Thursday, 23 January 2020

Tak Ada Ruang Bagi Kaum Menyimpang



1. Tak Ada Ruang Bagi Kaum Menyimpang

Kasus kejahatan yang melibatkan kaum homoseksual belum juga berhenti, Juli 2019 Tulungagung digemparkan dengan terungkapnya fakta  ratusan pelajar  terindikasi menjadi penyuka sesama jenis, dan yang terakhir penangkapan ketua komunitas gay Tulungagung. Di berbagai tempat, banyak dirilis informasi penyuka sesama jenis mendominasi penderita penyakit AIDS. Dan yang tak kalah menghebohkan adalah vonis seumur hidup pada mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Inggris. Jika dirunut dan dicermati, bisa dipastikan negeri ini tidak pernah sepi dari pemberitaan kasus homoseksual, ini yang terendus media, yang tidak tentu juga ada.

Untuk kasus di Tulungagung, bukan kasus baru yang tiba-tiba muncul. Tulungagung dengan kondisi geografis yang terdiri dari pegunungan dan mempunyai pantai, pernah digunakan sebagai tempat berkumpulnya komunitas internasional world rainbow gathering pada tahun 2017. Jangan dikira ini adalah acara gathering biasa yang hanya diam saja di tenda. Acara tersebut jelas merupakan wadah berkumpulnya para turis dari berbagai negara yang membawa serta gaya hidup liberal mereka. Acara satu bulan tentu berpengaruh pada masyarakat sekitar, setidaknya budaya kebebasan semakin mudah diindera.

Jauh hari, sejak lama Tulungagung adalah salah satu daerah pengirim TKI terbanyak di Jawa Timur. Kondisi perekonomian yang tidak merata membuat warganya lebih memilih bekerja di luar negeri, imbasnya kecukupan materi memang terpenuhi namun keadaan sosial kemasyarakat menjadi karut-marut. Pergaulan bebas mendominasi, suami selingkuh, istri dihamili orang lain, anak hamil di luar nikah menjadi fakta menjamur di kalangan keluarga TKI. Lama-kelamaan kebiasaan buruk merambah ke lingkungan, maka meratalah kejahatan di masyarakat. Permasalahan ini tidak didukung dengan pembekalan akidah masyarakat. Karakter warga dan pemerintah daerah yang mayoritas muslim namun abangan atau bahkan sekular liberal menjadikan kondisi masyarakat Tulungagung semakin parah dari aspek sosial kemasyarakatan.

Ditambah lagi sikap represif sebagian besar pejabat dan petinggi ormas kepada kajian keislaman menjadikan Tulugangung sangat jauh dari suasana keimanan. Adat berbau klenik dan syirik dibiarkan bahkan dilestarikan namun pengajian yang bertujuan mencerdaskan umat dilarang dan dipersekusi dengan tuduhan klasik, radikal. Acara berbalut seni budaya padahal jelas dalam rangka membumikan nilai kebebasan malah diberi ruang.

Kejahatan kaum homoseksual adalah kejahatan hina sekaligus merusak umat manusia, tidak ada sedikitpun kebaikan yang bisa dipersembahkan oleh kaum terlaknat ini. Apa yang dilakukan kaum homoseksual adalah pelanggaran terhadap fitrah manusia, perilaku menyimpang yang melanggar ketentuan Allah. Eksisnya mereka karena dukungan sistem yang diterapkan di negeri ini, sistem kapitalisme sekular yang menjadikan materi dan kepuasan sebagai standar perbuatan.  HAM, kebebasan berekspresi dan kebebasan berbuat menjadi pelindung yang menyuburkan perilaku menyimpang kaum homoseksual. Ironinya Indonesia sebagai negeri mayoritas muslim melahapnya begitu saja, dan memang inilah jahatnya kapitalisme, tak hanya menancapkan hegemoninya namun juga merusak umat Islam, tujuan jangka panjangnya adalah menghambat kebangkitan Islam.

Oleh karena itu harus ada upaya serius untuk menghentikan penyebaran virus hina kaum homoseksual. Penguatan akidah, menjadikan Islam sebagai standar pemikiran dan perbuatan, ketegasan masyarakat menolak dan sanksi berat bagi pelaku homoseksual. Itu semua bisa dilakukan selama individu, masyarakat dan pemerintah mempunyai satu pandangan yang sama tentang haram dan bahayanya perilaku homoseksual. Jangan memberi ruang bagi perilaku menyimpang, cegah dengan berbagai cara agar mereka tak berkembang.  Memang tidak akan semudah membalikkan tangan, karena ada banyak motif di balik maraknya perilaku dan korban homoseksual. Motif ekonomi, motif sosial kemasyarakatan, hingga motif ideologis. Butuh diselesaikan semua secara tuntas, jika benar-benar menginginkan ada pencegahan maksimal, tak bisa dipungkiri, harus ada perubahan sistemik, karena negeri ini sudah rusak dari pondasinya. Rusaknya pondasi tentu akan berimbas pada seluruh aspek yang kehidupan, kasus kejahatan homoseksual hanya salah satu contoh saja. Dengan demikian juga diperlukan solusi jangka panjang, yaitu penerapan sistem Islam, melanjutkan kehidupan Islam dengan tegaknya khilafah.

Bersambung

Alternatif tulisan lanjutan, silakan jika ada yang melanjutkan
2. Jangan Tertipu Kebaikan Kaum Homoseksual (Katanya mereka dalam kesehariannya sangat baik sekali, murah hati dan dermawan)

3. Kamuflase Komunitas Homoseksual, Bersembunyi Di Balik Seni (Mereka sejatinya kaum hipokrit yang hanya bisa eksis di balik topeng acara budaya dan seni, studi kasus eksisnya komunitas homoseksual di Jember paska launcing perdana JFC)

4. Waspadai Komunitas Kaum Menyimpang (Sejatinya jiwa mereka pengecut, beraninya rame-rame dan mewarisi sifat iblis, tak mau masuk neraka sendiri)

5. Homoseksual Itu Pilihan Bukan Paksaan Apalagi Anugrah Terindah Dari Tuhan (Omong kosong jika ini adalah takdir Tuhan, mereka hanya menjalani garis kehidupan, dimana iman kepada qadla dan qadar)

6. Sadarlah, Mereka Itu Jahat Sekali, Tak Ada Kebaikan Tulus (kebaikan mereka selalu berbalut akal bulus, terus mencari korban dan kemarahan mereka begitu kejamnya, melebihi binatang, studi kasus mutilasi dan pembunuhan kaum homo)

7. Homoseksual Semakin Eksis dalam sistem kapitalis (sudah jadi bawaan sistem ini, merusak umat manusia dari seluruh sisi kehidupan)

8. Hanya Hukuman Mati Yang Bisa Menghentikan (hanya mungkin terjadi dalam sistem khilafah)

No comments:

Post a Comment