Sunday 22 April 2018

Akan Kusebut Namamu dalam Doaku





Alhamdulillah akhirnya selesai membaca Bab Cinta dan Benci Karena Allah di Buku Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah, insya Allah menuju bab berikutnya “ Takut kepada Allah dalam Kondisi Tersembunyi dan Terang-terangan”.

Cinta karena Allah adalah mencintai hamba Allah karena keimanannya kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya. Benci karena Allah adalah membenci hamba Allah disebabkan kekufuran dan perbuatan maksiatnya. Itulah cinta dan benci yang sejati, menstandarkan cinta dan benci semata berdasarkan pertimbangan syariat bukan dengan menuruti perasaan semata.  Terkait hal-hal sunah yang dilakukan seorang muslim dalam rangka mencintai saudaranya karena Allah dan kewajiban serta kebencian karena Allah ada di tulisan : Cinta dan Benci Karena Allah

Cinta dan benci karena Allah memang mudah terucap, namun terkadang sulit untuk dijalanani. Seringkali cinta dan benci semata menuruti perasaan, semata menuruti kata hati. Terkadang cinta dan benci itu terbalik, yang seharusnya dicinta malah dibenci, yang seharusnya dibenci malah dicintai. Dan terkadang untuk bisa mencintai dan membenci karena Allah dengan setulus hati sulit untuk dijalani, seringkali lebih mencintai diri sendiri daripada saudara seiman, terkadang masih egois dengan diri sendiri tanpa peduli dengan hak-hak orang lain.
Padahal Rasulullah saw. telah menjelaskan bahwa seorang mukmin yang  mencintai  saudaranya  sebagaimana  ia  mencintai  dirinya sendiri, ia akan mendapatkan pahala yang sangat besar di dunia dan akhirat sesuai dengan kadar kemampuannya untuk itu. Pada hadits Mutafaq ‘alaih dari Anas dari Nabi saw., ia bersabda:
Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya

Dan kesunahan seorang muslim kepada muslim yang lain sebagai bentuk kecintaan kepada mereka di antaranya adalah mendoakan saudara yang dicintainya di saat tidak bersamanya dan meminta doa dari saudaranya.
Hal ini didasarkan pada hadits riwayat Muslim dari Ummi Darda :
Barangsiapa  yang  mendoakan  saudaranya  pada  saat  ia  tidak bersamanya, maka  malaikat yang diserahi  untuk  menjaga  dan mengawasinya berkata, “Semoga Allah mengabulkan; dan bagimu semoga mendapat yang sepadan.”

Begitu juga disunahkan meminta doa dari saudaranya.Hal ini didasarkan pada hadits riwayat AbĂ» Dawud dan at-Tirmidzi dengan sanad yang shahih, dari Umar bin al-Khathab, ia berkata: Aku meminta izin kepada  Nabi saw. untuk umrah, kemudian beliau memberikan izin kepadaku dan bersabda:
Wahai saudaraku, engkau jangan melupakan kami dalam doamu. 
Umar berkata, “Perkataan Nabi itu adalah suatu perkataan yang tidak akan menggembirakanku jika diganti dengan dunia.”

Dalam riwayat yang lain Umar berkata; Rasulullah saw. bersabda:
Sertakanlah kami wahai saudaraku dalam doamu.

Mendoakan dan meminta doa, dua perkara sepele dan seharusnya mudah diamalkan namun terkadang sering dilupakan. Padahal dua amalan ini adalah amalan yang luar biasa pahalanya serta akan terus mengingatkan kita pada orang-orang yang kita cintai semata karena Allah.

Mari saling mendoakan, saling menyebut nama dalam doa. Meminta yang terbaik dari Allah, mendoakan agar saudara kita terus berada dalam ketaatan, mendoakan agar saudara kita diampuni dosanya, mendoakan agar kelak hingga mati tetap istiqamah dalam kebaikan, mendoakan agar terhindar dari keburukan dan kemaksiatan. Mendoakan agar diberi kebaikan di dunia dan di akhirat. Tidak semata demi kebahagiaan di dunia namun juga kebahagiaan di akhirat, kebahagiaan hakiki yang abadi.

Terakhir,  cinta karena Allah dan benci karena Allah termasuk sifat seorang muslim yang paling besar, yang mereka itu mengharap keridhaan Allah, Rahmat-Nya, pertolongan,dan surgaNya. Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa mencintai dan membenci semata karena Allah. Aamiin.



Pare, 22 April 2018

No comments:

Post a Comment