit menular namun masih saja minta diakui perilaku menyimpangnya. Maka ini pulalah yang membuat virus HIV/AIDS terus menular dengan lancar, karena rantai penularan yang utama, yaitu perilaku seks menyimpang juga penyalahgunaan jarum suntik narkoba tidak diputus. Malah diberi ruang.

Meningkatnya penderita HIV/AIDS yang didominasi pelaku maksiat atau korban dari perilaku maksiat seharusnya menjadi renungan bersama. Harus ada langkah tegas untuk mengatasi penularan penyakit mematikan ini. Negara sebagai pengurus rakyatnya secepatnya mengambil tindakan serius untuk memberikan perawatan maksimal kepada penderita HIV/AIDS, yang beresiko tinggi menularkan dikarantina untuk mendapatkan perawatan terbaik. Sedangkan rakyat yang sehat dijamin agar tidak tertular. Oleh karena itu, juga perlu tindakan tegas kepada pelaku kemaksiatan yang beresiko tingga tertular. Tentu bukan menjadikan HAM sebagai pertimbangan, namun menjadikan syariat sebagai acuan. Pelaku seks menyimpang tidak boleh dibiarkan, LSL adalah aktivitas maksiat yang pelakunya bisa dihukum mati, para pengguna narkoba juga layak mendapatkan sanksi, juga pelaku zina seharusnya dicambuk atau dirajam. Semua pintu penularan harus ditutup rapat. Dan jika masih saja ada yang tertular maka Negara wajib menjamin perawatannya, agar tidak menularkan kepada orang lain dan agar tetap menjalankan kewajiban sebagai seorang hamba, jika tidak bisa terselamatkan pun dalam kondisi yang terbaik, tetap mendapatkan hak sebagai manusia dan jika sebagai pelaku kemaksiatan meninggal setelah bertaubat. Semua warga negara pun bekerja sama semaksimal mungkin agar penyakit ini tidak terus menular, dengan aktif saling mengingatkan agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan, saling menasehati untuk meraih ketakwaan. Semua mempunyai kesadaran untuk terikat syariat, tidak abai dengan larangan. Dengan keyakinan syariat pasti membawa maslahat kehidupan pun akan selamat.

Nur Aini, Guru
Pare Kediri Jawa Timur


Sunday, 8 December 2019

Khilafah Memang Diajarkan Di Sekolah


Heboh soal Fikih kelas 12 Madrasah Aliyah di Kediri yang memuat pertanyaan seputar khilafah, ada banyak tuduhan dan asumsi yang lucu bahkan malah dibua-buat atau memang berdasarkan informasi yang salah.

Soal disusupi ajaran HTI
Jelas sekali tidak ada tulisan HTI, namun dengan mudahnya menyalahkan HTI. Jika soal berisi pertanyaan seputar khilafah langsung dituduhkan sebagai bentuk penyusuan ide HTI maka ini sungguh salah kaprah. Khilafah adalah ajaran Islam, bukan ajaran HTI, bukan karangan HTI, HTI hanya menyampaikan saja. Maka jelas ini hendak mengkerdilkan khilafah sebagai bagian dari ajaran Islam. Seolah dengan dicabutnya BHP HTI yang dilakukan dengan dzalim, tanpa putusan pengadilan, maka ide yang didakwahkan HTI otomatis menjadi terlarang. Tidak. Khilafah adalah ajaran Islam, kewajiban dari Allah SWT, warisan Rasulullah saw. Sampai kiamat akan tetap seperti itu. Menuduh soal disusupi ide HTI hanya sebagai bukti kesengajaan pihak yang mempermasalahkan untuk menolak ajaran Islam. Pertanyaannya siapakah yang paling bernafsu memusuhi ajaran Islam? Tidak mungkin orang Islam yang saleh dan hanif.

Tentang Khilafah terus muncul dalam soal
Bagi guru yang biasa membuat soal, pengulangan kata apalagi menjadi judul sebuah bab dalam pelajaran itu hal yang lumrah. Bayangkan jika dalam satu mata ujian ada  50 soal sedangakan bahan ujian hanya  5 bab saja (padahal 5 bab dalam 1 semester itu sudah banyak), maka jika proporsional akan ada 10 soal dalam tiap babnya. Oleh karena itu jika bab yang dibahas adalah khilafah, maka sangat wajar jika kata khilafah terus berulang dan muncul. Ya memang babnya khilafah.

