Alhamdulillah akhirnya selesai
membaca Bab Cinta dan Benci Karena Allah di Buku Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah
Islamiyah, insya Allah menuju bab berikutnya “ Takut kepada Allah dalam Kondisi
Tersembunyi dan Terang-terangan”.
Cinta karena Allah adalah
mencintai hamba Allah karena keimanannya kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya. Benci
karena Allah adalah membenci hamba Allah disebabkan kekufuran dan perbuatan
maksiatnya. Itulah cinta dan benci yang sejati, menstandarkan cinta dan benci
semata berdasarkan pertimbangan syariat bukan dengan menuruti perasaan semata. Terkait hal-hal sunah yang dilakukan seorang
muslim dalam rangka mencintai saudaranya karena Allah dan kewajiban serta
kebencian karena Allah ada di tulisan : Cinta dan Benci Karena Allah
Cinta dan benci karena Allah
memang mudah terucap, namun terkadang sulit untuk dijalanani. Seringkali cinta
dan benci semata menuruti perasaan, semata menuruti kata hati. Terkadang cinta
dan benci itu terbalik, yang seharusnya dicinta malah dibenci, yang seharusnya
dibenci malah dicintai. Dan terkadang untuk bisa mencintai dan membenci karena
Allah dengan setulus hati sulit untuk dijalani, seringkali lebih mencintai diri
sendiri daripada saudara seiman, terkadang masih egois dengan diri sendiri
tanpa peduli dengan hak-hak orang lain.
Padahal Rasulullah saw. telah
menjelaskan bahwa seorang mukmin yang
mencintai saudaranya sebagaimana
ia mencintai dirinya sendiri, ia akan mendapatkan pahala
yang sangat besar di dunia dan akhirat sesuai dengan kadar kemampuannya untuk
itu. Pada hadits Mutafaq ‘alaih dari Anas dari Nabi saw., ia bersabda:
Tidak beriman salah seorang di
antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya
Dan kesunahan seorang muslim
kepada muslim yang lain sebagai bentuk kecintaan kepada mereka di antaranya adalah
mendoakan saudara yang dicintainya di saat tidak bersamanya dan meminta doa
dari saudaranya.
Hal ini didasarkan pada hadits
riwayat Muslim dari Ummi Darda :
Barangsiapa yang
mendoakan saudaranya pada
saat ia tidak bersamanya, maka malaikat yang diserahi untuk
menjaga dan mengawasinya berkata,
“Semoga Allah mengabulkan; dan bagimu semoga mendapat yang sepadan.”
Begitu juga disunahkan meminta
doa dari saudaranya.Hal ini didasarkan pada hadits riwayat AbĂ» Dawud dan
at-Tirmidzi dengan sanad yang shahih, dari Umar bin al-Khathab, ia berkata: Aku meminta izin kepada Nabi saw.
untuk umrah, kemudian beliau memberikan izin kepadaku dan bersabda:
Wahai saudaraku, engkau jangan
melupakan kami dalam doamu.
Umar berkata, “Perkataan Nabi itu adalah suatu
perkataan yang tidak akan menggembirakanku jika diganti dengan dunia.”
Dalam riwayat yang lain Umar
berkata; Rasulullah saw. bersabda:
Sertakanlah kami wahai saudaraku
dalam doamu.
Mendoakan dan meminta doa, dua perkara
sepele dan seharusnya mudah diamalkan namun terkadang sering dilupakan. Padahal
dua amalan ini adalah amalan yang luar biasa pahalanya serta akan terus
mengingatkan kita pada orang-orang yang kita cintai semata karena Allah.
Mari saling mendoakan, saling
menyebut nama dalam doa. Meminta yang terbaik dari Allah, mendoakan agar
saudara kita terus berada dalam ketaatan, mendoakan agar saudara kita diampuni
dosanya, mendoakan agar kelak hingga mati tetap istiqamah dalam kebaikan,
mendoakan agar terhindar dari keburukan dan kemaksiatan. Mendoakan agar diberi
kebaikan di dunia dan di akhirat. Tidak semata demi kebahagiaan di dunia namun
juga kebahagiaan di akhirat, kebahagiaan hakiki yang abadi.
Terakhir, cinta karena Allah dan benci karena Allah termasuk
sifat seorang muslim yang paling besar, yang mereka itu mengharap keridhaan
Allah, Rahmat-Nya, pertolongan,dan surgaNya. Semoga kita termasuk orang-orang
yang bisa mencintai dan membenci semata karena Allah. Aamiin.
Pare, 22 April 2018
No comments:
Post a Comment