Thursday 30 January 2020

Kamuflase Komunitas Homoseksual, Bersembunyi Di Balik Seni

travel.kompas.com


3.       Kamuflase Komunitas Homoseksual, Bersembunyi Di Balik Seni
Para penyuka sesama jenis gay tidak semuanya identik dengan kaum yang lemah gemulai, tak jarang yang penampakan fisiknya macho, namun tak bisa dipungkiri keberadaan mereka tak terlepas dari “pasangan” yang berstatus sebagai lawan jenis, pasangan mereka inilah yang lahir dari salahnya jalan yang mereka pilih. Yang berawal sebagai korban namun tak punya kesadaran untuk segera bertaubat dan segera berlepas dari komunitas salah akan terus berputar kembali mencari mangsa. Yang salah jalan memilih dunia feminism terus lestari dengan kegiatan bermotif seni. Karnawal peragaan busana, fashion show, parade busana yang dinisbatkan sebagai kreatifitas tak jarang menjadi topeng eksistensi kaum homoseksual. Maka tak heran jika mereka seringkali menginisiasi kegiatan semacam ini. Lihat saja, mereka kaum lelaki yang begitu bangganya tampil dengan busana wanita, tampil lemah gemulai.

Ada pula yang berlindung di balik topeng seni tari, baik tarian adat maupun modern. Memang tak semuanya otomatis menjadi penyuka sesama jenis, akan tetapi ini adalah jalan untuk sedikit demi sedikit mengubah perilaku mereka yang maskulin menjadi feminine. Bahkan eskistensi mereka pun juga merambah dunia perfilman. Memang sulit diendus, namun keberadaan mereka terlihat dari jalan cerita sebuah film, baik mereka sendiri yang membuat atau bisa dibuat oleh para pendukung kebebasan, termasuk bebas menyukai sesama jenis. Film adalah alat propaganda ampuh untuk membentuk opini di tengah masyarakat, dengan film mereka berharap masyarakat semakin mengenal mereka dan pada akhirnya menerima keberadaan mereka.

Melalui agenda seni, mereka berusaha menutupi penyimpangan yang dilakukan, mencari dalih bahwa keberadaan mereka tidak mengganggu bahkan menjadi kaum yang kreatif dan berjiwa seni, masih bisa bertahan hidup, masih bisa berprestasi dalam sudut pandang mereka. Benarkah ini adalah prestasi yang layak dibanggakan? Tidak.


Memang bukan seninya yang salah, selama tidak melanggar hukum syara’ tidak masalah terlibat dalam aktivitas seni. Namun tidak dengan kaum gay yang tak sedikit berkecimpung di dunia seni, hampir semua aktivitas seni yang mereka lakoni melanggar hukum syara’,  menyerupai lawan jenis hukumnya haram, menyukai sesama jenis apapun topengnya juga haram. Harus ada komitmen untuk kembali kepada kodrat Allah, Allah menciptakan manusia dengan fitrah menyukai lawan jenis. Jenis kelamin yang diakui dalam hukum syara’ hanya 2, bukan 3. Jika pun ada yang berkelamin ganda maka medis akan menentukan alat kelamin yang dominan, dan hakim pun akan menetapkan jenis kelamin yang akan digunakan sebagai identitas selanjutnya, jadi bukan sekehendak diri mengubah tubuh. Tidak pula sekehendak hati menuruti hawa nafsu. Melampiaskan nafsu dengan cara maksiat. 

Alternatif tulisan lanjutan, silakan jika ada yang melanjutkan
4.       Waspadai Komunitas Kaum Menyimpang (Sejatinya jiwa mereka pengecut, beraninya rame-rame dan mewarisi sifat iblis, tak mau masuk neraka sendiri)
5.       Homoseksual Itu Pilihan Bukan Paksaan Apalagi Anugrah Terindah Dari Tuhan (Omong kosong jika ini adalah takdir Tuhan, mereka hanya menjalani garis kehidupan, dimana iman kepada qadla dan qadar)
6.       Sadarlah, Mereka Itu Jahat Sekali, Tak Ada Kebaikan Tulus (kebaikan mereka selalu berbalut akal bulus, terus mencari korban dan kemarahan mereka begitu kejamnya, melebihi binatang, studi kasus mutilasi dan pembunuhan kaum homo)
7.       Homoseksual Semakin Eksis dalam sistem kapitalis (sudah jadi bawaan sistem ini, merusak umat manusia dari seluruh sisi kehidupan)

8.       Hanya Hukuman Mati Yang Bisa Menghentikan (hanya mungkin terjadi dalam sistem khilafah)

No comments:

Post a Comment