Khilafah kok masuk Fikih bukan SKI (Sejarah Kebudayaan Islam)
Khilafah adalah ajaran Islam, ada hukumnya, dan islam mengaturnya. Maka wajar khilafah masuk pelajaran Fikih, karena karakter pelajaran Fikih adalah mengupas hukum seputar perbuatan, benda atau ajaran. Beda dengan pelajaran SKI, lebih fokus pada sejarah. Membahas kronologis sebuah peristiwa. Jadi tidak perlu heran jika di pelajaran Fikih ada bab khusus seputar khilafah. Dan alur pelajaran Fikih adalah membahas definisi, dalil, hukum, dan tatacara. Sehingga jika babnya adalah khilafah maka yang akan dibahas adalah definisinya, dalil-dalil ,hukum menegakkannya, tata cara menegakkan, mengangkat khalifah sebagai pemimpin khilafah, hingga hikmah yang bisa diambil dari pelajaran yang telah dibahas. Kan lucu jika setelah membahas dalil, tata caranya kemudian disimpulkan kepada siswa : “Anak-anak pelajaran ini memang pernah dicontohkan dan diamalkan oleh Rasulullah dan para sahabat, tapi tidak perlu kita amalkan ya. Ini ajaran HTI, ini terlarang di Indonesia”. Paradox, orang Islam kok tidak boleh mengamalkan ajaran Islam, tidak boleh meneladani Rasulullah saw. Emang ini negara komunis? Emang ini negara secular? Jujur saja.

Mengajarkan Khilafah di Sekolah memang Mau bikin Indonesia seperti Suriah
Kalau ini adalah paranoid tingkat dewa, sudahlah tidak tahu realitas di Suriah malah membuat asumsi khayal. Bisa jadi memang kurang info, tidak paham bahwa yang membuat porak-poranda Suriah bukanlah Islam apalagi khilafah namun persaingan negara Barat yang sedang memanfaatkan situasi. Atau bisa jadi orang yang menuduh demikian telah terkontaminasi dengan informasi salah dan menisbatkan kekacauan di Suriah kepada ISIS yang mendeklarasikan sebagai Daulah Islam. Padahal bagi siapa saja yang mau berpikir sedikit mendalam, akan mudah mengetahui, salah satu tujuan isu ISIS diangkat adalah untuk memfitnah khilafah. Dan ini memang wajar, karena khilafah adalah momok yang ditakuti oleh musuh Islam. Maka musuh Islam akan berusahan sekuat tenaga untuk mencegahnya. Sudahlah dahulu khilafah dilenyapkan, dikubur di lubang yang sangat dalam agar tidak muncul ke permukaan bumi, masih saja ditambah dengan fitnah bahaya ketika khilafah bangkit. Khilafah itu sejatinya ajaran Islam, institusi yang bisa menyatukan umat Islam dan memfasilitasi penerapan Islam kaffah, menyeluruh. Dan saat Islam diterapkan secara kaffah akan mengantarkan rahmat untuk seluruh alam, bukan malah menghancurkan. Jadi siapa yang tidak senang khilafah tegak mewujudkan rahmat? Ya pasti orang yang sesungguhnya berbuat kerusakan.


Dan akhirnya, kehebohan soal ujian tentang  khilafah di Kediri semakin memantabkan langkah kemenag untuk menghapus materi khilafah dan perang dari pelajaran. Sungguh manusia lancang, ajaran Islam, syariat Allah dan RasulNya pun disembunyikan. Mengapa ini gencar dilakukan? Sambil menyelam minum air. Menghapus materi khilafah dan perang bertujuan menjauhkan umat Islam dari ajarannya, mencegah umat Islam mengenal dan menerapkannya, dan ini adalah kesempatan yang tepat untuk membuat kehebohan di tengah masyarakat, agar masyarakat tidak sempat memikirkan kegagalan rezim mengurus negara. 

Dengan langkah penghapusan materi khilafah di kurikulum, dengan stigma negatif terhadap khilafah dan para pengembannya apakah menghentikan dakwah menyampaikan khilafah? Jelas, TIDAK. Justeru dakwah khilafah akan semakin gencar, khilafah akan semakin menjadi perbincangan. Tekanan pun akan semakin dzalim, namun pertolongan Allah akan semakin dekat. Jadi, pilihannya hanya satu, terus maju untuk meraih kemenangan.

