Sumber gambar : republika.co.id
Menulis ini karena menyadiri
bahwa diri ini semakin tua jika dibandingkan dengan yang lebih muda namun belum
setua yang faktanya sudah banyak makan asam garam kehidupan, yaitu para orang
tua kita.
Mengingatkan diri sendiri dan
memberi nasihat untuk yang lebih muda agar tidak mengulangi kesalahan yang
telah terjadi.
Secara alami dan sewajarnya
semakin bertambahnya umur maka semakin bertambah pula pengalaman hidup,maka
seharusnya semakin bijak menyikapi hidup, semakin mantab dengan visi hidup termasuk
pula hidup di akhirak kelak. Namun tentu tak menunggu tua dahulu untuk menjadi bijak, insya Allah dengan
semakin terikat pada syariat Allah dan Rasulullah, siapapun kita akan menjadi
bijak. Maka kemauan untuk mencari bekal ilmu dalam setiap amal mutlak
diperlukan, insya Allah dengan ilmu kita akan semakin bijak dalam bersikap. Tidak
mudah menuruti hawa nafsu, tidak mudah menyalahkan orang yang berbeda dengan
kita, menghormati siapapun sesuai dengan kadarnya.
Tentang orang tua, siapapun
mereka, sebaik atau seburuk apapun yang telah mereka berikan kepada kita, tetap
ada kewajiban untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, tetap ada kewajiban
untuk menghormati mereka sesuai dengan syariat.
Maka memberikan yang terbaik
untuk para orang tua, sekuat tenaga menghormati mereka, atau dalam istilah Jawa
“Nguwongke” jangan sekalipun merendahkan dan meremehkan mereka. Bagaimanapun kita
ada karena mereka, dan tidak ada yang muda dan anak-anak tanpa ada pembanding,
yaitu adanya yang lebih tua.
Sebaik dan seburuk apapun orang
tua yang melahirkan kita dan orang tua di sekitar kita, pasti ada hikmah dan
pelajaran kehidupan yang bisa kita ambil. Jika kebaikan yang telah diberikan
untuk kita maka akan kita amalkan, teladani, diteruskan dan diperbaiki. Kita bersyukur
jika memiliki orang tua yang telah mengajarkan kebaikan dalam kehidupan.
Namun terkadang ada di antara
kita yang lahir dari orang tua kurang peduli dengan kebaikan, atau kita berada
pada lingkungan orang tua yang tak memberi ajaran kebaikan dalam kehidupan. Dan
ketika kita menyadari sungguh kenapa mereka yang wajib mendidik dan mengajari
kita dengan kebaikan malah sebaliknya, tak sepatutnya kita menyalahkan mereka,
karena bias jadi itu juga bukan kemauan mereka, bisa jadi karena orang tua
terdahulu juga tidak peduli dengan kebaikan dan begitulah seterusnya.
Terkadang masih sedih dengan
para orang tua yang masih belum bisa membaca Alquran padahal mereka muslim
sejak kecil, sedih dengan para orang tua yang santai dengan keburukan, dan
bahkan ada para orang tua yang menghalangi upaya penerapan Islam kaffah.
Tapi sekarang bukan saatnya
menyalahkan mereka, namun yang bisa kita lakukan adalah setidaknya tidak
mengulangi kesalahan dan keburukan yang telah terjadi. Berusaha memperbaiki
diri dan meneruskan kebaikan kepada generasi selanjutnya.
Dan yang tak kalah pentingnya
adalah mengajak orang tua kita untuk berlomba dalam kebaikan, berlomba untuk
taat kepada Allah SWT. Untuk hal ini tentu ada cara yang tidak sama dengan
mengajak orang yang lebih muda, ada adab yang perlu diperhatikan. Tetap “nguwongke”,
tidak menggurui, namun tetap berusaha mengajak kepada kebaikan. Memilih bahasa
yang tidak menyakitkan, memberi contoh yang tidak menyuruh, mengajak yang tidak
memerintah. Insya Allah semua ini bisa kita kerjakan, dengan proses dan dengan
terus perbaikan.
Terimakasih untuk yang telah
mengajarkan saya untuk selalu membereskan perlengkapan dapur, membersihkan panci
dan wajan agar tidak membuat kotor orang yang tersenggol, agar yang menggunakan
setelahnya tidak kesulitan. Ini hal sepele namun pelajaran berharga bagi saya,
ketika ada yang mengingatkan hal ini.
Terimakasih untuk yang selalu
mengingatkan untuk meminta ijin atau setidaknya memberitahu ketika akan ada kegiatan
meski tidak melibatkan para orang tua.
Terimakasih untuk yang selalu
menasehati agar selalu mendahulukan orang yang lebih tua, menghormatinya,
mendahulukan urusan mereka.
Terimakasih untuk yang selalu
mengingatkan agar sabar dalam kehidupan, bijak menyikapi permasalahan.
Dan terimkasih untuk semuanya,
kebaikan dan keburukan yang telah ditimpakan pasti ada hikmahnya.
Terimalah permintaan maaf dari
hamba yang lemah ini, yang belum mampu memberikan lisan yang menyejukkan dan
tulisan yang berisi hikmah dalam kehidupan.
Mohon maaf yang sebesarnya jika
masih banyak kesalahan dan adab yang terabaikan, yang menyakitkan, yang membuat
ketidaknyamanan. Semoga terus bisa memperbaiki diri, agar ketika menjadi tua
bisa memberikan yang terbaik untuk yang muda, menyayangi yang muda dan
menghormati yang tua. Aamiin.
Kembali membaca, belajar dan mengaji
: Adab Kepada Orang Yang Lebih Tua
Pare, 16 Juni 2018
No comments:
Post a Comment