Monday 4 June 2018

Ramadhan Tanpa Pak Syarif : Mengurusi Anak Yatim


Pak Syarif, salah satu teman guru di sekolah. Berpuluh tahun mengabdi dengan tulus, pekerja keras, ulet, telaten membimbing murid dan akhirnya Allah berkendak, beliau diberi kesempatan untuk istirahat lebih dahulu.

27 April 2018, meninggal dunia, semoga husnul khatimah. Aamiin

Kematian yang selalu membuat kaget, jam 8 kurang masih sempat ngobrol di masjid, jam 8 lebih masih sempat mengobrol di ruang guru. Karena ada perlu masing-masing kami sudah tak bertemu lagi, Pak Syarif keluar sekolah menuju lapangan tempat latihan drumband, saya juga keluar sekolah.

Jam 10.30a an menerima kabar Pak Syarif tidak sadar dan beberapa saat kemudian kabar sudah berganti. Inna lillahi wainna ilaihi rajiun, hanya itu yang bisa terucap.

Pak Syarif itu saingan saya untuk masalah makanan, makanan apa saja yang ada di ruang guru tersangka utama yang menghabiskan ya saya dan beliau. Kami punya prinsip yang sama terkait makanan, selama halal dan thayyib, sikat saja :)

Dan di bulan Ramadan ada amanah khusus yang diamanahkan ke Pak Syarif, mengumpulkan data anak yatim dan fakir miskin, baik di sekolah maupun lingkungan masyarakat, karena di sabtu terakhir Ramadan menjadi agenda rutin di masjid Darul Falah memberi santunan. Dan saya juga sering meminta data siswa yang dapat santunan, karena juga kebetulan dititipi beberapa donatur anak yatim. Jadi, tahun ini anak-anak Pak Syarif juga masuk data tersebut. Insya Allah akan ada banyak orang yang akan memperhatikan anak-anak beliau, mengingat beliau selama ini sangat peduli dengan anak yatim, maka tidak heran jika anak-anak beliau akan memanen kebaikan ayahnya.

Dan tentang anak yatim, ada satu hadits yang akan sangat membuat kita menyayangkan untuk melewatkan, hadits ini masuk pelajaran Quran Hadits kelas 5.

Aku dan orang yang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini, kemudian beliau mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau serta agak merenggangkan keduanya (HR. Bukhari).

Ketika menjelaskan hadits ini saya selalu meminta anak-anak untuk melihat tangan masing-masing, meminta mereka untuk merenggangkan jari telunjuk dan tengah sejauhnya, jika perlu pakai bantuan tangan satunya untuk merenggangkan, dan sekuat apapun usahanya, jari telunjuk dan tengah tetap akan berdekatan.

Ya, orang-orang yang menanggung anak yatim pasti masuk surga, dan kedudukannya sangat dakat dengan Rasulullah saw

Dalam Islam, ada mekanisme khusus terkait anak yatim. Negara memastikan para wali untuk mengurus anak yatim, jika tidak ada wali maka kerabat, jika tidak ada kerabat maka tetangga di sekitar, jika tetap belum tercukupi maka ditanggung baitul mal Negara. Negara juga akan memberikan kepastian hukum kepada anak yatim bahwa   mereka akan benar-benar diurus. Bahkan bisa jadi akan memberikan sanksi tegas bagi orang-orang yang dengan terang-terangan terkategori memakan harta anak yatim. Negara sangat peduli dengan anak yatim karena ini adalah bagian dari pengurusan urusan rakyat. Dan ini adalah prinsip pengurusan umat dalam system khilafah islam. Dimana aqidah dan syariah Islam menjadi pijakan.

Tidak seperti saat ini, di saat kapitalisme mencengkram negeri ini, sekularisme menjadi pijakan, ketidaktahuan umat terhadap syariat semakin menjadi.

Ketika ada seorang bapak meninggal, tak jarang beban nafkah beralih kepada sang ibu, ibu harus membanting tulang untuk menghidupi anak-anaknya, padahal ketika seorang wanita tidak bersuami maka perwalian dan nafkah akan kembali kepada garis wali wanita tersebut. Dan anak-anaknya menjadi tanggungjawab wali dari pihak ayah mereka. Namun saat ini ada banyak kesalahan pemahaman, seolah ketika sudah berkeluarga namun menjanda harus menggung kebutuhan keluarga.  Jadilah beban ibu berlipat ganda, menghidupi diri sendiri dan anak-anaknya, dan jahatnya lagi tak jarang yang merampas hak anak yatim, maunya mengambil warisan yang ditinggalkan namun lepas tangan menanggung kebutuhan anak yatim.  Atau terkadang ada yang mencari sumbangan mengatasnamakan kepentingan anak yatim, namun nyatanya untuk kepentingan diri-sendiri

Mengurusi anak yatim memang bisa dilakukan secara individu, namun terciptanya lingkungan yang kondusif itu memerlukan sistem, tentu yang dibutuhkan adalah sistem Islam, bukan demokrasi kapitalis  secular seperti saat ini. Pengurusan anak yatim akan lebih optimal ketika ada kesadaran individu, kepedulian masyarakat dan Negara. Pemeliharaan anak yatim oleh Negara akan nyata ketika ada dalam sistem Islam, bukan sebatas jargon yang menghiasi UUD dan nyatanya jauh api dari panggang. Negara berlepas tangan, karena mengurusi anak yatim dalam sistem kapitalisme tidak ada untungnya.

Maka jika kita masih mengabaikan anak-anak yatim, betapa sombongnya kita, tidak mau bersanding bersama Rasulullah di surga. Jika Negara masih saja tak peduli dengan anak yatim maka betapa ruginya, karena penguasa telah dzalim, dan penguasa yang dzalim tidak akan menikmati surga. Naudzubillah

Mari berlomba dalam kebaikan, salah satunya dalam mengurusi anak yatim dan mari berjuang untuk mewujudkan sistem mulia, khilafah. Tidak hanya permasalahan anak yatim saja yang terselesaikan, tetapi semua masalah akan menjadi berkah ketika diselesaikan sesuai syariah.


Pare, 4 Juni 2018



No comments:

Post a Comment