Pare, 8 Desember 2019



Tanggapan Tentang Hebohnya Soal Penilaian Akhir Semester Ganjil Fikih Kelas 12 di Kediri Yang Dimuat di FB Ag243


Pembuatan soal penilaian akhir semester itu biasanya ada ketentuan teknisnya. Pertama pembagian tugas penulis soal. Penentuan pembuat soal melalui rapat Kelompok Kerja Madrasah (KKM). Guru yang mendapat tugas akan diberikan pedoman penulisan, minimal berupa format kisi-kisi, dalam kisi-kisi setidaknya terdapat kompetensi dasar dan indikator. Yang keduanya merupakan bagian dari silabus mata pelajaran, sedangkan silabus pada umumnya guru langsung mengambil dari peraturan menteri yang sudah ada. Kedua, setelah selesai menulis soal, soal akan dikumpulkan ke KKM untuk selanjutnya ditelaah oleh tim khusus yang dibuat oleh KKM, cara paling mudah adalah melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) mata pelajaran, yang memang sudah terbiasa mengajar pelajaran soal yang akan ditelaah. Telaah soal meliputi kesesuaian soal dengan kisi-kisi, bobot soal, proporsi soal, proporsi opsi pilihan ganda , kaidah EYD, hingga kunci soal dan lain sebagainya. Setelah ditelaah akan dikembalikan lagi kepada KKM. Ketiga, proses penggandaan. Yang berikutnya disalurkan kepada sekolah anggota KKM.

Jadi, ketika ada protes atau tuduhan sebuah soal fikih yang telah beredar di sekolah disusupi muatan yang dianggap tidak sesuai, maka yang perlu dievaluasi adalah peraturan menteri agama terkait pengembangan kurikulum, kerja KKM setempat, kerja KKG setempat, baru guru yang membuat soal. Tidak langsung terburu menuduh dan berpolemik tanpa memikirkan akibatnya. Usulan penarikan soal, pembuatan soal, ujian ulang itu usulan yang mengada-ada, mempersulit semua pihak. Seharusnya yang mengawali polemik tersebut mengedepankan proses pengkajian mendalam, bukan malah menimbulkan kontroversi yang sebenarnya tidak perlu bahkan berlebihan. 


Sedangkan kritik bagi pelapor pertama di antaranya, LBHNU ini seringkali menimbulkan kegaduhan mengatasnamakan banyak orang, misal dalam kasus PAS Ganjil Fikih kelas 12, menyatakan banyak keluhan dari wali siswa, harus diungkap berapa wali yang menolak dan berapa wali yang tidak mempermasalahkan. Pola ini menjadi kebiasaan LPBHNU, sekadar mengingatkan, beberapa waktu waktu yang lalu LPBHNU juga mengajukan penolakan terhadap sebuah acara kajian islam di Pare, yang berakhir pada pembatalan kajian, hampir sama salah satu alasannya, ditolak masyarakat sekitar, tidak sesuai dengan karakter masyarakat sekitar dan dikaitkan dengan HTI. Jelas seperti ini adalah alasan sepihak, penulis yang tinggal tidak jauh dari tempat acara, serta warga asli yang lama tinggal di sekitar tempat acara tidak menjumpai fakta asumsi tersebut. Apakah sebegitu rendahnya proses berpikir sebuah LBH?


Oleh karena itu, mari membiasakan diri untuk menelaah terlebih dahulu, tidak terjebak pada pendapat tanpa ilmu dan informasi. Untuk redaksi Ag243, jika memang apa yang ditayangkan di laman tersebut adalah tulisan jurnalistik, maka juga mempunyai kewajiban untuk memastikan apakah tulisan tersebut sudah sesuai dengan kaidah jurnalistik, sudahkah dimuat dengan kaidah berimbang, akurat dan bisa dipertanggungjawabkan? Semoga bisa menjadi bahan renungan kita semua untuk menuju Kediri lebih bermartabat. Aamiin.

Pare, 5 Desember 2019

Wednesday, 4 December 2019

Cinta Sejati Kepada Nabi



Akhirnya kepo juga, searching video full Gus Muwafiq. Kemudian melihat tanggapan dari beberapa ulama, di antaranya dari Buya Yahya, Habib Abu Bakar,  dan Habib Hanif. Dan akhirnya membaca lagi sirah nabawiyah Ibnu Hisyam. Semoga yang lain mempunyai kuota dan kelebihan rezeki, bisa nonton video full, bisa membeli kitab sirah.

Nabi Muhammad saw itu manusia istimewa, manusia paling agung di dunia, maka menisbatkan beliau dengan deskripsi yang cacat meski sedikit saja atau berupa dugaan saja, tentu patut dipertanyakan. Benarkah orang tersebut mempunyai ilmu? Dan jika ada yang membela orang tersebut juga patut dipertanyakan. Sebodoh itukah hingga membela orang yang ilmunya dipertanyakan?

