Saturday 30 June 2018

Cantiknya Palsu Menipu

               Bunga asli SLG arah Gurah

Menyusuri sebuah jalan di Wonosari Pagu, dari kejauhan nampak bunga berwarna-warni, sedikit teringat bunga warna-warni di luar negeri yang hanya mekar di musim semi seperri yang ada di tivi, sudah berniat berhenti, melihat dan ambil gambar. Warnanya memang mempesona.Cantik sekali. Sengaja mengurangi kecepatan, semakin mendekat baru jelas, ah ternyata bunga imitasi. Bukan asli alami. Ya sudah tak jadi berhenti. Sedikit kecewa.Ini hanya masalah bunga palsu.

Pernah juga ditanya sama murid : " Bu..bu..mbak itu bulu matanya palsu ya? Tapi cantik ya!"
Saya yang awalnya tidak terlalu memperhatikan berusaha mencuri pandang, masak palsu sih. Dan ternyata benar, tak hanya bulu matanya, alisnya pun palsu.
Entah berapa banyak lagi hal-hal palsu yang terlihat cantik namun hakikatnya seringkali menipu. Yang ini dipikir woles saja ya sist, PeDe lah dengan anugrah Allah. Tak perlu menipu untuk tampil cantik, selama menjadi perempuan dijamin cantiknya. Ga perlu over acting make up sana-sini. Cantiknya cukup disimpan untuk orang yang halal menikmati, dan tak perlu pusing dengan aksesoris imitasi.

Pilkada Jatim hasil hitung cepat, paslon yang diharapkan oleh parpol yang punya angan ganti2019, ee..ternyata sejak dini menyatakan siap menjadi timses 2 periode. Maka gigit jarilah para pemilih yang berharap sang calon yang memang asli cantik merealisasikan keinginan mereka untuk ganti2019. Cantik tapi ternyata tak sesuai aspirasi hati nurani.

Dan 1 Juli nanti pemerintah akan meluncurkan gas elpiji non subsidi. Dan seperti biasa, perkataan manis menghiasi mulut mereka. Yang untuk orang mampu lah, subsidinya dialihkan ke pembangunan, dan lain sebagainya. Yang ujung-ujungnya elpiji subsidi semakin langka akhirnya semua pakai elpiji nonsubsidi. Begitulah yang terjadi dengan minyak tanah, premium dan pertamax. Selalu saja seperti itu, padahal akar masalahnya karena negeri ini salah kelola. Kebijakannya berpijak pada ekonomi kapitalisme, menghilangkan peran negara, negara melepaskan diri dari tanggung jawab mengurusi urusan umat secara langsung. Peran swasta mendominasi. Sangat jauh dengan janji manis nan cantik yang terucap saat kampanye. Bukan rakyat yang dibuat bahagia namun para pemilik modal yang dibuat semakin kaya.

Begitulah tabiatnya kapitalisme, seringkali nampak cantik padahal palsu dan jelek realitasnya. Pembangunan infrastruktur dimana-mana, memakai modal utang, ketika jadi pengelolaan dijual ke swasta. Ketika swasta meraup keuntungan baru dikembalikan kepada negara, tidak amanahnya aparat membuat kerugian semakin menganga, tak ambil pusing dinaikkan lah pajak untuk mengejar pemasukan. Sudahlah rakyat bayar menikmati infrastruktur dipalak lagi untuk menggenjot pemasukan demi menutup utang setinggi langit. Ini yang utang siapa, yang menikmati siapa, yang bayar ujung-ujungnya rakyat.

Seperti biasa pula, ketika ada protes sana-sini, digelontorkanlah bansos, balsem, dan kartu sakti untuk mencairkan bantuan bagi segelintir orang miskin, dianggaplah pemerintah baik hati karena masih memikirkan rakyatnya yang miskin. Padahal nyatanya yang miskin semkain bertambah dan bansos ini hanya ibarat permen yang diberikan kepada anak kecil yag menangis karena lapar, diam sesaat tapi tidak kenyang, setelahnya menangis lagi karena masih lapar. Trik seperti ini dimainkan dengan cantiknya, juga untuk kasus lain. IMF kasih utang 1 triliun tapi proyek yang dilepas ke asing (perusahaan negara donatur )100 triliun. Asing investasi 1 triliun tetapi mengambil aset bernilai 100 triliun. Rakyat miskin dibungkam dengan 300 ribu padahal kebutuhan hidup melambung 3 juta. Mburu uceng kelangan deleg, lengah dengan sedikit materi padahal merugi banyak sekali.

Pun dengan demokrasi, dari oleh untuk rakyat hanya kamuflase menipu, sejatinya hanya memanfaatkan suara rakyat untuk melegalkan kedzaliman penguasa yang ditopang pemilik modal. Hanya tipuan untuk membuang aturan Allah atas nama suara rakyat. Demokrasi selalu mengkampanyekan kecantikan palsunya, menghipnotis rakyat agar terbuai dengan rayuannya, mengajak larut dalam euforia pesta demokrasi dengan janji akan terpilih pemimpin yang akan . mengerti kemauan rakyat karena mereka adalah representative suara rakyat, padahal sejatinya mereka hanya memanipulasi saja, tak ada fakta kesejahteraan hakiki, sejahtera untuk selanjutnya fokus pada beribadah pada Allah SWT. Yang ada hanya berlomba mengejar materi lalai dengan akhirat.

Permasalahan negeri ini sistemik, tidak akan tuntas jika hanya sekadar ganti pemimpin. Harus ada komitmen dan pemimpin yang amanah dan takwa juga perubahan sitemik. Dari penerapan sisem kapitalisme menjadi penerapan sistem Islam, kenapa harus sistem Islam? Karena Islam rahmatan lil alamin. Karena Islam terbukti pernah memimpin peradaban.

Dan ada lagi yang saat ini dikampanyekan seolah menjadi pemikiran cantik indah nan menawan, Islam Moderat, kerennya Islam Wasathiyah. Islam yang tengah-tengah, damai, toleran, menganggap perbedaan itu tak perlu ada. Islam Wasathiyah ini sejatinya membendung seruan Islam kaffah. Akal-akalan barat untuk menghalangi kebangkitan khilafah. Sengaja membenturkan kelompok umat Islam dengan pengkotakan sesuai keinginan mereka. Tentang Islam Wasathiyah perlu ulasan lebih mendalam, tapi intinya sama, ide ini racun yang dinampakkan keindahannya padahal palsu. Cantiknya palsu menipu. Waspadalah!

Pare, 30 Juni 2018

No comments:

Post a Comment