Ya Allah, limpahkanlah sholawat kepada junjungan
kami Nabi Muhammad, dan sibukkanlah orang-orang zhalim agar mendapat kejahatan
dari orang zhalim lainnya, selamatkanlah kami dari kejahatan mereka. Dan
berikanlah sholawat kepada seluruh keluarga Nabi serta para sahabat beliau.
Seputar perang Ahzab atau juga
dikenal dengan Perang Khandaq ada di tulisan Perang Ahzab aka Perang Khandaq
Satu hal lagi yang menarik dalam
perang ini adalah munculnya Nu’aim bin Mas’ud sebagai sosok yang berhasil
memecah belah pasukan Ahzab.
Pada awalnya pasukan Ahzab kaget
dengan strategi pasukan Islam yang menggunakan parit sebagai benteng Madinah,
pasukan Ahzab sempat kebingungan dan hanya berdiam di luar madinah dengan
mendirikan kemah. Padahal saat itu bertepatan dengan musim dingin, udara
membeku, angina bertiup kencang, hingga keputusasaan merayap di hati pasukan
Ahzab, terbersit dalam pikiran untuk kembali ke tempat masing-masing, mundur
dari medan perang.
Mengetahui hal ini, Huyay bin
Akhtab, dari Yahudi Bani Nadlir
pengkhianat perjanjian damai dengan Rasulullah yang juga provokator
utama penghimpun pasukan Ahzab mulai mengambil langkah baru. Dengan gigih mempengaruhi Bani Quraidzah,
satu-satunya Kabilah Yahudi yang masih mendapat perlindungan Nabi di Madinah,
meski awalnya ragu akhirnya Bani Quraidzah bersedia bergabung dengan pasukan
Ahzab (bisa buat tulisan sendiri, bagaimana kegigihan Huyay mencari dukungan,
salah saja semangat apalagi yang membela kebenaran harusnya tambah gigih).
Dengan bergabungnya Bani Quraidzah, pasukan Ahzab mendapat celah untuk
menyerang pasukan Islam dari dalam kota Madinah. Meski pengkhianatan ini
dilakukan secara diam-diam, berita ini tetap sampai kepada Rasulullah, untuk
menjaga mental umat Islam, Rasulullah mengutus utusan untuk menyelidiki dan
mengkonfirmasi kabar ini ( juga bisa dibuat tulisan sendiri, Rasulullah
tetap tabayun, mengingatkan dan menjaga
mental umat Islam). Dan seperti kabilah
Yahudi yang lain, Bani Quraidzah malah menghina Rasulullah. Misi utusan untuk
mengingatkan Bani Quraidzah tidak berhasil. Dan tentu ini membuat kecemasan di
pihak umat Islam. Di luar Madinah pasukan Ahzab mengepung di dalam Madinah Bani
Quraidzah berkhianat.
Dan di
saat inilah muncul Nu’aim, orang yang masuk Islam tanpa diketahui kaumnya dan
mempunyai hubungan sangat dekat dengan bani Quraidzah.
******************************************
******************************************
Kitab
Daulah Islam Bab Perang Ahzab
Nu’aim mengingatkan mereka
tentang hubungan kasih sayang yang sudah
lama terjalin di antara
dirinya dengan mereka. Kemudian dia juga mengingatkan
mereka, mengapa harus membantu kafir
Quraisy dan Ghathfan
untuk menyerang Muhammad.
Sangat mungkin sekali Quraisy
dan Ghathfan tidak akan
lama menduduki posisinya dan mereka akan segera pergi pulang. Mereka
hanya membuat mimpi tentang bencana
yang akan menimpa
Muhammad. Padahal mereka justru
mengkhayalkan bencana yang akan menimpa mereka sendiri. Nu’aim
juga menasihati agar mereka
tidak ikut memerangi Muhammad bersama kaum Quraisy.
Mereka telah memperoleh jaminan dengan apa saja yang dimiliki mereka dan tidak
membantu kaum Quraisy dan Ghathfan. Bani Quraizhah akhirnya puas dan merasa
yakin dengan apa yang dikatakan oleh Nu’aim.
Setelah itu
Nu’aim pergi kepada
kaum Quraisy. Dia memberitahukan kepada mereka secara
rahasia bahwa Bani Quraizhah menyesali perbuatan mereka yang telah melanggar
perjanjiannya dengan Muhammad. Mereka
akan melakukan apapun
demi keridlaan Muhammad dan
memperoleh kasih sayangnya
dengan cara lebih mengutamakan beliau
daripada tokoh-tokoh Quraisy
yang akan memenggal leher mereka.
Karena itu, dia menasihati mereka bahwa orang-orang Yahudi
telah mengutusnya kepada
mereka untuk memperoleh jaminan
dari pemuka Quraisy supaya tidakmengirimkan utusan seorangpun. Hal yang sama
Nu’aim lakukan terhadap Ghathfan, sebagaimana yang telah dilakukannya kepada
kaum Quraisy. Keraguan merayap dalam jiwa orang-orang Arab dari kalangan Yahudi.