Cinta sejati kepada nabi itu perlu bukti. Minimal mengenal beliau, membela beliau, dan jelas meneladani dalam setiap detail kehidupan. Menjadikan nabi sebagai teladan utama. Cara paling  mudah untuk mengenal nabi adalah dengan membaca kitab sirah. Namun bukan sembarang sirah, sirah yang ditulis para ulama hanif, bukan penafsiran dari ulama su’ , orang munafik, atau bahkan dari orang kafir.

Maka salah satu hikmah dari pelabelan rembes dan kemungkinan menjadi maling jambu kepada nabi, adalah memotivasi kita untuk semakin mengenal profil nabi. Tidak hanya berhenti  mengetahui profil saat kecil saja, namun profil beliau hingga nafas terakhir. Beliau anak yang terlahir dengan berbagai keistimewaan, besar dengan akhlak yang mulia, menjadi pedagang, suami, kepala keluarga, kepala negara, panglima perang, mengantarkan umat manusia kepada cahaya kemuliaan. Dan kita akan berusaha untuk mengambil seluruh bagian hidup Nabi untuk diamalkan dalam kehidupan.

Ketika ada yang memberikan label buruk kepada nabi, namun masih saja memaklumi bahkan membelanya, sungguh akan sangat merugi. Mari bertanya kepada diri sendiri, tidakkah ingin kelak bertemu Nabi, tidakkah kelak ingin bersama Nabi? Jika ingin, layakkah para pembela penista nabi bersama Nabi?



Pare, 4 Desember 2019

Tuesday, 3 December 2019

Tips Mengolah Daun Pepaya Jepang/Lotes

Daun lotes/pepaya jepang

Tips mengolah daun lotes

Ketika memetik langsung letakkan di keranjang hindari digenggam karena getah kadang menyebabkan gatal
Ketika mencuci juga diguyur di air mengalir
Sebelum diolah direbus terlebih dahulu, meski direbus saja colek sambel juga sudah enak
Saat merebus, masukkan daun saat air sudah mendidih, dan air sudah diberi garam sedikit, agar warna daun tetap hijau segar dan daun cepat layu, tidak kaku dan kasar

Setelah direbus silakan mau dimasak bumbu sesuai selera. Daun tetap dibiarkan utuh atau bisa juga dipotong kecil.

Bisa dioseng, dilodeh, dibumbu gule

Resep Rolade Tahu





Bahan rolade tahu :
Tahu
wortel
kubis
seledri
bawang pre
bumbu : garam, gula, merica, pala, bawang merang, bawang putih
tepung terigu
telur

cara membuat
campurkan bumbu yang sudah dihaluskan dengan tahu dan semua sayuran yang sudah diiris halus, beri campuran tepung terigu dan telur, semua komposisi sesuai selera.

bungkus dengan daun pisang, rebus, sekitar 30 menit, dinginkan
iris tipis, goreng dengan balutan telur kocok

Resep Sambel Pencit (Mangga Muda)


Bahan Sambel Pencit
1 buah mangga muda (pencit), kupas, dipasrah
4 kemiri , disangrai
1 ikan asin (klothok), dibakar
Cabe
Terasi
Garam (sesuaikan dg ikan asinnya, ada ikan asin yang asin banget)
Yang suka manis beri gula sedikit

Haluskan cabe, terasi, garam, kemiri, tambah sedikit air (usahakan air hangat biar tidak cepat basi), masukkan ikan asin bakar yg sdh dipotong kecil-kecil, masukkan pencit. Selesai



Tips merebus sayuran biar terlihat segar : sebelum memasukkan sayur ke air mendidih, tambahkan garam secukupnya.

Nonmuslim Tetap Hidup Saat Khilafah Tegak

Rasulullah tiba di Madinah, seluruh warga Madinah, muslim maupun nonmuslim menyambut beliau. Bahkan yang heboh saat pertama kali melihat kedatangan Rasulullah adalah salah seorang dari Yahudi. Setelahnya Rasulullah membangun masjid, di masjid tersebut Rasulullah mengatur banyak hal. Dan posisi Rasulullah di Madinah adalah kepala negara, bukan sekadar kepala kabilah. Rasulullah mulai mengatur urusan masyarakat Madinah yang heterogen saat itu. Ada Yahudi, orang-orang musyrik dan ada muslim dari kalangan muhajirin dan anshar. Kaum muslimin muhajirin dan anshar dipersaudarakan, dengan orang-orang kafir mengikat perjanjian, meminta mereka tunduk pada Rasulullah dan aturan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, menjamin keselamatan mereka dan membiarkan mereka tetap pada agama asalnya, diijinkan untuk tetap menjalankan ajaran agama dalam hal keyakinan, makanan, pakaian dan perayaan keagamaan. Tidak ada paksaan untuk masuk agama Islam.

