Long time ago, jaman masih kuliah. Ada adik angkatan, sering
sharing dengannya, sering ngajak ke kajian, sering ngajak untuk ngaji Islam. Sharing
jalan, datang ke kajian kadang-kadang, diajak ngaji rutin masih memberikan
beribu alasan. Waktu pun berlalu jarang ketemu, hanya sekadar say hello, dan akhirnya hampir selesai sidang akhir, tak
sengaja ketemu di warung makan. Tanpa basa-basi adik angkatan yang sudah lama
tidak ngobrol to the poin : “ Mbak, ada waktu saya ingin ngobrol, saya ingin
ngaji?” Tentu dengan mantab dan senang hati saya jawab : “ Ada dek, longgar banget, ayo ngaji”. Tak peduli
meski TA masih perlu revisi, mendengar “Saya mau ngaji” rasanya sesuatu banget.
Lama menunggu akhirnya terwujud juga. Si adik ingin ngaji karena merasa
bersalah, belum bisa berbuat banyak untuk ayahnya yang baru saja meninggal,
katanya ingin jadi anak salehah. Mau nunggu mati?
Diberi no kontak seseorang, diminta untuk mengundang orang
tersebut kalo ada acara. Sms pertama kenalan, memberitahu kalo kapan-kapan mau
ngundang kajian. Alhamdulillah respon bagus, namun undangan pertama, kedua,
ketiga hingga entah berapa kali sudah mengundang, tak pernah bisa datang. Belum
jodoh, sejak awal hingga entah kapan pertama kenalan belum sempat ketemu. Namun
tetap selalu memberitahu ketika ada acara. Dan akhirnya, ketika terakhir
mengundang balasannya di luar kebiasaan : “ Insya Allah saya datang mbak,
kuliah sudah selesai jadi longgar”. Alhamdulillah tidak ada kata terlambat. Kapan
terus menyibukkan diri? Sampai kapan
terus menyempitkan diri?
Dalam forum belajar Alquran, rata-rata ibu-ibu paruh baya,
sering terucap : “ Maaf ya mbak ga lancar-lancar, maklum sudah tua lidahnya
kaku”. Hanya tersenyum dan memotivasi untuk terus istiqamah belajar, Alhamdulillah
masih semangat meski tak muda lagi. Yang muda, mau nunggu tua? Yang tua mau
nunggu tambah tua?
Seorang ibu datang terlambat dalam sebuah acara, berjalan
dengan tegak, namun pelan dan terlihat kaku. Ternyata sebelumnya habis
kecelakaan, jatuh dari motor. Leher cidera. Padahal beliau ijin tidak datang
pun tidak masalah, padahal tempat acara diganti di rumahnya pun juga tidak
masalah . Yang masih sehat kenapa masih saja banyak alas an? Yang sakit,mau
nunggu tambah parah?
Seorang ibu, dari segi ekonomi pas-pasan. “ Mbak saya nitip
uang ya, buat ibu yang kemarin suaminya kecelakaan”. Uang dimasukkan dalam
amplop, ternyata jumlahnya lumayan. Salut, meski lebih sering pas-pasan namun
masih ringan membantu yang kesusahan. Yang kaya, nunggu bangkrut? Yang pas-pasan
nunggu kaya melimpah? Yang miskin nunggu apa?
Untuk hal-hal yang memang bisa kita pilih, bisa diusahakan,
teruslah berusaha, selama itu demi kebaikan lakukan segera.
Ingat 5 perkara sebelum lima perkara :
Muda sebelum tua
Sehat sebelum sakit
Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati
Untuk hal-hal yang memang kita tak bisa memilih, terus
bersabar. Ikhlas dan ridla dengan ketentuan dari Allah, insya Allah itu yang
terbaik untuk kita.
No comments:
Post a Comment