Thursday 23 November 2017

5 Sebelum 5


Long time ago, jaman masih kuliah. Ada adik angkatan, sering sharing dengannya, sering ngajak ke kajian, sering ngajak untuk ngaji Islam. Sharing jalan, datang ke kajian kadang-kadang, diajak ngaji rutin masih memberikan beribu alasan. Waktu pun berlalu jarang ketemu, hanya sekadar say hello,  dan akhirnya hampir selesai sidang akhir, tak sengaja ketemu di warung makan. Tanpa basa-basi adik angkatan yang sudah lama tidak ngobrol to the poin : “ Mbak, ada waktu saya ingin ngobrol, saya ingin ngaji?” Tentu dengan mantab dan senang hati saya jawab : “ Ada  dek, longgar banget, ayo ngaji”. Tak peduli meski TA masih perlu revisi, mendengar “Saya mau ngaji” rasanya sesuatu banget. Lama menunggu akhirnya terwujud juga. Si adik ingin ngaji karena merasa bersalah, belum bisa berbuat banyak untuk ayahnya yang baru saja meninggal, katanya ingin jadi anak salehah. Mau nunggu mati?

Diberi no kontak seseorang, diminta untuk mengundang orang tersebut kalo ada acara. Sms pertama kenalan, memberitahu kalo kapan-kapan mau ngundang kajian. Alhamdulillah respon bagus, namun undangan pertama, kedua, ketiga hingga entah berapa kali sudah mengundang, tak pernah bisa datang. Belum jodoh, sejak awal hingga entah kapan pertama kenalan belum sempat ketemu. Namun tetap selalu memberitahu ketika ada acara. Dan akhirnya, ketika terakhir mengundang balasannya di luar kebiasaan : “ Insya Allah saya datang mbak, kuliah sudah selesai jadi longgar”. Alhamdulillah tidak ada kata terlambat. Kapan terus menyibukkan diri?  Sampai kapan terus menyempitkan diri?

Dalam forum belajar Alquran, rata-rata ibu-ibu paruh baya, sering terucap : “ Maaf ya mbak ga lancar-lancar, maklum sudah tua lidahnya kaku”. Hanya tersenyum dan memotivasi untuk terus istiqamah belajar, Alhamdulillah masih semangat meski tak muda lagi. Yang muda, mau nunggu tua? Yang tua mau nunggu tambah tua?

Seorang ibu datang terlambat dalam sebuah acara, berjalan dengan tegak, namun pelan dan terlihat kaku. Ternyata sebelumnya habis kecelakaan, jatuh dari motor. Leher cidera. Padahal beliau ijin tidak datang pun tidak masalah, padahal tempat acara diganti di rumahnya pun juga tidak masalah . Yang masih sehat kenapa masih saja banyak alas an? Yang sakit,mau nunggu tambah parah?

Seorang ibu, dari segi ekonomi pas-pasan. “ Mbak saya nitip uang ya, buat ibu yang kemarin suaminya kecelakaan”. Uang dimasukkan dalam amplop, ternyata jumlahnya lumayan. Salut, meski lebih sering pas-pasan namun masih ringan membantu yang kesusahan. Yang kaya, nunggu bangkrut? Yang pas-pasan nunggu kaya melimpah? Yang miskin nunggu apa?

Untuk hal-hal yang memang bisa kita pilih, bisa diusahakan, teruslah berusaha, selama itu demi kebaikan lakukan segera.
Ingat 5 perkara sebelum lima perkara :
Muda sebelum tua
Sehat sebelum sakit
Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati

Untuk hal-hal yang memang kita tak bisa memilih, terus bersabar. Ikhlas dan ridla dengan ketentuan dari Allah, insya Allah itu yang terbaik untuk kita.




No comments:

Post a Comment