Namun seiring berjalannya waktu, beberapa kaum musyrikin, orang yahudi yang bersekongkol dengan orang munafik melakukan pengkhianatan kepada Rasulullah. Maka wajar jika tindakan tegas diambil untuk menyelesaikan permasalahan dengan mereka.

Apa yang terjadi di Madinah adalah bukti nyata bahwa ketika Islam tegak kondisi masyarakat Madinah tidak homogen, Madinah dihuni masyarakat dengan berbagai latar belakang. Namun Islam menjamin hak dan kewajiban seluruh warga negaranya. Memang tidak terjadi begitu saja. Ada baiat Aqabah pertama yang mengawali diutusnya Mushab bin Umair untuk berdakwah di Madinah, dan setelahnya Islam menjadi perbincangan di Madinah, banyak yang menerima Islam dan memeluknya, setahun setelahnya, ada baiat Aqabah kedua. Tekad bulat untuk menjadikan Rasulullah sebagai pemimpin di Madinah. Padahal Rasulullah bukan orang Madinah. Dan setelah Rasulullah wafat, para khalifah penggantinya pun tetap menjadi pengayom seluruh warga negaranya, jika semua dipaksa masuk Islam tentu saat ini tidak akan kita jumpai orang kafir di wilayah yang pernah dikuasai Islam.

Maka tudingan bahwa Negara Islam, Khilafah, akan memberangus agama lain membunuh orang kafir adalah tuduhan palsu. Memang benar, dalam hal kehidupan bermasyarakt dan bernegara nonmuslim harus tunduk pada aturan Islam. Selebihnya nonmuslim masih bebas memeluk agamanya. Ketentuan tunduk pada aturan Islam adalah sebagai konsekuensi perlindungan khilafah kepada mereka, dan di luar itu, islam adalah agama sempurna, agama terbaik dari Allah pencipta manusia dan seluruh alam semesta, yang paling tahu dengan karakter makhluknya, maka selama berstatus manusia akan tetap layak dan wajar jika harus tunduk pada ketentuanNya.

Jadi tak perlu ada kekhawatiran bagi nonmuslim saat khilafah tegak nanti, tak perlu termakan fitnah murahan dari orang-orang munafik dan orang kafir pendengki.

Oleh karena itu, bagi setiap muslim yang mengaku mencintai Nabi, merindukan bersama Nabi, tak layak meragukan sistem yang telah beliau wariskan, yaitu khilafah. Tak layak pula ridha dengan penistaan yang ditujukan kepada beliau, harus ada pembelaan. Harus ada sanksi tegas bagi orang yang telah merendahkan manusia mulia Rasulullah Muhammad saw. Pembelaan kepada Nabi akan terus terjadi, dan perjuangan untuk mewujudkan ssitem Islam, khilafah, tidak akan pernah berhenti. Semoga tahun depan sudah taka da reuni 212 lagi, semoga tahun depan Indonesia sudah menjadi bagian dari khilafah. Insya Allah dengan kesabaran menapaki dakwah Nabi pertolongan Allah akan semakin dekat. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.

Pare, 3 Desember 2019





Monday, 2 December 2019

Kampung Inggris : Kerusakan di Depan Mata, Bagaimana Memperbaikinya?


Kembali nama Kampung Inggris tercoreng, Polres menangkap seorang mucikari dan pelacur online yang kesehariannya beroperasi di Pare, sedangkan kejadian tertangkapnya di Katang, masih di Kabupaten Kediri namun berjarak sekitar 20 km dari kota Pare. Artinya jangkauan operasional si pelacur sudah lumayan luas.  Beberapa hari kemudian muncul peristiwa lain, tawuran pendatang dengan warga kampung terjadi.

