Saturday 17 November 2018

Membendung Kerusakan Moral Akibat Media Digital

Perkembangan teknologi, salah satunya media digital, seharusnya bisa mengantarkan manusia kepada peradaban mulia. Dengan kemajuan teknologi, semua menjadi mudah, akses informasi begitu cepat. Maka seharusnya peluang untuk mencetak manusia unggul di segala bidang pun akan semakin terbuka lebar.

Namun faktanya media digital di bawah cengkeraman sistem kapitalistik sekular, justru telah merusak generasi. Tak bisa dipungkiri, media digital saat ini telah membuat generasi menjadi bermental instan, generasi yang tidak mau berjuang demi sebuah cita-cita mulia. Mereka juga generasi yang rata-rata menginginkan kehidupan yang serba bahagia, penuh dengan hura-hura, mementingkan ekspresi pemuasan diri daripada berpikir panjang akan masa depan. Hingga wajar jika saat ini semakin mudah dijumpai dampak buruk pemanfaatan media digital.

Sebut saja di Surabaya, di mana pernah mencuat kasus pelacuran online dengan remaja sebagai objek yang dijual. Di internet semakin bertebaran video porno yang melibatkan siswa atau pun mahasiswa, baik mereka sebagai pelakunya ataupun sekadar sebagai pengunggah dan penikmat. Apalagi di media sosial, akun-akun pribadi dipenuhi dengan foto selfie tanpa makna, foto selfie mengumbar aurat, mengumbar kemesraan bersama pacar, dan bahkan tak sedikit yang berani berbagi konten porno. Dan terakhir, yang memprihatinkan kasus kehamilan belasan siswa SMP di Lampung.

Media digital pun tak jarang menjadi pemicu tawuran pelajar hanya karena terprovokasi status di media sosial. Bahkan grup-grup yang merusak moral juga semakin tumbuh subur. Grup LGBT, grup konten porno, grup pelacuran online dan grup lain yang serupa.

Tentu apa yang dilakukan para remaja tersebut bukan merupakan bagian kurikulum di sekolah tempat mereka belajar. Melainkan akibat kemudahan akses konten negatif di media digital, atau juga akibat lemahnya daya saring remaja terhadap informasi yang didapatkan. Mereka terlampau terbiasa menelan mentah-mentah informasi yang diterima.

Media, dalam pandangan Islam adalah bagian dari madaniyah yang bersifat umum karena merupakan bagian dari produk kemajuan sains atau kemajuan teknologi. Selama tidak dipengaruhi oleh hadlarah atau peradaban yang bertentangan dengan Islam, maka sah-sah saja dimanfaatkan oleh seorang muslim. Fatalnya, media digital yang saat ini menjadi ikon kemajuan dan menjadi tolak ukur kriteria remaja gaul sarat dengan hadlarah barat.

Media digital telah dimanfaatkan Barat untuk mencengkeram generasi umat Islam dan mengokohkan eksistensi kapitalisme di muka bumi. Media digital menjadi sarana yang efektif untuk mengkampanyekan gaya hidup liberal, hedonis dan individualistis. Tak heran jika pergaulan bebas semakin meningkat seiring dengan peningkatan pemanfaatan media digital oleh generasi.

Lihat saja, remaja saat ini dapat dengan mudah memperoleh semua informasi baik dan buruk melalui media digital. Gencarnya penyampaian pemikiran dan gaya hidup ala Barat disambut dengan suka cita oleh para remaja dengan menganggapnya sebagai bagian dari gaya hidup modern. Tanpa sadar para penikmat media digital telah masuk perangkap Barat, larut dengan ide-ide kebebasan.

Tak bisa dipungkiri, penguasaan Barat atas media digital merupakan salah satu strategi untuk menancapkan ide-ide mereka ke dalam benak kaum muslimin, terutama para remaja yang sedang semangat mencari jati diri dan mengekspresikan eksistensi diri. Dengan media digital mereka bisa mendapatkan apa saja dan menyebar apa saja yang dianggap berperan untuk mencuatkan eksistensi mereka. Bahkan, tak jarang, ada remaja yang menyengaja melakukan tindakan tak bermoral hanya demi ingin menjadi viral yang akhirnya terkenal. Mereka telah menghalalkan cara yang tidak lagi dianggap tabu selama apa yang diinginkan bisa terwujud. Inilah yang menjadi tujuan Barat ketika menguasai media digital dengan ide mereka.

Kebebasan semakin membuat remaja kehilangan kendali, mereka berasumsi semua boleh dilakukan. Aturan agama sama sekali tidak menjadi pertimbangan. Realita telah gamblang, betapa banyaknya remaja putri berkerudung namun seolah santai berzina. Mereka tanpa malu mengumbar kemesraan dan berzina di tempat umum. Ini sesuai target Barat, yakni mencetak generasi sekular. Tak ayal, mereka pun menjadi generasi beragama namun tidak sudi mengikuti aturan agama. Bahkan menganggap terikat syariat adalah bentuk kekolotan, ketinggalan jaman.

