Friday 17 November 2017

Cinta Itu Diperjuangkan


Masih tentang cinta. Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah Bab 3  : Cinta kepada Allah dan Rasul Nya.

Di kelas berapa pun ketika murid ditanya, mau masuk surga atau neraka, semua menjawab mau masuk surga. Siapa yang mau masuk surga, pasti semuanya berlomba  angkat tangan.

Surga, satu di antara dua pilihan di akhirat kelak. Sebagai tempat dalam kehidupan yang abadi, hanya ada dua pilihan, surga atau neraka. Tidak ada yang lainnya. Surga, keridhaan Allah, ampunanNya, pahala adalah wujud kecintaan Allah SWT kepada hambanya. Tentu kecintaan Allah hanya diberikan kepada orang-orang beriman yang mencintai Allah pula, orang-orang yang taat pada seluruh perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Kembali pada murid-murid saya, memang benar semua menginginkan surga tapi tidak jarang kelakuan mereka bagaikan api jauh dari panggang. Tapi sedikit bisa memaklumi, mereka masih kecil-kecil belum baligh. Akal mereka belum sempurna, jadi wajar saja.

Bagaimana dengan kita?
Ketika ditanya apakah cinta kepada Allah ? Apakah cinta kepada Rasulullah? Apakah mau masuk surga?
Insya Allah untuk yang masih terdapat setitik iman dalam hatinya pasti menjawab ya.

Namun jawaban di mulut saja tidak cukup. Untuk mendapatkan cinta, ampunan, keridhaan Allah, serta syafaat Rasulullah membutuhkan pengorbanan dan perjuangan.

Maka menyeleraskan perbuatan kita sesuai dengan aturan dari Allah dan Rasulullah adalah sebuah kewajiban. Karena kecintaan tertingga seorang hamba adalah ridha dan taat dengan ketentuan Allah dan RasulNya.

Salat, puasa, zakat, haji, menutup aurat, menjauhi riba, menjauhi kemaksiatan, mssuk Islam secara kaffah adalah sebagian contoh di antara kewajiban-kewajiban yang ada.

Menjalani semua bidang kehidupan sesuai syariat juga sebuah kewajiban. Sistem ekonomi, sistem pergaulan, pendidikan, hukum, pemerintahan dsb seharusnya diatur sesuai dengan syariat.

Itu semua dilakukan sebagai wujud kecintaan kepada Allah dan Rasulullah, jadi cinta bukanlah  sebatas ucapan  di mulut.

Dan saat ini, untuk taat kepada Allah dan RasulNya memang membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Di saat syariat dicampakkan oleh kapitalisme yang mengambil akidah sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan, mengabaikan aturan agama dalam kehidupan) senagai keyakinan dan pijakan, maka orang yang berpegang teguh pada ajaran Islam ibarat orang yang terasing. Oleh karena itu, kecintaan kita kepada Allah dan RasulNya harus direalisasikan dalam kehidupan. Yaitu dengan menerapkan aturan Allah dan RasulNya dalam kehidupan, semua dilakukan semata karena cinta kepada Allah dan RasulNya.

Katakanlah, “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteriisteri, kaum keluargamu,  harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah  dan  Rasul-Nya  dan  (dari)  berjihad  di  jalan-Nya,  maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.”Dan Allah tidak  memberi  petunjuk kepada  orang-orang  fasik.  (TQS.  atTaubah [9]: 24).

Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullahsaw. Tentang kiamat. Ia berkata, “Kapan terjadinya kiamat ya Rasulullah?” Rasul berkata, “Apa yang telah engkau siapkan untuknya?” Laki-laki itu berkata, “Aku tidak menyiapkan apa pun kecuali sesungguhnya aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Rasul saw. berkata, “Engkau bersama apa yang engkau cintai.” Anas berkata; Kamitidak pernah merasa bahagia dengan sesuatu pun yang membahagiakan kami seperti bahagianya kami dengan perkataan Nabi, “Engkau bersama apa  yang engkau  cinta”,  Anas  kemudian  berkata, “Maka aku mencintai Nabi, Abû Bakar, dan Umar. Dan aku berharap akan bersama  dengan  mereka  karena  kecintaanku  kepada  mereka meskipun  aku  belum  bisa beramal seperti  mereka.”  (Mutafaq ‘alaih)


Ada tiga perkara, siapa saja yang memilikinya ia telah menemukanmanisnya iman. Yaitu orang yang  mencintai Allah danRasul-Nya lebih dari yang lainnya; orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah; dan orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan  ke Neraka.  (Mutafaq ‘alaih)

No comments:

Post a Comment