Penangkapan pelacur online memang tidak terlalu mengherankan, memang wajar jika di era digital kemaksiatan pun memanfaatkan teknologi. Jauh hari, sudah pernah mendengar cerita tentang pelacuran di Pare yang dilakukan oleh pendatang yang entah sengaja atau sekadar memanfaatkan waktu luang sambil kursus bahasa di Pare. Sudah pernah mendengar tentang tukang becak yang punya langganan anak kos, mengantarkan ke hotel dan tempat penginapan. Juga pernah mendengar seseorang yang memeriksakan diri ke dokter karena mengidap penyakit menular seksual, padahal mainnya sama cewek-cewek bersih dari Kampung Inggris. Sudah mendengar pula desas-desus beberapa tempat terutama kafe menjadi pilihan bertemunya para pelaku kemaksiatan baik berupa pelacuran atau transaksi narkoba. Memang tidak pernah secara langsung menjumpai, namun untuk kemaksiatan yang lain semisal zina, miras sudah pernah menjumpai akibatnya. Tiba-tiba ada yang hamil atau bahkan melahirkan padahal jelas belum menikah, pagi-pagi berpapasan dengan orang-orang sempoyangan bermata merah menerawang.

Sedangkan tawuran, juga bukan yang pertama terjadi, beberapa kali mendengar gesekan antar para pendatang, atau juga dengan warga sekitar. Memang bisa dibilang Pare tidak baik-baik saja.

Mengungkap hal seperti tidakkah akan semakin mencoreng nama Pare? Atau tidakkah berpikir pada sepinya banyak kursusan yang berimbas pada roda perekonomian? Bisa jadi iya, namun jika tidak diungkap bisa jadi ke depan akan semakin memprihatinkan.

Apa yang terjadi di Pare sebenarnya bukan hal yang mengherankan, wajar terjadi dalam sistem kehidupan masyarakat di negeri ini yang semakin bebas membiarkan kemaksiatan. Kerusakan yang menimpa Pare bisa terjadi di tempat lain. Namun bisa jadi cepatnya kerusakan akan menimpa Pare, mengingat Pare adalah tempat yang dikunjungi oleh orang dari seluruh penjuru nusantara bahkan beberapa dari luar negeri. Mereka datang ke Pare dengan latar belakang yang beragam. Ada yang sungguh-sungguh menuntut ilmu, sungguh-sungguh mencari rezeki ada pula yang bersungguh-sungguh bermaksiat di Pare. Namun satu kesamaan yang akan sangat membahayakan, sama-sama membawa pemikiran yang rusak. Pemikiran yang lahir dari sistem kufur, semisal kebebasan, gaya hidup hedonis, abai terhadap norma agama, individualistis, materialistis, dan secular. Yang inti dari semuanya itu adalah keengganan untuk terikat total pada aturan Allah SWT. Cinta dunia menjadi orientasi kehidupan. Sesuka hati menjalani kehidupan.

Apa yang harus dilakukan?
Setiap tempat yang kita tinggali maka akan menjadi tanggungjawab kita, bersama dengan yang lain mencegah kemungkinan keadaan yang semakin memburuk, memperbaiki apa yang sudah terlanjur buruk.semuanya harus peduli, tidak menjadikan kepentingan personal sebagai acuan, namun demi kebaikan bersama harus ada perubahan.

Mulai dari komitmen personal, baik warga asli, pendatang, pemilik kursusan dan semuanya, sadar bahwa hidup di dunia hanyalah sementara, ada akhirat yang menunggu, ada hari penghisaban. Sadar akan pentingnya menjadi individu yang bertaqwa, menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya, taat syariat tanpa syarat, sepenuhnya tunduk pada aturanNya. Warga asli yang bertaqwa, pendatang yang saleh, pemilik kursusan yang bertaqwa akan memudahkan pencegahan kerusakan.
Para pengelola kursusan memperhatikan pergaulan anak kursusannya, para pemilik kos merasa bertanggungjawab atas semua anak kos yang tinggal, mengontrol benarkah semata tinggal atau dalam rangka menuntut ilmu, para penjual mengingatkan ketika ada yang melanggar aturan, warga bertanggungjawab atas tamu yang dating, pendatang meluruskan niat menuntut ilmu di Pare. Dan sebagainya, semua melakukan yang terbaik sesuai norma agama, dan semua saling menasehati dalam kebaikan, berusaha semaksimal mungkin mencegah kemungkaran. Menjalankan interaksi kehidupan semata dalam rangka ibadah kepada Allah, bukan semata relasi bisnis, bukan tegak prinsip semua senang asal ada uang.