Mereka juga menjadi generasi yang bangga mencampakkan aturan agama sembari menjadi pelaku kemaksiatan. Buktinya, selalu ada rekaman perbuatan tak pantas yang dibuat sendiri oleh pelakunya dan disebar ke media. Benar-benar pikiran remaja seperti itu sudah rusak, urat malunya sudah putus. Yang menjadi standar kesenangan hanyalah terpuaskannya nafsu mereka.

Remaja juga kalangan yang begitu cepat menjiplak gaya hidup ala Barat, meski masuk lewat tayangan yang dikemas dalam gaya hidup Asia, ala Korea misalnya. Remaja begitu menikmati menghabiskan waktu dengan berselancar di dunia maya daripada melakukan ibadah yang ringan dan mudah semisal membaca Al-Quran dan menghadiri kajian Islam.

Demikianlah, jika kondisi-kondisi ini terus dibiarkan, tidak dicegah atau mencari solusi tuntasnya, maka kerusakan moral akibat pengaruh media digital yang telah dimanfaatkan Barat akan semakin meluas. Jika tidak segera diselesaikan, masalah ini akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja, menghancurkan peradaban manusia. Oleh karena itu harus ada upaya serius untuk membendung kerusakan ini.

Dalam hal ini, tentu tidak dengan jalan mengambil solusi Barat, solusi ala kapitalisme. Secara logika, Barat pasti tidak ingin cengkeraman mereka terlepas begitu saja, tak mungkin Barat akan memberikan solusi untuk menyelamatkan generasi umat Islam. Karenanya, hanya dengan kembali pada pandangan Islam saja semua akan bisa tuntas diselesaikan.

Islam tidak anti dengan kemajuan, Islam tetap menjadikan media sebagai sarana pendukung dalam kehidupan. Tentu bukan sarana untuk bermaksiat, namun sarana untuk menjadikan manusia semakin taat.

Dalam Islam, media adalah sarana efektif untuk menguatkan akidah yaitu dengan menjadikan media untuk menyebarkan informasi yang sesuai dengan aturan Allah SWT, media juga menjadi sarana untuk mencerdaskan umat. Dengan kekuatan akidah dan pencerdasan, umat akan semakin paham akan aturan Allah, maka mereka juga akan semakin mudah beramal berbekal ilmu.

Media selayaknya menjadi sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah bukan malah semakin membuat lalai dari mengingatNya.
Oleh karena itu, ada banyak hal yang bisa dilakukan umat Islam untuk membendung kerusakan moral akibat pengaruh media digital.

Secara individu, wajib senantiasa mengaitkan setiap perbuatan dengan hukum syara’, mendasarkan semua aktivitas berdasarkan tuntunan syara, bukan dengan menuruti hawa nafsu belaka. Memanfaatkan media sebagai sarana untuk menambah ilmu dan mendekatkan diri kepada Allah, karena semakin maju teknologi akan semakin mudah pula beribadah. Mudah mencari lokasi masjid, mudah mengakses kitab-kitab karya ulama, mudah bersedekah dengan transaksi aplikasi online, mudah membuat janji silaturahim, mudah menemukan kajian keislaman, dan beribu kemudahan lain yang bisa dimanfaatkan oleh individu. Namun itu semua juga membutuhkan modal kuatnya akidah dan bekal pemikiran Islam, dan jika saat ini belum terwujud suasana keimanan, maka menjadi tugas bagi pengemban dakwah untuk terus menguatkan akidah umat dan menyampaikan pemikiran Islam.

Dan yang tak kalah pentingnya adalah peran negara. Negara adalah pihak yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan nyata untuk membuat kebijakan atas warga negaranya. Konten negatif di media digital akan dengan sangat mudahnya dikendalikan oleh negara. Penyediaan informasi positif juga akan mudah tersebar jika negara menggunakan kewenangannya. Dengan kekuatan hukumnya, negara akan memberi sanksi pihak-pihak yang mencoba memanfaatkan media digital untuk tindakan kriminal. Namun negara yang bisa menerapkan kebijakan tersebut, lagi-lagi bukanlah negara yang dikelola berdasarkan arahan Barat, yaitu negara kapitalis sekular.

Negara yang bisa membendung kerusakan moral akibat media digital dan membalikkan keadaan menjadikan media digital untuk mewujudkan manusia mulia yang dihiasi sikap takwa, adalah negara yang menjadikan Islam sebagai landasan dalam menetapkan sebuah kebijakan. Menjadikan aturan Allah dan Rasul-Nya sebagai pijakan. Dengan begitu, tidak hanya moral generasi yang terselamatkan, namun negara juga bisa mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru dunia dan akhirnya terwujudlah Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam.

No comments:

Post a Comment