Wednesday 17 January 2018

Ibnu Mas’ud, Bacaannya Dirindu Nabi Ditakuti Para Pembenci


Keterangan foto : siswa MI AL HIDAYAH YPSM TULUNGREJO PARE muraja'ah hafalan surah Alwaqiah/Arrahman/Yaasiin


Abdullah bin Mas’ud atau dikenal sebagai Ibnu Mas’ud, salah satu sahabat Nabi yang masuk Islam di awal dakwah Nabi di Mekah. Bukan dari keluarga terkemuka, namun kedudukannya di sisi Nabi sangat istimewa. Bacaan Alqurannya sangat dirindukan Nabi. Orang pertama yang membaca Alquran secara terang-terangan di Mekah setelah Rasulullah.

Pernah suatu ketika para sahabat berbincang rencana membacakan Alquran secara terang-terangan di hadapan orang Quraisy. Dan Ibnu Mas’ud mengajukan diri untuk membacakannya, namun para sahabat tidak menyetujui karena Ibnu Mas’ud tidak mempunyai kerabat terkemukan yang bias membela. Namun dengan penuh keyakinan Ibnu Mas’ud tetap menginginkannya, cukup Allah sebagai pembela.

Maka pergilah Ibnu Mas’ud menuju makam Ibrahim pada waktu dhuha, karena pada saat itulah orang-orang Quraisy biasa berkumpul, sesampainya di sana, beliau membaca basmallah dengan keras dan melanjutkan membaca awal surat Arrahman dan ayat-ayat lain.

Orang Qurasy penasaran dengan apa yang dibaca Ibnu Mas’ud, setelah ada yang mengetahui bahwa yang dibaca Ibnu Mas’ud asalah ayat-ayat yang dibawa Nabi, orang-orang Quraisy memukul wajah ibnu Mas’ud.  Inilah yang dikhawatirkan para sahabat yang lain. Namun Ibnu Mas’ud  yakin, apa yang dilakukan para pembenci Alquran adalah hal yang meringankannya, dan bertekad akan membacakan lagi keesokan harinya. Akan tetapi sahabat lain melarangnya, apa yang diperdengarkan Ibnu Mas’ud jelas sesuatu yang dibenci orang-orang kafir Qurasy. Dan pasti akan memancing kemarahan kaum Quraisy.
Demikianlah, pada awalnya Alquran adalah sesuatu yang asing pada jaman jahiliyah. Membacanya dianggap sebagai perbuatan terlarang, isinya menjadi sesuatu yang dibenci, apa yang diseru menjadi sesuatu yang bertentangan dengan kebiasaan dan kesepakan masyarakat jahiliyah.
Begitu juga saat ini,salah satu hal yang dianggap  tabu, asing dan bahkan dianggap sebagai bentuk pengkhianatan adalah ajakan untuk menegakkan khilafah. Menyampaikan khilafah dicap sebagai tindakan radikal, mengajak menerapkan Islam kaffah dianggap  mengkhianati Pancasila dan perjuangan pahlawan bangsa. Bahkan tak jarang, khilafah dijadikan bahan ejekan serta gurauan. Sungguh kondisi yang hampir mirip dengan awal Islam disebarkan.

Sebagaimana Rasulullah, Ibnu Mas’ud dan para sahabat lain, mereka tidak mengenal kata menyerah. Ujian, hambatan dan ancaman tidak sedikitpun membuat langkah dakwah terhenti. Tidak ada pilihan lain, terus berdakwah, karena dakwah adalah kewajiban dari Allah. Hingga akhirnya pertolongan datang dari penduduk Madinah, dan Islam pun diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, disusul dengan fathul Mekah. Hingga akhirnya menyebar ke seluruh penjuru dunia. Dakwah dan jihad yang terus dilaksanakan Rasulullah dan dilanjutkan para khalifah penggantinya.

Maka jika saat ini khilafah masih dianggap sebagai ajaran yang asing, dakwah Islam kaffah dianggap sebagai aktivitas yang membahayakan, itu bukan alas an untuk menghentikan dakwah. Malah sebaliknya, menjadi pemicu semangat untuk terus menyampaikan dakwah kepada masyarakat. Hingga saatnya nanti umat akan semakin paham tentang kewajiban memperjuangkan khilafah dan dengan ridla meminta diterapkannya Islam kaffah dalam naungan khilafah. Oleh karena itu, dakwah menyampaikan Islam kaffah tidak boleh berhenti, apapun yang terjadi kewajiban ini tetap melekat hingga datangnya kiamat. Wallahu a’lam.

No comments:

Post a Comment