Sekali lagi tentang cinta
Soalnya sedang jatuh cinta, untuk
sebulan ini bahasannya cinta terus. Bukan sembarang cinta. Cinta terindah dan
tertinggi.
Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah Bab 3 : Cinta kepada Allah
dan Rasul Nya.
Para sahabat saling berlomba untuk menjalankan kewajiban yang
diperintahkan Allah dan Rasulullah. Mereka
senantiasa berlomba untuk
mendapatkan kemuliaan ini karena ingin termasuk golongan orang-orang yang
dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Abu Thalhah, sedikitpun tak rela Rasulullah cedera
Ketika perang Uhud kaum Muslim berlarian meninggalkan Nabi saw. Abû
Thalhah sedang berada di depan Nabi saw., melindungi beliau dengan perisainya.
Abû Thalhah adalah seorang pemanah yang sangat cepat lemparannya. Pada saat itu
ia mampu menangkis dua atau tiga busur panah. Kemudian ada seorang lelaki yang
lewat. Ia membawa satu wadah anak panah kemudian berkata, “Aku akan menebarkannya untuk AbûThalhah”.
Kemudian Nabi saw. Berdiri tegak
melihat orang-orang. Maka
Abû Thalhah berkata,
“Ya Nabiyullah, demi bapak dan ibuku, engkau jangan berdiri tegak, nanti
panah orang-orang akan mengenaimu.
Biarkan aku yang berkorban jangan
engkau….” (Mutafaq ‘alaih)
Qais berkata: Aku melihat tangan Abû Thalhah menjadi lumpuh, karena
dengan tangannya itulah ia telah menjaga Nabi saw., pada saat perang Uhud. (HR. al-Bukhâri).
Ali bin Abi Thalib, tetap berangkat jihad meski sakit teramat
Dari Sahal bin Sa’ad ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda pada Khaibar:
Berkata kepadaku Qutaibah bin Sa’îd, berkata kepadaku Ya’kub bin
Abdurrahman dari Abû Hazim, ia berkata; Sahal bin Sa’ad ra. telah
memberitahukan kepadaku bahwa Rasulullah saw.bersabda pada perang Khaibar, “Aku
akan memberikan panji ini kepada seorang lelaki yang di atas tangannya Allah
akan memberikan kemenangan. Ia telah mencintai Allah dan Rasul-Nya,Allah dan Rasul-Nya
pun mencintainya.” Berkata Sahal Bin Sa’ad, “Maka orang-orang pun pergi untuk
tidur dan mereka bertanya-tanya di dalam hati mereka, siapakah di antara mereka
yang akan diberikan panji oleh Rasulullah saw.” Ketika tiba waktu subuh, maka
orangorang ramai menghadap Rasulullah saw. Semuanya berharap agar diberi panji
oleh Rasulullah saw. Maka Rasul bersabda, “Dimanakah Ali bin Abi Thalib?”
Dikatakan kepada Rasul, “Ia sedang sakit mata, Ya Rasulullah!” Kemudian orang-orang pun mengutus seorang sahabat
untuk membawa Ali bin Abi Thalib ke hadapan Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw.
meludahi kedua matanya dan berdoa untuknya, maka sembuhlah ia hingga
seolah-olah ia belum pernah sakit sebelumnya. Kemudian Rasul memberikan panji
itu kepada Ali bin Abi Thalib. Lalu Ali berkata, “Ya Rasulallah!, aku akan
memerangi mereka sampai mereka bisa seperti kita (memeluk Islam).” Kemudian
Rasulullah saw. bersabda,
“Berangkatlah perlahan-lahan hingga engkau
berada di halaman
mereka, kemudian ajaklah mereka kepada
Islam dan kabarkan kepada mereka hak Allah yang
merupakan kewajiban mereka. Maka demi Allah, sungguh jika Allah memberikan
petunjuk kepada seorang manusia karena engkau, hal itu lebih baik bagi engkau
daripada unta merah.” (Mutafaq ‘alaih)
Dua orang dari kalangan Anshar, padahal bukan orang-orang yang awal
masuk Islam, namun kecintaan kepada Allah dan RasulNya sangat besar
Sesungguhnya Rasulullah saw. pada saat perang Uhud telah terpojok sendirian bersama tujuh orang
Anshar dan dua orangQuraisy (Muhajirin). Ketika musuh (kaum Musyrik) telah
merangsek mendekati beliau, beliau bersabda, “Siapa yang bisa menolak mereka
dari kita, maka ia akan masuk surga atau menjadi temanku di surga.” Maka majulah
seorang laki-laki dari kaum Anshar lalu memerangi musuh hingga terbunuh.
Kemudian musuh kembali merangsek mendekat. Beliau bersabda, “Siapa yang bisa
menolak mereka dari kita, maka ia akan masuk surga atau menjadi temanku di
surga.”Maka majulah seorang laki-laki dari kaum Anshar, lalu memerangi musuh hingga ia terbunuh. Hal seperti itu
terjadi berulang-ulang hingga terbunuhlah tujuh orang Anshar. Rasulullah
bersabda kepada dua sahabatnya (dari Muhajirin),
“Kita tidak sebanding dengan para sahabat kita itu.” (HR. Muslim )
Begitulah para sahabat ketika mendapat tawaran peluang pahala, meski
resikonya kematian akan berlomba untuk menjadi yang terdepan. Bagi orang-orang
yang beriman, ketaatan adalah wujud cinta kepada Allah dan RasulNya. Taat tanpa
syarat. Kami mendengar, kami taat.
Bagaimana dengan kehidupan saat ini?
Berbicara tentang bagian dari ajaran Islam saja dikriminalkan
Bertakbir saja dituduh sebagai teroris
Menolak pemimmpin kafir dianggap intoleran
Berpegang teguh pada syariat dianggap makar
Demokrasi tidak mengijinkan seorang muslim untuk saat ini secara
menyeluruh menerapkan ajaran Islam. Kapitalisme dengan akidah sekularnya
membuat seorang muslim mengabaikan aturan Allah.
Maka untuk mengejar cinta membutuhkan system yang tepat, yaitu system Islam,sebagaimana
dahulu dicontohkan Rasulullah, sebagaimana dahulu diteruskan para sahabat yang
mulia. Khilafah.
Pare, 18 November 2017
No comments:
Post a Comment