Thursday 23 November 2017

Nur Aini


Nur Aini, bukan nama yang asing, coba ketik di pencarian medsos, akan muncul banyak sekali nama Nur Aini. Berarti Nur Aini adalah nama yang istimewa, buktinya banyak yang memakainya. Tapi tidak hendak narsis dengan nama sendiri sih. Selama tidak bermakna keburukan insya Allah siapapun namnya tidak masalah.
Sepanjang pengetahuan yang jelas terbatas, untuk nama tempat Nur Aini di Pare adalah nama sebuah RSIA, ada pengalaman dengan nama ini. Saat itu telp ke seseorang, eee dikira saya dari RSIA, dan yang terima telp agak kurang focus ngeyel menyimpulkan saya dari RSIA, hingga berulang mengatakan “ Saya Nur Aini, Bu. Itu nama saya, bukan dari RS Nur Aini”. Barulah penerima telp nyambung.

Nur dipake nama Masjid Agung di Pare, An Nuur. Pernah baca di sebuah tempat perhiasan, Nur juga dipake memberi nama toko emas, mungkin diasumsikan perhiasan yang dijual cahayanya berkilau.

Sedangkan Aini lebih banyak menjumpai digunakan menamai optic. Diantaranya di Bangil,  terakhir ambil foto 2015 di pertokoan sekitar Swadesi Alun-alun ada Aini Optik. Dahulu jika keluar dari Pondok Gontor Putri 1 Mantingan arah Jatim ada nama toko Aini tapi lupa toko apa.  

Jadi nama Nur Aini, Nur atau Aini lebih banyak digunakan untuk tempat-tempat yang insya Allah untuk kebaikan. Karena secara umum Nur Aini bermakna cahaya mata. Untuk panggilan bisa dipanggil lengkap atau satu suku kata saja tidak masalah, bahkan ada yang pernah memanggil “ Nung” tidak masalah juga.

Dan yang lagi lumayan jadi perhatian akhir-akhir ini adalah keputusan salah satu artis yang memutuskan untuk melepas kerudung (kerudung ya, bahasa Arabnya Khimar,bahasa Inggrisnya veil, bukan JILBAB, jilbab artinya sudah beda), kasus yang juga berbuntut pada protesnya orang-orang minim berilmu ketika salah seorang Ustadz dengan santainya memanggil artis tersebut dengan orang yang berhidung pesek. Sebutan pesek dianggap tidak sopan dan tidak layak diucapkan seorang ustadz. Padahal sebelumnya pesek menjadi ikon artis tersebut, malah dianggap mempunyai nilai jual, sebelumnya tidak masalah malah terkesan bangga jika diejek punya hidung pesek. Memang berurusan dengan orang kurang ilmu apalagi disertai dengan kesombongan harus ekstra sabar, tak perlu emosi. Ngomong dengan orang edan ga perlu melu edan.

Terkait nama, saya jadi buka-buka lagi materi dasar Bahasa Arab, salah satu isim makrifat adalah isim ‘alam, yang masuk isim alam diantaranya nama orang, negeri, tempat dsb’ nama orang terbagi lagi menjadi nama asli, gelar dan julukan.
Nama asli misalnya : Muhammad, Ali, Umar dll
Nama gelar (kunyah) misalnya :  Ibnu Jarir (anaknya Jarir), Ummu Kultsum (ibunya Kultsum) dll
Nama julukan (laqab) berupa gelar baik atau buruk berdasarkan sesuatu yang dimiliki misalnya : Harun ar Rasyid, Musailamah al Kadzab dll
Jadi mau pakai nama asli, kunyah atau laqab silakan saja.

Terkait dengan memanggil nama, juga ada adabnya. Diantaranya adalah : tidak mengandung ejekan, tidak mencela, mengandung umpatan, mengolok-olok.

Jika jika sebelumnya seseorang bangga dipanggil dengan nama yang memang menjadi karakternya dan tidak mempermasalahkan, boleh dipakai. Selama tidak ada indikasi keburukan di hadapan Allah. Namun tetap lebih baik lagi jika memanggil nama sekalian berdoa, atau mewujudkan rasa sayang karena Allah. Misalnya panggilan Rasulullah kepada istri-istrinya yang selalu ada maknanya. Wallahu a’lam

Semoga kita tidak mudah terpengaruh dengan keburukan, semoga selalu berusaha mencari ilmu sebelum berbuat. Amiin.



No comments:

Post a Comment