Cukupkah pada komitmen personal? Tidak. Fakta sebuah tempat dihuni oleh masyarakat juga penting untuk diperhatikan. Masyarakat tidak sekadar sebagai kumpulan individu, namun masyarakat adalah sekumpulan individu yang berinteraksi dengan aturan, perasaan dan pemikiran yang sama. Jika saat ini ada kerusakan di Pare maka yang perlu dievaluasi adalah sikap individunya, aturan yang diterapkan, perasaan masyarakat  dan pemikirannya. Harus diakui, masyarakat Pare sudah bergeser menjadi individualis, aturannya pun tidak tegas, sangat longgar, bahkan banyak membiarkan kebebasan berperilaku. Sedangkan pemikirannya sangat beragam, yang tidak semuanya menjadikan syariat sebagai timbangan. Bahkan perilaku arogan, merasa benar sendiri, merasa sah menghentikan kebaikan yang yang tidak disukai sudah terjadi. Pembubaran kajian, ancaman kepada pemilik tempat agar tidak meminjamkan tempat untuk kajian keislaman sudah nyata terjadi. Lagi-lagi alasannya sangat absurd, merusak kebhinekaan, berpotensi menimbulkan kerusuhan, ditolak warga, disusupi ormas terlarang, membawa ajaran sesat dan alasan murahan lainnya, yang semuanya masih asumsi belaka, sama sekali tidak ada faktanya. Padahal nyata yang merusak Pare adalah gaya hidup rusak yang diadopsi dari Barat. Bukan yang berasal dari Islam. Dari sini semakin terang, rusaknya Pare adalah sebagai imbas dari perilaku orang-orang fasik, munafik atau bahkan orang-orang kafir yang tak peduli halal haram, materi yang dikejar tanpa peduli dampak negatifnya.

Maka tak cukup berhenti pada kesadaran personal dan kemauan masyarakat, aparat dan jajaran pimpinan daerah harus peduli, tidak boleh dzalim, harus adil, adil bermakna taat pada aturan Allah dan RasulNya, adil yang mengantarkan pada ketaqwaan.  Semua harus bergerak untuk melakukan perubahan.

Darimana memulai?
Kerusakan yang terjadi akibat diabaikannya hukum Allah tidak hanya terjadi saat ini saja, pada masa Rasulullah ada jaman jahiliyah, mereka mengetahui Allah sebagai AlKhaliq namun menyekutukanNya dan bahkan mencampakkan aturanNya. Namun pada akhirnya Rasulullah berhasil membalik jaman kegelapan tersebut menjadi jaman yang terang benderang, hanya dengan Islam. Bukan dengan demokrasi, bukan dengan kapitalisme, juga bukan dengan social-komunisme. Juga bukan dengan semangat gembar-gembor fanatisme nasionalisme dengan berbagai perangkatnya yang sering dikukuhkan sebagai harga mati.

Di tahapan pertama Rasulullah membina para sahabat dan orang-orang yang awal masuk Islam dengan akidah Islam, membekali dengan Alquran, mengajarkan hukum Islam. Menyiapkan mereka untuk menjadi manusia tangguh yang siap berinteraksi dengan masyarakat jahiliyah. Rasulullah berdakwah secara pemikiran, perang opini dan mengkritik kebiasaan dan aturan masyarakat Mekkah, sedikitpun tidak ada upaya mengorganisir para sahabat untuk melakukan perlawanan fisik, jika ada perlawanan fisik sifatnya personal saja. Maka saat ini sah-sah saja jika ada personal yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan serta keberanian untuk mengerahkan upaya fisik, namun harus diingat, personal mempunyai keterbatasan, juga harus dipertimbangkan dampak jangka panjangnya. Sedangkan sebuah jamaah dakwah tidak diperkenankan dakwah secara fisik, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saat berjamaah dengan para sahabat, berdakwah di Mekkah tanpa ada perintah berjamaah melakukan perlawanan fisik. Begitulah, selama fase Mekkah dimana umat islam belum mempunyai kekuatan sebuah Negara dakwah pemikiran dan politik saja yang dilakukan. Baru setelah fase Madinah aktivitas fisik semisal ekspedisi dan perang dilakukan.

Begitu pula saat ini yang bisa dilakukan, di saat umat Islam belum mempunyai Negara berdaulat yang diatur semata dengan hukum Islam maka sekaliber jamaah dakwah dengan anggota yang banyak pun tidak dibenarkan melakukan aktivitas fisik.

