Lama nunggu di terminal Purabaya
Surabaya
Lama perjalanan naik bis Surabaya Pare
Lama nunggu di terminal Pare
Lama di terminal Purabaya
Dari ruang tunggu sekilas melihat,
jalur patas dan biasa sama-sama belum ada bis yang masuk jalur, memilih bis
biasa. Lama tidak naik bis biasa, sambil sedikit mengingat jaman ngampus dulu,
belum ada bis patas Pare, mau tidak mau nunggu bis seadanya. Dan berani
mengambil resiko nunggu bis biasa meski lama karena masih agak siang, masih ada
waktu, nyampe Pare mungkin maksimal maghrib. Dan ketika bertanya ke petugas
menjawab masih ada beberapa bis ke Pare, jadilah yakin menunggu, meski hampir satu
jam. Ada beberapa orang juga yang nunggu, tidak sendiri. Insya Allah pasti ada.
Sambil menunggu bis, ngobrol sedikit
dengan sesama calon penumpang. Sesekali juga mengamati sekitar. Di sebelah
jalur Kediri ada jalur Banyuwangi, bis arah wilayah timur ini sedikit istimewa,
bagian depan bis di luar kaca ada teralis, melindungi bis bagian depan. Sepertinya
untuk mengantisipasi lemparan batu. Mengamati dan mendengarkan segerombol
pengamen, sekitar 5 laki-laki dan 4 perempuan, obrolan khas orang jalanan. Penuh
dengan candaan dan sesekali kata-kata makian nan kasar. Dengan penampilan
dekil, bercengkrama ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon. Terbersit rasa iba,
mungkin mereka bahagia versi mereka. Namun tetaplah bukan kondisi ideal, jauh
dari penciptaan manusia untuk semaya menyembah Allah ta’ala. Bukan kebahagiaan
sejati yang mereka terima.
Akhirnya bis Pare masuk jalur,
langsung penuh. Ketika sudah mulai berjalan ada beberapa penumpang yang
sepertinya salah bis, mengira bis Kediri via Kertosono, apa daya mereka yang
membawa barang banyak, bersama anak kecil memilih bertahan, dan sepertinya
keputusannya tidak terlalu disesali, jalur Kertosono macet total. Bis umum rute
dialihkan, bahkan ada bis Kertosono yang lewat rute Pare, jadi sama saja.
Lama di jalan
Surabaya – Krian, bis super ngebut,
balap sana-sini tanpa pandang bulu, benar-benar membuat jantung berdebar. Baru
mengurangi kecepatan saat memasuki wilayah Mojokerto, hujan lebat. Menuju Jombang, Jombang menuju Pare, kecepatan bis semakin
berkurang hujan rintik, mendung tebal, volume kendaraan semakin bertambah. Masuk
Kabupaten Kediri menjelang maghrib. Suasana semakin gelap, angin bertiup
kencang, masuk Tunglur hujan sangat lebat mengguyur. Listrik mati, jadilah
gelap gulita. Memilih turun di terminal Pare. Setidaknya ada tempat berteduh. Sampai
terminal Pare menjelang adzan maghrib. Sesuai prediksi, meski harusnya bisa lebih
cepat mengingat di awal keluar Surabaya bis super ngebut, tapi tetap saja harus
sabar di jalan. Dan meski lama, yakin ini adalah jalur menuju Pare. Karena sudah
sering lewat dan hafal. Pasti akhirnya sampai Pare.
Lama di terminal Pare
Hujan semakin lebat, suasana terminal
gaduh namun gelap gulita. Petugas memberikan arahan dan informasi. Selama menunggu
masih ada 2 bis patas Pare Surabaya, 1 bis Patas ke Blitar, 1 bis ke Malang,
dan 1 bis ke Kediri dari Malang. Yang Surabaya Kediri via Pare sepertinya sudah
tidak ada, yang saya tumpangi mungkin yang terakhir. Finally, masuk rumah jam
19.30 an. Alhamdulillah. Perjalanan lama dan panjang, namun pasti. Lama tapi
pasti, tak masalah.
Ini masih salah satu peristiwa dalam
hidup, hanya tentang menunggu bis, perjalanan pulang menuju kampung halaman. Masih
banyak hal dalam hidup yang harus dihadapi dan dijalani, juga untuk menuju kampung
yang abadi, akhirat.
Hidup penuh liku,kadang tak sesuai
keinginan, namun banyak hal yang sudah pasti, yang sudah dijamin. Rezeki,
jodoh, dan mati, semua pasti. Tak perlu meragukan qadla Allah terkait rezeki,
jodoh dan mati. Jangan berburuk sangka pada malaikat pembagi rezeki yang tidak
hanya satu dua atau sepuluh tahun masa kerjanya. Tak perlu khawatir jodoh kita
tertukar, tak perlu berlebihan menghindari mati juga tidak perlu sombong
menantang maut. Siapkan saja bekal dan usaha menjemput rezeki, jodoh dan maut. Hingga
Allah memberikan nanti kita siap dengan sepenuh hati.
Ini pasti dihadapi semua manusia,
namun ada satu hal yang mungkin belum banyak memilih dan menjalaninya, yaitu
berdakwah dan berjuang untuk kemenangan Islam.
Kemenangan Islam itu pasti, tak perlu
ragu. Tidak ada yang bisa menghalangi.
Dia-lah yang mengutus
Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya
di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci. (QS Ash Shaf [61]:
9)
Meski
kemenangan itu pasti, bukan berarti kita hanya berdiam diri, terus berjuang,
piala kemenangan pasti di tangan namun penonton dan pemain tentu tidak sama. Dan
dalam perjuangan ujian akan silih berganti, tapi pasti menang, jadi teruslah di
medan perjuangan jangan keluar dari lapangan.
Jika kamu (pada perang
Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafirs) itupun (pada perang Badar)
mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami
pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah
membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian
kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang zalim,Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman
(dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. (QS. Ali Imran [3]
: 140-141).
Perjuangan
untuk mengembalikan kejayaan Islam, melanjutkan kehidupan Islam bisa jadi
terasa lama, meski lama tapi pasti, pasti menang.
Namun tentu saja kemenangan Islam
diperjuangan dengan tetap berpegang teguh pada agama Allah, tidak menghalalkan
cara, tujuan yang baik pasti bisa diwujudkan dengan cara yang baik, sesuai
dengan perintah dan larangan Allah.
Para pengemban dakwah harus selalu
membekali diri dengan ilmu, menyampaikan Islam dengan perkataan yang lembut,
menyentuh perasaan, mencerahkan pemikiran. Berkasih sayang kepada sesama manusia
semata karena Allah, membenci karena Allah.
Pejuang Islam terus berdakwah mengajak
umat menerapkan Islam kaffah dalam naungan khilafah, melakukan aktivitas
politik namun menghiasi perilakunya dengan karakter ulama. Tawadlu’,
mengedepankan adab, sabar dengan semua ujian.
Sabar hingga kemenangan itu datang,
meski tak di tangan kita, setidaknya sudah ada amal kita menyiapkan dan
menyambut kemenangan Islam, tidak ada yang sia-sia dengan kebaikan yang telah
dilakukan, pasti ada balasan dari Allah, meski kemenangan itu masih nanti,
bukan di masa kita.
Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami
menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka
tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata
(Lauh Mahfuzh). ( QS. Yaasiin [36]: 12)
No comments:
Post a Comment