Berusaha menahan diri untuk tidak terbawa suasana, sengaja
tidak ikutan share dan komentar, bukan karena tak peduli. Namun masih saja
galau tingkat dewa ketika ada kabar duka yang tidak disangka. Merasa begitu
cepatnya meninggalkan dunia. Ah..emang ada kabar duka yang tidak mendadak? Emang
ada kematian yang dikabarkan sebelum nafas dicabut? Ya, tidak ada. Namun serasa
masih terkaget-kaget dengan berita kematian padahal yang hidup pasti mati,
padahal mati itu pasti.
Memang tidak mengenal dengan sangat dekat, akan tetapi masih
ingat dengan forum terakhir bersamanya, sekitar Dzulhijjah 1439 (lebih mengingat bulan
hijriyahnya karena saat itu makan siangnya masih tak jauh dari menu daging
kurban, saya sih gitu orangnya, ingatnya makanan melulu). Ingin mengingat yang
ringan saja dulu.
Ceritanya saat berforum,
saya ada di bagian depan Mbak Isna di belakang. Forum santai tetapi bahasannya
serius. Tiap peserta sudah diberi kotak konsumsi kue, tetapi panitia juga
menyediakan camilan di piring-piring. Karena suguhan makanan hanya di depan,
jadilah barisan belakang tidak bisa mengambil secara langsung makananan yang di
piring. Kalau saya nggak usah ditanya, dimana ada makanan di situlah saya
berada, he.he..just kidding. Mbak Isna sudah dalam keadaan hamil tua, masih
energik, termasuk juga masih ngemil ini –itu. Jadi saat saya ambil makanan dia dan teman yang disamping ( soulmate dalam tim) bilangnya : “ Mbak mau
juga…minta tolong ambilkan!” Jadilah saya tester, “ini rasanya begini mau juga?”,
“ Ini rotinya kurang begini diambilkan tidak?”, "Ini enak lhoo...nih habiskan!". Bla…bla.. Jangan heran ya… saya
itu bukan ahli masak-memasak tapi kalo ada makanan yang kurang imbang rasa dan
bumbunya sepertinya masih tau, ini namanya pengkritik yang aslinya jauh dari
kualitas yang dikritik.
Bulan berikutnya sudah tidak bertemu, soulmate nya yang
mewakili, bulan berikutnya lagi soulmatenya sudah resmi menggantikan posisi
Mbak Isna, dan ternyata posisi itu tergantikan selamanya.
Ya, kami dipertemukan Allah dalam suasana berjamaah dalam
rangka menguatkan dakwah (bismillah semoga benar-benar menguatkan dakwah). Dakwah
bersama jamaah, wajib atas laki-laki maupun perempuan, saat sehat maupun sakit.
Namun tetap berjalan sesuai dengan koridor syariah. Dakwah berjamaah adalah
salah satu aktiitas public bagi seorang
muslimah, maka tentu saja pelaksanaannya mempunyai rambu-rambu tersendiri. Di
antaranya adalah tidak mengabaikan peran domestic dan keluar rumah dengan tetap
terikat pada hukum syara’. Tidak ada alasan meninggalkan dakwah hanya karena
membenturkan pada kewajiban domestic, yang seharusnya adalah mengatur semuanya,
menyeimbangkan dan memastikan semua amanah baik di ranah domestic ( wanita
sebagai al um warabbatul bait) dan ranah public bisa dijalankan tanpa mengeleminasi salah satunya.
Bagi muslimah, ketika ada kepentingan di ranah rumah tangga
tentu akan menjadi proiritasnya, namun bukan berarti ranah domestic melalaikan
amanah di ranah public. Dan itu pula yang terlihat dari Mbak Isna, memang
sesaat memindahkan amanah namun bukan berarti mengabaikan amanah, untuk sesaat
ada yang harus diprioritaskan dengan tetap menjalankan aktivitas dakwah bersama
jamaah.
Siapa yang menyangka, ternyata Allah berkehendak lain, Allah
menjadikan amanah itu sebagai amanah terakhir Mbak Isna, dan insya Allah akan selalu
mengenangnya sebagai bagian dari tim jamaah dakwah, karena hingga akhir
hayatnya Mbak Isna masih memegang amanahnya meski sementara diwakilkan, dan
pastilah Allah Yang Maha Tahu. Tidak ada
amalan yang sia-sia di hadapan Allah ketika kita menjalankannya sesuai dengan
syariah dan ikhlas.
Bersama jamaah, semuanya jadi indah. Saling melengkapi,
membantu, memberi masukan dan meringankan. Bersama jamaah amanah menjadi lebih
mudah. Maka tak selayaknya kita berlepas diri dari jamaah, sabarlah bersama
jamaah. Bisa jadi kita akan menemui orang yang yang tak cocok di hati, terkadang merasa berat
dengan amanah, terkadang ingin mengistirahatkan diri. Tak apa, karena memang
itu jamaah manusia bukan malaikat yang sempurna. Akan tetapi tetaplah bersabar,
tetaplah istiqamah, tetaplah mengingatkan dalamkebaikan, tetaplah bersama
jamaah, jangan melepaskan diri dari jamaah. Biarlah ajal yang mengeluarkan kita
dari jamaah. Seperti Mbak Isna, tetaplah berjamaah hingga akhir hayah.
Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. ( QS. Ali
Imran ayat 104)
Pare, 13 November 2018
No comments:
Post a Comment