Segala puji
hanya bagi Allah subhanahuwata’ala atas karuniaNya, karena hanya atas ijin
Allah semata agenda umat Islam 2 Desember 2018 di Jakarta berlangsung damai dan
lancar, tak ada yang layak jumawa atas kenikmatan ini. Acara yang diikuti
jutaan umat Islam dari seluruh penjuru tanah air ini berhasil menarik simpati
banyak pihak. Banyak sekali hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik bagi
orang-orang yang merindukan indahnya penerapan Islam dalam kehidupan. Jutaan
umat Islam berkumpul tanpa memandang latar belakang madzab, gerakan, pandangan
politik, usia dan jenis kelamin. Semua berkumpul demi bertemu sekaligus
meneguhkan komitmen untuk senantiasa membela agama Allah. Terlepas apapun motif
terselubung, hendaknya semua mengedepankan prasangka baik, mendokan agar semua
senantiasa dalam kebaikan.
Siapapun yang
berhati bersih pasti akan terharu, bangga dan bahagia atas apa yang telah
disuguhkan jutaan umat muslim, baik yang hadir maupun yang tidak. Memang yang
hadir belum tentu semuanya dianggap sebagai pihak yang lebih mempunyai
kepedulian terhadap agama Allah jika dibandingkan dengan yang tidak hadir, yang
tidak hadir juga tetap mempunyai kontribusi dalam membela agama. Namun yang
pasti pengorbanan para mujahid peserta aksi 212 2018 layak mendapatkan acungan
jempol. Solidaritas yang tinggi, mengutamakan kepentingan saudaranya, membantu,
meringankan, memberikan sekecil apapun yang dimiliki dan banyak yang yang tidak
bisa disebutkan satu-persatu, telah membuka mata hati kita, umat Islam adalah
umat yang satu, umat Islam bersaudara apapun latar belakangnya.
Tidak hanya
dari peserta muslim, non muslim pun tidak sedikit yang mengikuti, memuji atau
hanya sekadar berempati. Tidak ada rasa takut terhadap jutaan umat Islam yang
sedang berkumpul. Cap radikal, intoleran, dan suka berbuat kerusakan sangat
jauh dari fakta yang ada di depan mata. Ini juga menjadi bukti, Islam pasti
akan menjadi rahmat bagi seluruh alam, siapapun akan merasakannya. Tak ketinggalan
pihak keamanan yang sebelumnya menyiapkan kekuatan terbaiknya untuk menjaga
keamanan dan ketertiban, bagi orang yang dengki mungkin terbersit dalam
pikiran, mengapa aksi damai masih saja dijaga ribuan aparat. Husnudzan saja,
semua ada untuk menjaga agar acara berjalan lancar dan aman. Ini pun terbukti.
Peserta, polisi dan TNI semua bahu-membahu memberikan bantuan dan memudahkan
peserta.
Yang tak kalah
mengharukan adalah kecintaan umat Islam pada bendera tauhid, bendera Rasulullah,
lambang persatuan umat. Jutaan bendera bertuliskan kalimat tauhid berkibar,
bendera tauhid yang sebelumnya membuat heboh bangsa ini karena dibakar,
dianggap sebagai bendera kelompok tertentu. Saat aksi bela tauhid, semua tanpa
ragu mengibarkannya. Sekali lagi, hanya memuji kebesaran dan kemurahan Allah
yang telah memberikan kesempatan bagi umat Islam di Indonesia untuk bersatu
dalam satu pandangan, membela kehormatan bendera tauhid adalah kewajiban
seluruh umat Islam.
Saat ini,
tanggal 2 Desember 2018 sudah berlalu, berganti hari. Bukan berarti spirit aksi
bela tauhid 212 juga berlalu begitu saja. Agenda 212 hanyalah awalan saja,
masih ada tugas lain di hadapan seluruh umat Islam. Di Indonesia, umat Islam
berhasil menyatukan komitmen untuk menguatkan ukhuwah, namun ukhuwah ini
sebatas di satu negeri. Sedangkan umat Islam tak hanya di Indonesia. Masih
banyak saudara sesama muslim yang tercerai berai, terusir, teraniaya, kelaparan
hingga terlibat pada pertikaian. Muslim Rohingya masih tersiksa, pemukiman
muslim Uighur semakin hancur, muslim Palestina terus dibombardir zionis Israel,
muslim Yaman semakin terancam kelaparan, muslim Suriah masih terpecah belah.
Dan tentu masih banyak lagi umat Islam yang belum bias menikmati rahmat Islam.
Ini juga merupakan tanggung jawab muslim di Indonesiajuga muslim di seluruh
penjuru dunia, karena muslim adalah saudara, ibarat satu tubuh, ibarat bangunan
yang saling menguatkan.
Doa kita
memang harus terus dilantunkan, bantuan harta juga bukan perkara yang boleh
disepelekan. Akan tetapi itu semua belum cukup, belum menyelesaikan permasalahan
umat Islam di berbagai negeri. Umat Islam membutuhkan kepedulian lebih,
membutuhkan solusi tuntas, membutuhkan uluran kekuatan untuk memberikan
perlindungan. Yaitu persatuan umat Islam dalam sebuah kepemimpinan. Menyatukan umat
Islam dalam satu naungan kalimat tauhid. Memberikan seluruh potensi yang
dimiliki demi saudara muslim di seluruh dunia. Ini bukanlah hal yang mustahil.
Aksi 212 telah membuktikan, bahwa umat Islam bisa bersatu, bisa bersinergi satu
sama lain, baik umat Islam pada umumnya maupun aparat yang jelas memiliki
kekuatan nyata. Maka perjuangan selanjutnya adalah terus mendakwahkan kewajiban
persatuan umat Islam, menyatukan yang wajib disatukan dan membiarkan apa yang
memang boleh berbeda. Menyatukan umat Islam dalam satu kepemimpinan, yaitu
khilafah, khilafah warisan Rasulullah yang diteruskan para sahabat dan generasi
Islam setelahnya. Dengan khilafah yang dipimpin khalifah, umat Islam akan
bersatu dan mempunyai pelindung karena imam atau khalifah adalah junnah,
perisai yang akan membela seluruh umat Islam dan orang-orang yang tunduk pada
kepemimpinan Islam.
Terakhir,
perjuangan ini akan terus berlanjut, spirit membela kalimat tauhid harus terus
berlanjut, menuju terajutnya ukhuwah hakiki seluruh umat Islam di dunia,
menerapkan Islam kaffah, mewujudkan Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam. Wallahu
a’lam bishshawab.