Saturday 10 March 2018

Jangan Tertipu Wajah Lugu


Jalan raya sepanjang Ngadiluwih Kediri menuju Tulungagung, sepanjang  pinggir jalan sejauh mata memandang. Banyak menjumpai baner dan baliho, semuanya menyajikan wajah manusia-manusia dengan senyum manis. Yang laki-laki terlihat berwibawa nan rupawan, yang wanita tampak cantik penuh kasih sayang.

Dan banyak dari mereka yang gambarnya terpajang adalah para mantan pejabat, pejabat aktif, tokoh parpol, hingga pamong pemerintahan. Dan sepertinya menuju 2019 baliho seperti ini akan semakin banyak kita jumpai.

Ah..jangan terlalu polos berpikir, apa yang tampak belum tentu menjamin sikap mereka ketika menjadi pejabat, tidak ada jaminan mereka amanah ketika mendapatkan kepercayaan, dan menurut kenyataan seringkali apa yang terjadi tak sesuai janji. Seringkali ketika berhasil menjabat mereka menggunakan jurus 212,  2  tahun pertama untuk memuaskan pemilih dan pemodal, 1 tahun berikutnya pasang strategi menguntungkan diri sendiri, 2 tahun terakhir sedikit berkamuflase menjadi Nampak baik tebar pesona persiapan tahun pemilihan berikutnya. Jangan tertipu dengan wajah luga yang bertebaran di banyak baliho. Jika incumbent ingatlah kebijakan mereka selama menjabat, jika pendatang baru carilah rekam jejaknya, jangan tertipu dengan kebaikan mendadak yang sesaat. Namun setelahnya tak ingat.

Sudahlah, jangan tertipu dengan pesta demokrasi dan system demokrasi. Tak aka nada perubahan jika masih berharap pada demokrasi. Demokrasi cacat sejak lahir, buatan manusia yang lemah. Mengabaikan nilai mulia manusia. Hanya berbekal suara seolah menjadi legalitas untuk berbuat sesuka hati, katanya rakyat sudah merestui. Suara pelacur sebanding dengan suara seorang ustadz. Tak ada bedanya ketika masuk kotak suara.

Sudahlah, jangan tertipu demokrasi atas nama rakyat hanya menguntungkan para konglomerat, karena begitulah sifat demokrasi di bawah ketiak kapitalisme, hanya memihak pada para pemilik modal.

Negeri ini sudah berkali berganti pemimpin, mulai dari teknokrat, militer, ilmuwan, kyai, pengusaha. Pria , dan wanita pun juga pernah. Namun semakin ke sini kondisi negeri ini tidak menjadi lebih baik. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Kriminalitas semakin mengerikan, kehidupan semakin sempit, manusia-manusia egois, individualistis dan matrealistis semakin menjamur. Manusia tidak menjadi semakin mulia, manusia malah semakin mirip dengan hewan. Manusia yang ingat akhirat semakin langka.

System yang ada telah menjauhkan manusia dari fitrahnya, sebagai hamba yang seharusnya mendedikasikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah hanya menjadi manusia yang berlomba mengejar dunia semata. Manusia beragama yang mengabaikan aturan agama. Atas nama consensus para pendahulu syariah dan khilafah tidak diberi tempat, atas nama harga mati para pengemban dakwah dikriminalkan.

Bukan system yang seperti saat ini yang diteladankan Nabi. Bukan seperti ini yang para sahabat Nabi jalani. Semua tunduk pada syariah. Semua taat tanpa banyak tingkah. Semua mendengar tanpa banyak membantah. Karena semua sadar berposisi sebagai manusia lemah. Bukan manusia sombong yang hanya menuruti hawa nafsu.

Maka tak seharusnya jalan perubahan ditempuh dengan demokrasi, perubahan nyata yang mengeluarkan manusia dari kegelapan, dari jaman jahiliyah menuju jaman penuh cahaya nan mulia hanya akan terwujud dengan menerapkan Islam kaffah dalam semua aspek kehidupan.
Terapkan syariah, tegakkan khilafah, hidup akan jadi berkah


Pare, 10 Maret 2018

No comments:

Post a Comment