Saturday 16 June 2018

Menjadi Tua Itu Pasti, Menjadi Bijak Itu Perlu Melatih Diri

Sumber gambar : republika.co.id

Menulis ini karena menyadiri bahwa diri ini semakin tua jika dibandingkan dengan yang lebih muda namun belum setua yang faktanya sudah banyak makan asam garam kehidupan, yaitu para orang tua kita.

Mengingatkan diri sendiri dan memberi nasihat untuk yang lebih muda agar tidak mengulangi kesalahan yang telah terjadi.

Secara alami dan sewajarnya semakin bertambahnya umur maka semakin bertambah pula pengalaman hidup,maka seharusnya semakin bijak menyikapi hidup, semakin mantab dengan visi hidup termasuk pula hidup di akhirak kelak. Namun tentu tak menunggu tua dahulu  untuk menjadi bijak, insya Allah dengan semakin terikat pada syariat Allah dan Rasulullah, siapapun kita akan menjadi bijak. Maka kemauan untuk mencari bekal ilmu dalam setiap amal mutlak diperlukan, insya Allah dengan ilmu kita akan semakin bijak dalam bersikap. Tidak mudah menuruti hawa nafsu, tidak mudah menyalahkan orang yang berbeda dengan kita, menghormati siapapun sesuai dengan kadarnya.

Tentang orang tua, siapapun mereka, sebaik atau seburuk apapun yang telah mereka berikan kepada kita, tetap ada kewajiban untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, tetap ada kewajiban untuk menghormati mereka sesuai dengan syariat.

Maka memberikan yang terbaik untuk para orang tua, sekuat tenaga menghormati mereka, atau dalam istilah Jawa “Nguwongke” jangan sekalipun merendahkan dan meremehkan mereka. Bagaimanapun kita ada karena mereka, dan tidak ada yang muda dan anak-anak tanpa ada pembanding, yaitu adanya yang lebih tua.

Sebaik dan seburuk apapun orang tua yang melahirkan kita dan orang tua di sekitar kita, pasti ada hikmah dan pelajaran kehidupan yang bisa kita ambil. Jika kebaikan yang telah diberikan untuk kita maka akan kita amalkan, teladani, diteruskan dan diperbaiki. Kita bersyukur jika memiliki orang tua yang telah mengajarkan kebaikan dalam kehidupan.

Namun terkadang ada di antara kita yang lahir dari orang tua kurang peduli dengan kebaikan, atau kita berada pada lingkungan orang tua yang tak memberi ajaran kebaikan dalam kehidupan. Dan ketika kita menyadari sungguh kenapa mereka yang wajib mendidik dan mengajari kita dengan kebaikan malah sebaliknya, tak sepatutnya kita menyalahkan mereka, karena bias jadi itu juga bukan kemauan mereka, bisa jadi karena orang tua terdahulu juga tidak peduli dengan kebaikan dan begitulah seterusnya.

Terkadang masih sedih dengan para orang tua yang masih belum bisa membaca Alquran padahal mereka muslim sejak kecil, sedih dengan para orang tua yang santai dengan keburukan, dan bahkan ada para orang tua yang menghalangi upaya penerapan Islam kaffah.

Tapi sekarang bukan saatnya menyalahkan mereka, namun yang bisa kita lakukan adalah setidaknya tidak mengulangi kesalahan dan keburukan yang telah terjadi. Berusaha memperbaiki diri dan meneruskan kebaikan kepada generasi selanjutnya.

Dan yang tak kalah pentingnya adalah mengajak orang tua kita untuk berlomba dalam kebaikan, berlomba untuk taat kepada Allah SWT. Untuk hal ini tentu ada cara yang tidak sama dengan mengajak orang yang lebih muda, ada adab yang perlu diperhatikan. Tetap “nguwongke”, tidak menggurui, namun tetap berusaha mengajak kepada kebaikan. Memilih bahasa yang tidak menyakitkan, memberi contoh yang  tidak menyuruh, mengajak yang tidak memerintah. Insya Allah semua ini bisa kita kerjakan, dengan proses dan dengan terus perbaikan.

Terimakasih untuk yang telah mengajarkan saya untuk selalu membereskan perlengkapan dapur, membersihkan panci dan wajan agar tidak membuat kotor orang yang tersenggol, agar yang menggunakan setelahnya tidak kesulitan. Ini hal sepele namun pelajaran berharga bagi saya, ketika ada yang mengingatkan hal ini.

Terimakasih untuk yang selalu mengingatkan untuk meminta ijin atau setidaknya memberitahu ketika akan ada kegiatan meski tidak melibatkan para orang tua.

Terimakasih untuk yang selalu menasehati agar selalu mendahulukan orang yang lebih tua, menghormatinya, mendahulukan urusan mereka.

Terimakasih untuk yang selalu mengingatkan agar sabar dalam kehidupan, bijak menyikapi permasalahan.
Dan terimkasih untuk semuanya, kebaikan dan keburukan yang telah ditimpakan pasti ada hikmahnya.

Terimalah permintaan maaf dari hamba yang lemah ini, yang belum mampu memberikan lisan yang menyejukkan dan tulisan yang berisi hikmah dalam kehidupan.

Mohon maaf yang sebesarnya jika masih banyak kesalahan dan adab yang terabaikan, yang menyakitkan, yang membuat ketidaknyamanan. Semoga terus bisa memperbaiki diri, agar ketika menjadi tua bisa memberikan yang terbaik untuk yang muda, menyayangi yang muda dan menghormati yang tua. Aamiin.

Kembali membaca, belajar dan mengaji : Adab Kepada Orang Yang Lebih Tua



Pare, 16 Juni 2018

No comments:

Post a Comment