Tuesday 13 November 2018

Berjamaah Hingga Akhir Hayah



Berusaha menahan diri untuk tidak terbawa suasana, sengaja tidak ikutan share dan komentar, bukan karena tak peduli. Namun masih saja galau tingkat dewa ketika ada kabar duka yang tidak disangka. Merasa begitu cepatnya meninggalkan dunia. Ah..emang ada kabar duka yang tidak mendadak? Emang ada kematian yang dikabarkan sebelum nafas dicabut? Ya, tidak ada. Namun serasa masih terkaget-kaget dengan berita kematian padahal yang hidup pasti mati, padahal mati itu pasti.

Memang tidak mengenal dengan sangat dekat, akan tetapi masih ingat dengan forum terakhir bersamanya, sekitar  Dzulhijjah 1439 (lebih mengingat bulan hijriyahnya karena saat itu makan siangnya masih tak jauh dari menu daging kurban, saya sih gitu orangnya, ingatnya makanan melulu). Ingin mengingat yang ringan saja dulu.

Ceritanya  saat berforum, saya ada di bagian depan Mbak Isna di belakang. Forum santai tetapi bahasannya serius. Tiap peserta sudah diberi kotak konsumsi kue, tetapi panitia juga menyediakan camilan di piring-piring. Karena suguhan makanan hanya di depan, jadilah barisan belakang tidak bisa mengambil secara langsung makananan yang di piring. Kalau saya nggak usah ditanya, dimana ada makanan di situlah saya berada, he.he..just kidding. Mbak Isna sudah dalam keadaan hamil tua, masih energik, termasuk juga masih ngemil ini –itu. Jadi saat saya ambil makanan dia  dan teman yang disamping  ( soulmate dalam tim) bilangnya : “ Mbak mau juga…minta tolong ambilkan!” Jadilah saya tester, “ini rasanya begini mau juga?”, “ Ini rotinya kurang begini diambilkan tidak?”, "Ini enak lhoo...nih habiskan!". Bla…bla.. Jangan heran ya… saya itu bukan ahli masak-memasak tapi kalo ada makanan yang kurang imbang rasa dan bumbunya sepertinya masih tau, ini namanya pengkritik yang aslinya jauh dari kualitas yang dikritik.

Bulan berikutnya sudah tidak bertemu, soulmate nya yang mewakili, bulan berikutnya lagi soulmatenya sudah resmi menggantikan posisi Mbak Isna, dan ternyata posisi itu tergantikan selamanya.

Ya, kami dipertemukan Allah dalam suasana berjamaah dalam rangka menguatkan dakwah (bismillah semoga benar-benar menguatkan dakwah). Dakwah bersama jamaah, wajib atas laki-laki maupun perempuan, saat sehat maupun sakit. Namun tetap berjalan sesuai dengan koridor syariah. Dakwah berjamaah adalah salah satu aktiitas public  bagi seorang muslimah, maka tentu saja pelaksanaannya mempunyai rambu-rambu tersendiri. Di antaranya adalah tidak mengabaikan peran domestic dan keluar rumah dengan tetap terikat pada hukum syara’. Tidak ada alasan meninggalkan dakwah hanya karena membenturkan pada kewajiban domestic, yang seharusnya adalah mengatur semuanya, menyeimbangkan dan memastikan semua amanah baik di ranah domestic ( wanita sebagai al um warabbatul bait) dan ranah public bisa dijalankan  tanpa mengeleminasi salah satunya.

Bagi muslimah, ketika ada kepentingan di ranah rumah tangga tentu akan menjadi proiritasnya, namun bukan berarti ranah domestic melalaikan amanah di ranah public. Dan itu pula yang terlihat dari Mbak Isna, memang sesaat memindahkan amanah namun bukan berarti mengabaikan amanah, untuk sesaat ada yang harus diprioritaskan dengan tetap menjalankan aktivitas dakwah bersama jamaah.

Siapa yang menyangka, ternyata Allah berkehendak lain, Allah menjadikan amanah itu sebagai amanah terakhir  Mbak Isna, dan insya Allah akan selalu mengenangnya sebagai bagian dari tim jamaah dakwah, karena hingga akhir hayatnya Mbak Isna masih memegang amanahnya meski sementara diwakilkan, dan pastilah Allah Yang  Maha Tahu. Tidak ada amalan yang sia-sia di hadapan Allah ketika kita menjalankannya sesuai dengan syariah dan ikhlas.

Bersama jamaah, semuanya jadi indah. Saling melengkapi, membantu, memberi masukan dan meringankan. Bersama jamaah amanah menjadi lebih mudah. Maka tak selayaknya kita berlepas diri dari jamaah, sabarlah bersama jamaah. Bisa jadi kita akan menemui orang yang yang  tak cocok di hati, terkadang merasa berat dengan amanah, terkadang ingin mengistirahatkan diri. Tak apa, karena memang itu jamaah manusia bukan malaikat yang sempurna. Akan tetapi tetaplah bersabar, tetaplah istiqamah, tetaplah mengingatkan dalamkebaikan, tetaplah bersama jamaah, jangan melepaskan diri dari jamaah. Biarlah ajal yang mengeluarkan kita dari jamaah. Seperti Mbak Isna, tetaplah berjamaah hingga akhir hayah.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. ( QS. Ali Imran ayat 104)



Pare, 13 November 2018

No comments:

Post a Comment