Mengambil sebagian dari buku Pilar-pilar pengokoh nafsiyah bab cinta dan benci karena Allah. Sebuah hadits tentang sunah bagi orang-orang yang mencintai karena Allah, hadits dari Ummi Darda’ yang menyebut suaminya sebagai majikan dalam rangka memuliakan suaminya.
Dan dari riwayat kedua terlihat kekompakan pesan Ummi Darda’ dan Abu Darda’, meski berada di tempat yang berbeda mempunyai pesan yang sama untuk Shafwan.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Disunahkan bagi yang saling mencintai karena Allah agar mendoakan saudara yang dicintainya disaat tidak bersamanya. Hal ini didasarkan pada hadits riwayat Muslim dari Ummi Darda, ia berkata; Aku diceritakan suatu hadits oleh majikanku, sesungguhnya ia mendengar Nabi saw. bersabda:
Barangsiapa yang mendoakan saudaranya pada saat ia tidak bersamanya, maka malaikat yang diserahi untuk menjaga dan mengawasinya berkata, “Semoga Allah mengabulkan; dan bagimu semoga mendapat yang sepadan.”
Majikan Ummi Darda adalah Abû Darda, yaitu suaminya. Ia mengatakan hal itu dalam rangka memuliakan suaminya.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan riwayat yang shahih dari Ummi Darda dan Muslim. Lafadz hadits ini menurut Muslim adalah dari Shafwan bin Abdullah bin Shafwan dari Ad-Darda, ia berkata; Aku datang ke Syam dan aku mendatangi Abû Darda di rumahnya. Tapi aku tidak menemukannya dan bertemu dengan Ummi Darda. Ia berkata, “Apakah engkau hendak berangkat Haji pada tahun ini?” Aku berkata,“Ya.” Ia berkata; Berdoalah kepada Allah minta kebaikan untuk kami, karena Nabi saw. pernah bersabda:
Doanya seorang muslim kepada saudaranya yang tidak bersamanya pasti dikabulkan. Di dekat kepalanya ada malaikat yang menjaganya. Setiap kali ia berdoa minta kebaikan untuk saudaranya, malaikat itu berkata, “Amin.” Dan engkau akan mendapatkan yang serupa.
Shafwan berkata kemudian aku keluar menuju pasar dan bertemu dengan Abû Darda, ia pun berkata sama seperti istrinya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dari satu kisah saja sudah terlihat kekompakan pasangan suami istri ini, dan saya pun penasaran. Akhirnya membuka buku Ensiklopedia Sahabat ( Mahmud Al Mishri), salah satu buku yang saya beli mungkin sudah setahun yang lalu, akhirnya terbaca juga. Dan benar, memang pasangan ini so sweet.
Awal masuk Islam Abu Darda’ yang didukung oleh istrinya, seorang sudagar yang dermawan dan ahli hikmah, sahabat yang menghimpun Alquran pada masa Rasulullah salallahu ‘alaihi wa salam, pernah diutus ke Damaskus untuk mengajarkan cara membaca Alquran semasa khalifah Utsman.
Cerita hidupnya luar biasa, hanya ingin mengutip tulisan di bagian akhir : Lamaran Ummu Darda’ kepada Allah.
Ummu Darda yang amat mencintai suaminya khawatir jika kelak masuk surga dia tidak menjadi istri Abu Darda lagi sebagaimana di dunia menjadi istrinya.
Dia pun menghadap kepada Rabbnya seraya berdoa : “ Ya Allah dahulu Abu Darda melamarku lantas menikah denganku di dunia, maka sekarang aku melamar dirinya dan memohon kepadaMu agar menjadikan diriku sebagai istrinya di surga.”
Mendengar permohonan istrinya tersebut, Abu Darda lantas menyahut : “ Apabila kamu memang menghendaki hal tersebut, maka jadikanlah aku suami satu-satunya dan jangan menikah lagi sepeninggalku.” Lalu Abu Darda pun wafat, sementara Ummu Darda dikenal sebagai wanita yang berparas cantik dan berakhlak mulia. Karena itulah Mu’awiyah segera melamarnya, namun Ummu Darda menjawab : “ Tidak, demi Allah aku tidak akan menikah lagi dengan seorang pun di dunia hingga aku menikah dengan Abu Darda di surga, Insya Allah.”
Demikianlah kekompakan Abu Darda dan istrinya. Kompak dalam kebaikan di dunia dan berharap dikumpulkan kembali di surga. Sehidup sesurga.
Demikianlah kekompakan Abu Darda dan istrinya. Kompak dalam kebaikan di dunia dan berharap dikumpulkan kembali di surga. Sehidup sesurga.
Pare, 7 Januari 2018
No comments:
Post a Comment