Akhirnya beli dompet baru.
Pertama karena ada yang kasih uang, pesannya buat beli
dompet. Sebenarnya santai saja dengan dompet yang dipunya, memang sudah agak
rusak tapi fungsinya masih tetap dompet, menunda-nunda, nunggu benar-benar
tidak bisa dipakai. Tapi lama-lama ga enak juga, sudah diamanahi untuk beli
dompet, akhirnya beli.
Kedua, beberapa kali ke bank, sebenernya kalo tidak terpaksa
sangat malas ke bank, tidak nyaman dengan suasananya. Pegawainya memang cantik
dan ganteng, penampilannya bikin mata seger. Senyumnya ramah menyambut setiap
nasabah, tapi di hati kecil jujur kasihan dengan mereka, peluang mereka menjadi
pencatat dan saksi transaksi riba besar sekali sedangkan pencatat dan saksi
riba sama dosanya dengan pemberi dan penerima riba. Tahu sendiri kan riba
dosanya ngeRIBAnget.
Sambil nunggu pelayanan, pegawai banknya ramah, ngomong
basa-basi, saya cuma senyum dan sesekali menjawab dengan anggukan dan yes or
no, sembari membatin, “ayolah segera selesaikan urusannya, pingin cepet keluar”.
Dan ketika nunggu dipanggil berdampingan dengan nasabah lain, sama-sama buka
dompet, tapi agak gimana gitu ketika saya buka dompet, he..he..ternyata dompet
saya benar-benar memprihatinkan, jebol. Apalagi setelah dipakai menyimpan
lembaran kertas yang lumayan banyak (mampir di dompet sebentar), bertambahlah
jebolnya. Jadilah buka dompetnya agak malu-malu. Dan ini motivasi terbesar,
dompet saya memang sudah tidak layak pakai. Harus ganti. Sebenarnya sudah
pernah dikasih dompet sih, tapi malu kalo dipakai sehari-hari, terlalu feminin
dan besar, seperti dompetnya sosialita, dipakai kalo kondangan saja.
Alhamdulillah dapat dompet sesuai kebutuhan, dan yang
terpenting murah meriah. Memilih yang tidak terlalu banyak tempat, lagian kalo
banyak alternative tempat bingung bukanya, tidak suka dengan dompet yang ada
tempat kartu banyak. Lha wong dompet isinya hanya KTP, STNK dan atm saja,
sedikit uang kertas dan receh. Tapi memang sengaja mencari yang longgar biar
note kecil dan pulpen bisa masuk juga, he..he..kl ga bawa kertas dan pulpen itu
rasanya gimana gitu. Tapi ga enak juga, nyampe rumah baru sadar, ini dompet
pasti impor, di kertas yang menempel, tulisannya asing, dari China. Gini kok suruh cinta produk dalam negeri, rakyat
kecil itu mikirnya ga neko-neko, sesuai yang dibutuhkan dan murah.
Kembali pada motivasi terbesar ganti dompet, karena sadar
dengan kondisi dompet setelah membandingkan dengan yang lebih baik, sadar bahwa
kerusakan sudah parah dan tak layak untuk terus dipertahankan. Apalagi sudah ada
yang kasih dana, modal tersedia tinggal melaksanakan saja.
Lalu bagaimana dengan kondisi saat ini, apalagi menjelang
tahun politik 2019. Telah nyata kesengsaraan di negeri ini, utang semakin
melangit, pajak semakin mencekik, infrasutruktur hanya dinikmati orang berduit,
Islam dianaktirikan bahkan dikriminalkan (pembubaran ormas dakwah,
kriminalisasi ulama, khilafah dicap sebagai pemicu terorisme, menara masjid
diprotes), cadar dimasalahkan yang mengumbar aurat dibiarkan, rezim berpesan ga
boleh bawa SARA menjelang pemilu tapi sering kali mereka tebar pesona di pesantren, memangnya pesantren
bukan bagian dari agama? Pencitraan semakin merajalela. Kebaikan-kebaikan semu
dimunculkan. Padahal faktanya kriminalitas semakin meningkat, moralitas semakin
rendah, akhlak generasi semakin terdegradasi. Rakyat semakin menjerit. Sungguh ironi jika masih berharap kebaikan
dalam system demokrasi secular, sungguh memprihatinkan jika keadaan yang
seperti ini masih dipertahankan.
Maka cobalah bandingkan, dengan system lain, pilihannya
system sosialis komunis dan sistem Islam (khilafah). Cobalah berpikir mendalam apakah
benar demokrasi sesuai tuntunan Nabi, benarkah khilafah adalah warisan Nabi,
benarkah Allah ridha dengan diabaikannya syariatNya atau kah Allah ridha jika
syariatNya diambil untuk mengatur kehidupan.
Ayolah, coba mengkaji tentang system Khilafah Islam,
bandingkan dengan system lain yang ada di muka bumi ini. Jangan terburu-buru
menolak khilafah. Hayati dan renungi, nanti akan menuju titik kesadaran, memang
system saat ini layak diganti dengan yang lebih baik, yang sahih dari al
Khalik, yaitu system Islam.
Saat ini kita perlu pembanding, jangan terus bertahan dengan
asumsi pribadi bahwa system yang kita pakai saat ini sudah yang terbaik, jangan
bertahan keras kepala menunggu semua hancur, cukuplah sudah kerusakan yang saat
ini terlihat, jangan menunggu kita jadi korban, benar-benar merasakan hidup
yang sempit baru kita menyadari, cukuplah dengan peringatan Allah di dalam
Alquran, cukuplah peringatan hanya ditimpakan pada sebagian kaum.
Khilafah itu menjadi system yang diterapkan para sahabat,
generasi terbaik umat Islam, khilafah pernah menaungi dua pertiga dunia.
Khilafah pernah mengantarkan umat Islam pada abad kejayaan. Ayolah belajar
baiknya khilafah, jangan hanya terjebak pemikiran negatif khilafah itu identic
dengan pemerintahan yang berdarah-darah. Dengan belajar tentang khilafah, insya
Allah kita akan punya pembanding, ada yang lain yang lebih baik, ada yang lain
yang selayaknya diambil, sitem yang akan menyelamatkan manusia di dunia dan
akhirat.
No comments:
Post a Comment