Akhirnya Abu Sufyan mengirimkan surat kepada Ka’ab dan mengabarkan: “Sudah lama kami melakukan pendudukan dan
pengepungan kepada laki-laki ini (Muhammad).
Aku melihat kalian bersandar kepadanya di waktu besok, sementara kami
berada di belakang kalian.”Ka’ab menjawab, “Besok hari Sabtu dan kami tidak
dapat berperang maupun melakukan pekerjaan di hari Sabtu.” Abu Sufyan marah dan
membenarkan cerita Nu’aim. Kemudian dia
meminta kembali utusan
itu untuk menemui
Quraizhah dan mengatakan kepada
mereka, “Jadikanlah oleh kalian suatu hari Sabtu lain untuk
menggantikan hari Sabtu
ini, karena Sabtu besok
harus memerangi Muhammad. Jika kami keluar untuk memeranginya dan kalian tidak bersama kami,
maka kami melepaskan diri dari persekutuan kalian. Dan kami akan memerangi
kalian dahulu sebelum Muhammad.”
Mendengar
ucapan Abu Sufyan semacam ini, Quraizhah kembali menegaskan tekadnya bahwa
mereka tidak bisa melanggar hari Sabtu. Kemudian mereka memberi isyarat adanya
jaminan, sehingga merasa tenang dengan kepastian tempat kembali mereka.
Mendengar jawaban demikian, Abu Sufyan
tidak ragu-ragu lagi
dengan cerita Nu’aim.Malamnya dia berpikir apa yang harus
dilakukan. Abu Sufyan akhirnya memutuskan harus berbicara pada Ghathfan. Namun,
dia mendapati bahwa Ghathfan juga ragu-ragu untuk maju memerangi Muhammad. Pada tengah malamnya,
tiba-tiba Allah mengirimkan kepada
mereka angin topan bercampur petir disertai hujan yang sangat lebat.
Kemahkemah mereka porak poranda. Periuk dan perkakas
dapur terbalik tumpang tindih. Ketakutan merasuki jiwa mereka. Dalam
pikiran mereka terbayang bahwa kaum Muslim pasti segera mengambil kesempatan
ini untuk menyeberangi parit lalu menyerang mereka. Thalihah berdiri dan berteriak
lantang, “Muhammad telah memulai
menyerang kalian dengan keras! Karena itu, selamatkanlah diri kalian!”Abu
Sufyan pun tidak mau diam. Dia segera
memberi komando pasukannya, “Hai orang-orang Quraisy, kembalilah!
Sesungguhnya aku juga segera
kembali.”Kaum Quraisy segera pergi dengan
rasa ringan. Kemudian Ghathfan dan pasukan Ahzab menyusul
pulang. Pagi harinya tidak satupun dari mereka yang tersisa. Ketika Rasul saw
melihat keadaan ini,beliau dan kaum Muslim
segera kembali ke kota Madinah. Allah telah
memenuhi janjiNya kepada orang-orang
yang beriman untuk
memenangkan peperangan.
******************************************
******************************************
Demikianlah, Nu’aim berhasil
meyakinkan bani Quradzah tidak layak memberi dukungan kepada Pasukan Ahzab.
Quraisy dan Ghathfan memang saat itu
mempunyai kedudukan namun kedudukan mereka hanyalah sementara, kekuasaan mereka
pastilah berakhir, tidak abadi. Dan saat mereka jatuh pasti tidak akan peduli
lagi dengan sekutu mereka.
Nu’aim juga berhasil membuat Quraisy
dan Ghathfan lain ragu dengan kesetiaan dan
persatuan pasukan Ahzab, dan akhirnya satu-persatu mengambil langkah mundur.
Begitu pula saat ini, ada
beberapa oknum umat Islam yang begitu bangganya mengemban pemikiran kufur,
begitu bangganya mendukung rezim anti Islam. Saat ini mereka memang masih di
atas angin, namun kelak ketika mereka jatuh sudah tidak berkuasa lagi para
pendukungnya yang hanya penjilat akan dicampakkan begitu saja. Saat ini
musuh-musuh Islam memang terlihat kompak dan bersatu menjatuhkan dan mencegah
kebangkitan Islam, namun kelak mereka akan tercerai berai, kelak mereka akan
disibukkan dengan urusan sesame orang dzalim, keraguan akan memenuhi benak
mereka, permusuhan akan menghiasi hari-hari mereka.
Dan kemenangan pasti untuk para pembela agama Islam. Tak ada keraguan sedikitpun. Dan saat itu orang-orang yang selama ini memusuhi Islam pasti akan menyesal.
Pare, 10 Januari 2018
No comments:
Post a Comment