Dakwah pemikiran dan politik adalah sebuah proses menuju perubahan, dijalani dengan penuh kesabaran. Mengubah pemikiran masyarakat agar mau diatur dengan hukum Allah, mengubah perasaan umat agar merindukan khilafah sebagai warisan Rasulullah, dan mengenalkan syariat Islam sebagai aturan kehidupan adalah dakwah yang telah dicontohkan Rasulullah. Rasulullah telah berhasil, maka dengan keyakinan bahwa Rasulullah teladan terbaik insya Allah dakwah ini juga akan berhasil. Dakwah pemikiran dan politik menyampaikan kewajiban penerapan syariah secara kaffah dalam naungan khilafah. Namun harus dipahami, dakwah politik adalah dakwah yang beresiko berhadapan dengan penguasa dzalim, itu pasti. Jadi, jika saat ini dakwah terasa berjalan di atas duri, itu sebuah hal yang sangat mungkin terjadi, akan tetapi ketika keyakinan akan kemenangan Islam dan balasan bagi orang yang ikhlas menolong agama Allah menghujam ke relung hati, sakit yang terperi akan menjadi kondisi yang bisa dinikmati.
   
Dan ketika khilafah tegak, akan ada upaya sungguh-sungguh untuk melindungi semua warga negara dari potensi kerusakan dan merusak. Akan ada upaya tegas memberi sanksi setiap pelanggaran hukum. Tanpa pandang bulu mengakkan keadilan. Dengan begitu, tidak hanya Pare yang terselamatkan namun seluruh umat manusia. Oleh karena itu, mari bertindak local dengan visi global. Dimanapun tinggal teruslah mendakwahkan khilafah, dan jangan betada pada posisi menghalangi tegaknya khilafah, pasti gagal.


Pare, 2 Desember 2019

Sunday, 1 December 2019

Reuni 212 : Membela Nabi Tercinta, Mengingatkan Pentingnya Penerapan Islam Kaffah



Dan masih seperti tahun kemarin, masih di Pare saja. Namun selalu teriring doa untuk semua peserta, semoga menjadi catatan amal dalam membela nabi tercinta. Untuk yang sudah di Jakarta atau menuju ke sana, semoga diberi kesehatan dan kemudahan urusan. Aamiin.

Reuni 212 kali ini layak untuk dilaksanakan, aksi membela nabi tercinta yang telah dinista. Karena pelaku penista seperti biasa masih bebas berkeliaran tanpa tindakan untuk membuatnya jera, bahkan ini bukan penistaan yang pertama, jika lagi-lagi dibiarkan maka bisa jadi akan semakin sombong menista Islam dan ajarannya. Sungguh pembiaran yang bertolak belakang dengan para pengemban dakwah yang menyampaikan Islam kaffah. Umat islam terus dibombardir dengan tuduhan yang bukan-bukan, umat islam terus diawasi, dibatasi ruang geraknya. Ajarannya terus diobok-obok, dakwahnya terus ditekan. Ironinya yang melakukan itu semua adalah sebagian kaum muslimin juga. Ada apa sebenarnya?

Bisa jadi orang yang membenci Islam dan ajarannya, terutama khilafah, adalah orang yang tak paham, orang yang tak berilmu, atau bisa jadi orang yang tak sadar sedang dimanfaatkan, atau bisa jadi sudah berkomitmen menjadi pelayan musuh Islam. Karena tidak mungkin orang saleh begitu rendahnya memperlakukan saudara seimannya dengan terus mendzaliminya. Para pejabat yang mayoritas bagian dari umat Islam mempunyai satu suara yang sama, berkampanye melawan radikalisme, dan jelas radikalisme hanya dituduhkan kepada umat Islam. Dari sini jelaslah, isu radikalisme sengaja digulirkan untuk membungkam umat Islam saja, dan yang mempunyai keinginan kuat untuk membungkam umat Islam hanya ada dua, orang munafik atau orang kafir yang nyata kebenciannya kepada Islam. Maka, isu radikalisme sebenarnya bukan murni ide muncul dari umat Islam di negeri ini, namun ide yang sengaja dimunculkan musuh Islam, terutama Barat sebagai pengemban ideology kapitalisme yang sadar akan bahaya kebangkitan Islam melalui tegaknya Khilafah.

Para pengemban ideology kufurlah  (kapitalisme dan sosialis-komunis) yang berada di balik upaya mendzalimi umat Islam. Dengan berbagai cara. Oleh karena itu, umat Islam harus sadar, harus tahu bahwa kita mempunyai musuh bersama, musuh yang akan bergembira ketika kita terus tercerai berai dan bermusuhan. Terus berada dalam kondisi yang jauh dari penerapan Islam kaffah. Tak hanya itu, kita harus sadar bahwa apa yang terjadi saat ini dengan kondisi negeri yang karut marut juga sebagai akibat penerapan system kapitalisme dan abainya kita pada syariat Allah. Maka harus ada upaya untuk terus mengingatkan, bahwa kita butuh penerapan islam kaffah untuk menuju Indonesia berkah.

Pare, 1 Desember 2019