Thursday 26 April 2018

Memasak Dengan Cinta



Ket gambar : sambel telur-tempe-kentang rebus, ramah untuk diet kolesterol. Tetap ada protein hewani. Cocok dengan sayur bening kunci

Memasak atau makan ? He..he. saya pilih makan.

Tapi bukan berarti tak suka memasak, memang  tidak ahli masak tapi saya tipe PeDe dengan hasil masakan. Di dapur lebih suka masak lauk-pauk daripada buat kue, masak lauk pauk itu hasilnya nyata, tidak apa perlu proses lama tapi memuaskan, bikin kenyang. Kalo buat kue,terkadang ada kue yang prosedurnya ribet dan lama namun menghabiskannya hanya butuh waktu sekejap mata. Dan belum tentu mengenyangkan, kurang seru. Tetapi terserah sih, namanya juga pilihan. Tapi yang pasti kadang kasihan dengan orang yang kelaparan gara-gara ga bisa masak padahal banyak bahan yang tersedia di sekitar. Kasihan dengan orang-orang yang kurang kreatif atau malah kerjaannya bingung saja mau masak apa atau kurang respect dengan orang-orang yang menyia-nyiakan bahan masakan, membiarkan tak terpakai, menumpuk bahkan membusuk. Sayang banget.

Memasak sendiri itu lebih hemat, sesuai selera, bisa menghindari penyedap makanan, meski resikonya tak seenak masakan ala chef, whatever lah yang penting masak.

Tentang memasak, ingat dengan salah satu drama Korea, sempat punya filenya episode 1 sampai 70 an, 20Gb, Jewel in The Palace, bercerita tentang dayang istana dan perawat istana. Cerita yang sangat panjang, abaikan kisah romantisnya, hanya bikin baper. Kisah Dayang Han dan Jang Geum, memasak untuk membahagiakan orang lain, memasak dengan memperhatikan kesehatan orang yang akan memakan hasil masakan, jadi tidak asal masak yang disuka, tidak asal masak tanpa memperhatikan kesehatan. Memadukan memasak dengan kesehatan.

Dalam kehidupan nyata, pernah heran dengan seorang istri yang semua masakannya semua diberi kencur, heran apa ya enak. Namun jawabannya simple : Suami sukanya begitu sich, ga pa-pa yang penting suami seneng. Hemmm so sweet…!
Pernah juga heran, dengan seseorang yang memasak semua masakan hingga lunak. Memasak untuk kakek dan neneknya yang tinggal serumah, kasihan kalo masakan keras, sudah tidak kuat mengunyah. Subhanallah, memikirkan orang lain. Memasak dengan kasih sayang, memasak dengan cinta. Insya Allah hasilnya tak pernah sia-sia.

Dan saat ini jika memasak dengan banyak pertimbangan, biar tidak capek masak beragam masakan, mengatur menu yang cocok untuk diet kolesterol, diet garam, diet kalium,tidak pedes, namun tinggi protein dan tetap memenuhi kebutuhan kalori. Padahal sukanya pedes, mantab asinnya, tidak apalah, memasak dengan cinta selama ikhlas insya Allah bernilai ibadah.
Dan untuk yang tinggal makan saja, berusahalah menghargai hasil masakan terutama apa-apa yang sudah dimasak orang-orang terkasih di sekitar kita, syukuri, nikmati meski rasanya bikin sakit hati, selama tidak membahayakan, makan sajalah… he…he…

NB : Tulisan intermezzo saja, sambil nyari inspirasi untuk tulisan menanggapi para menteri yang tak punya hati : cabe mahal tanam sendiri, daging sapi mahal makan keong sawah saja, makarel cacingan katanya ga pa-pa protein tinggi, terakhir beras mahal ya ditawar.

Bener-bener pejabat tak memberi solusi sesuka hati berucap. Salah satu urusan yang wajib diriayah (diurusi) adalah kebutuhan pokok, salah satunya pangan, tidak boleh pejabat pemerintahan seenaknya sendiri menyikapi masalah, harusnya memberi solusi untuk kemaslahatan umat.

Pare, 26 April 2018

No comments:

Post a Comment