Masih tentang cinta. Pilar-pilar
Pengokoh Nafsiyah Islamiyah Bab 3 :
Cinta kepada Allah dan Rasul Nya.
Di kelas berapa pun ketika murid
ditanya, mau masuk surga atau neraka, semua menjawab mau masuk surga. Siapa yang
mau masuk surga, pasti semuanya berlomba angkat tangan.
Surga, satu di antara dua pilihan
di akhirat kelak. Sebagai tempat dalam kehidupan yang abadi, hanya ada dua
pilihan, surga atau neraka. Tidak ada yang lainnya. Surga, keridhaan Allah,
ampunanNya, pahala adalah wujud kecintaan Allah SWT kepada hambanya. Tentu kecintaan
Allah hanya diberikan kepada orang-orang beriman yang mencintai Allah pula,
orang-orang yang taat pada seluruh perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Kembali pada murid-murid saya, memang
benar semua menginginkan surga tapi tidak jarang kelakuan mereka bagaikan api
jauh dari panggang. Tapi sedikit bisa memaklumi, mereka masih kecil-kecil belum
baligh. Akal mereka belum sempurna, jadi wajar saja.
Bagaimana dengan kita?
Ketika ditanya apakah cinta
kepada Allah ? Apakah cinta kepada Rasulullah? Apakah mau masuk surga?
Insya Allah untuk yang masih
terdapat setitik iman dalam hatinya pasti menjawab ya.
Namun jawaban di mulut saja tidak
cukup. Untuk mendapatkan cinta, ampunan, keridhaan Allah, serta syafaat
Rasulullah membutuhkan pengorbanan dan perjuangan.
Maka menyeleraskan perbuatan kita
sesuai dengan aturan dari Allah dan Rasulullah adalah sebuah kewajiban. Karena kecintaan
tertingga seorang hamba adalah ridha dan taat dengan ketentuan Allah dan
RasulNya.
Salat, puasa, zakat, haji,
menutup aurat, menjauhi riba, menjauhi kemaksiatan, mssuk Islam secara kaffah adalah
sebagian contoh di antara kewajiban-kewajiban yang ada.
Menjalani semua bidang kehidupan
sesuai syariat juga sebuah kewajiban. Sistem ekonomi, sistem pergaulan, pendidikan,
hukum, pemerintahan dsb seharusnya diatur sesuai dengan syariat.
Itu semua dilakukan sebagai wujud
kecintaan kepada Allah dan Rasulullah, jadi cinta bukanlah sebatas ucapan di mulut.
Dan saat ini, untuk taat kepada
Allah dan RasulNya memang membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Di saat
syariat dicampakkan oleh kapitalisme yang mengambil akidah sekularisme
(memisahkan agama dari kehidupan, mengabaikan aturan agama dalam kehidupan)
senagai keyakinan dan pijakan, maka orang yang berpegang teguh pada ajaran
Islam ibarat orang yang terasing. Oleh karena itu, kecintaan kita kepada Allah
dan RasulNya harus direalisasikan dalam kehidupan. Yaitu dengan menerapkan aturan
Allah dan RasulNya dalam kehidupan, semua dilakukan semata karena cinta kepada
Allah dan RasulNya.
Katakanlah, “Jika bapa-bapa,
anak-anak, saudara-saudara, isteriisteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu
sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah
dan Rasul-Nya dan
(dari) berjihad di
jalan-Nya, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan keputusan-Nya.”Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang fasik.
(TQS. atTaubah [9]: 24).
Seorang laki-laki pernah bertanya
kepada Rasulullahsaw. Tentang kiamat. Ia berkata, “Kapan terjadinya kiamat ya
Rasulullah?” Rasul berkata, “Apa yang telah engkau siapkan untuknya?” Laki-laki
itu berkata, “Aku tidak menyiapkan apa pun kecuali sesungguhnya aku mencintai
Allah dan Rasul-Nya.” Rasul saw. berkata, “Engkau bersama apa yang engkau
cintai.” Anas berkata; Kamitidak pernah merasa bahagia dengan sesuatu pun yang
membahagiakan kami seperti bahagianya kami dengan perkataan Nabi, “Engkau
bersama apa yang engkau cinta”,
Anas kemudian berkata, “Maka aku mencintai Nabi, Abû Bakar,
dan Umar. Dan aku berharap akan bersama
dengan mereka karena
kecintaanku kepada mereka meskipun aku
belum bisa beramal seperti mereka.”
(Mutafaq ‘alaih)
Ada tiga perkara, siapa saja yang
memilikinya ia telah menemukanmanisnya iman. Yaitu orang yang mencintai Allah danRasul-Nya lebih dari yang
lainnya; orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah; dan orang yang
tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke Neraka.
(Mutafaq ‘alaih)
No comments:
Post a Comment