Saturday 24 March 2018

Pembanding


Akhirnya beli dompet baru.
Pertama karena ada yang kasih uang, pesannya buat beli dompet. Sebenarnya santai saja dengan dompet yang dipunya, memang sudah agak rusak tapi fungsinya masih tetap dompet, menunda-nunda, nunggu benar-benar tidak bisa dipakai. Tapi lama-lama ga enak juga, sudah diamanahi untuk beli dompet, akhirnya beli.

Kedua, beberapa kali ke bank, sebenernya kalo tidak terpaksa sangat malas ke bank, tidak nyaman dengan suasananya. Pegawainya memang cantik dan ganteng, penampilannya bikin mata seger. Senyumnya ramah menyambut setiap nasabah, tapi di hati kecil jujur kasihan dengan mereka, peluang mereka menjadi pencatat dan saksi transaksi riba besar sekali sedangkan pencatat dan saksi riba sama dosanya dengan pemberi dan penerima riba. Tahu sendiri kan riba dosanya ngeRIBAnget.
Sambil nunggu pelayanan, pegawai banknya ramah, ngomong basa-basi, saya cuma senyum dan sesekali menjawab dengan anggukan dan yes or no, sembari membatin, “ayolah segera selesaikan urusannya, pingin cepet keluar”. Dan ketika nunggu dipanggil berdampingan dengan nasabah lain, sama-sama buka dompet, tapi agak gimana gitu ketika saya buka dompet, he..he..ternyata dompet saya benar-benar memprihatinkan, jebol. Apalagi setelah dipakai menyimpan lembaran kertas yang lumayan banyak (mampir di dompet sebentar), bertambahlah jebolnya. Jadilah buka dompetnya agak malu-malu. Dan ini motivasi terbesar, dompet saya memang sudah tidak layak pakai. Harus ganti. Sebenarnya sudah pernah dikasih dompet sih, tapi malu kalo dipakai sehari-hari, terlalu feminin dan besar, seperti dompetnya sosialita, dipakai kalo kondangan saja.
Alhamdulillah dapat dompet sesuai kebutuhan, dan yang terpenting murah meriah. Memilih yang tidak terlalu banyak tempat, lagian kalo banyak alternative tempat bingung bukanya, tidak suka dengan dompet yang ada tempat kartu banyak. Lha wong dompet isinya hanya KTP, STNK dan atm saja, sedikit uang kertas dan receh. Tapi memang sengaja mencari yang longgar biar note kecil dan pulpen bisa masuk juga, he..he..kl ga bawa kertas dan pulpen itu rasanya gimana gitu. Tapi ga enak juga, nyampe rumah baru sadar, ini dompet pasti impor, di kertas yang menempel, tulisannya asing, dari China. Gini  kok suruh cinta produk dalam negeri, rakyat kecil itu mikirnya ga neko-neko, sesuai yang dibutuhkan dan murah.
Kembali pada motivasi terbesar ganti dompet, karena sadar dengan kondisi dompet setelah membandingkan dengan yang lebih baik, sadar bahwa kerusakan sudah parah dan tak layak untuk terus dipertahankan. Apalagi sudah ada yang kasih dana, modal tersedia tinggal melaksanakan saja.

Lalu bagaimana dengan kondisi saat ini, apalagi menjelang tahun politik 2019. Telah nyata kesengsaraan di negeri ini, utang semakin melangit, pajak semakin mencekik, infrasutruktur hanya dinikmati orang berduit, Islam dianaktirikan bahkan dikriminalkan (pembubaran ormas dakwah, kriminalisasi ulama, khilafah dicap sebagai pemicu terorisme, menara masjid diprotes), cadar dimasalahkan yang mengumbar aurat dibiarkan, rezim berpesan ga boleh bawa SARA menjelang pemilu tapi sering kali mereka  tebar pesona di pesantren, memangnya pesantren bukan bagian dari agama? Pencitraan semakin merajalela. Kebaikan-kebaikan semu dimunculkan. Padahal faktanya kriminalitas semakin meningkat, moralitas semakin rendah, akhlak generasi semakin terdegradasi. Rakyat semakin menjerit.  Sungguh ironi jika masih berharap kebaikan dalam system demokrasi secular, sungguh memprihatinkan jika keadaan yang seperti ini masih dipertahankan.
Maka cobalah bandingkan, dengan system lain, pilihannya system sosialis komunis dan sistem Islam (khilafah). Cobalah berpikir mendalam apakah benar demokrasi sesuai tuntunan Nabi, benarkah khilafah adalah warisan Nabi, benarkah Allah ridha dengan diabaikannya syariatNya atau kah Allah ridha jika syariatNya diambil untuk mengatur kehidupan.

Ayolah, coba mengkaji tentang system Khilafah Islam, bandingkan dengan system lain yang ada di muka bumi ini. Jangan terburu-buru menolak khilafah. Hayati dan renungi, nanti akan menuju titik kesadaran, memang system saat ini layak diganti dengan yang lebih baik, yang sahih dari al Khalik, yaitu system Islam.
Saat ini kita perlu pembanding, jangan terus bertahan dengan asumsi pribadi bahwa system yang kita pakai saat ini sudah yang terbaik, jangan bertahan keras kepala menunggu semua hancur, cukuplah sudah kerusakan yang saat ini terlihat, jangan menunggu kita jadi korban, benar-benar merasakan hidup yang sempit baru kita menyadari, cukuplah dengan peringatan Allah di dalam Alquran, cukuplah peringatan hanya ditimpakan pada sebagian kaum.

Khilafah itu menjadi system yang diterapkan para sahabat, generasi terbaik umat Islam, khilafah pernah menaungi dua pertiga dunia. Khilafah pernah mengantarkan umat Islam pada abad kejayaan. Ayolah belajar baiknya khilafah, jangan hanya terjebak pemikiran negatif khilafah itu identic dengan pemerintahan yang berdarah-darah. Dengan belajar tentang khilafah, insya Allah kita akan punya pembanding, ada yang lain yang lebih baik, ada yang lain yang selayaknya diambil, sitem yang akan menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat.



No comments:

Post a Comment