Nur Aini, bukan nama yang asing,
coba ketik di pencarian medsos, akan muncul banyak sekali nama Nur Aini. Berarti
Nur Aini adalah nama yang istimewa, buktinya banyak yang memakainya. Tapi tidak
hendak narsis dengan nama sendiri sih. Selama tidak bermakna keburukan insya
Allah siapapun namnya tidak masalah.
Sepanjang pengetahuan yang jelas
terbatas, untuk nama tempat Nur Aini di Pare adalah nama sebuah RSIA, ada
pengalaman dengan nama ini. Saat itu telp ke seseorang, eee dikira saya dari
RSIA, dan yang terima telp agak kurang focus ngeyel menyimpulkan saya dari RSIA,
hingga berulang mengatakan “ Saya Nur Aini, Bu. Itu nama saya, bukan dari RS
Nur Aini”. Barulah penerima telp nyambung.
Nur dipake nama Masjid Agung di
Pare, An Nuur. Pernah baca di sebuah tempat perhiasan, Nur juga dipake memberi
nama toko emas, mungkin diasumsikan perhiasan yang dijual cahayanya berkilau.
Sedangkan Aini lebih banyak
menjumpai digunakan menamai optic. Diantaranya di Bangil, terakhir ambil foto 2015 di pertokoan sekitar
Swadesi Alun-alun ada Aini Optik. Dahulu jika keluar dari Pondok Gontor Putri 1
Mantingan arah Jatim ada nama toko Aini tapi lupa toko apa.
Jadi nama Nur Aini, Nur atau Aini
lebih banyak digunakan untuk tempat-tempat yang insya Allah untuk kebaikan. Karena
secara umum Nur Aini bermakna cahaya mata. Untuk panggilan bisa dipanggil
lengkap atau satu suku kata saja tidak masalah, bahkan ada yang pernah
memanggil “ Nung” tidak masalah juga.
Dan yang lagi lumayan jadi
perhatian akhir-akhir ini adalah keputusan salah satu artis yang memutuskan
untuk melepas kerudung (kerudung ya, bahasa Arabnya Khimar,bahasa Inggrisnya
veil, bukan JILBAB, jilbab artinya sudah beda), kasus yang juga berbuntut pada
protesnya orang-orang minim berilmu ketika salah seorang Ustadz dengan
santainya memanggil artis tersebut dengan orang yang berhidung pesek. Sebutan
pesek dianggap tidak sopan dan tidak layak diucapkan seorang ustadz. Padahal
sebelumnya pesek menjadi ikon artis tersebut, malah dianggap mempunyai nilai
jual, sebelumnya tidak masalah malah terkesan bangga jika diejek punya hidung
pesek. Memang berurusan dengan orang kurang ilmu apalagi disertai dengan
kesombongan harus ekstra sabar, tak perlu emosi. Ngomong dengan orang edan ga
perlu melu edan.
Terkait nama, saya jadi buka-buka
lagi materi dasar Bahasa Arab, salah satu isim makrifat adalah isim ‘alam, yang
masuk isim alam diantaranya nama orang, negeri, tempat dsb’ nama orang terbagi
lagi menjadi nama asli, gelar dan julukan.
Nama asli misalnya : Muhammad,
Ali, Umar dll
Nama gelar (kunyah) misalnya : Ibnu Jarir (anaknya Jarir), Ummu Kultsum
(ibunya Kultsum) dll
Nama julukan (laqab) berupa gelar
baik atau buruk berdasarkan sesuatu yang dimiliki misalnya : Harun ar Rasyid, Musailamah
al Kadzab dll
Jadi mau pakai nama asli, kunyah
atau laqab silakan saja.
Terkait dengan memanggil nama,
juga ada adabnya. Diantaranya adalah : tidak mengandung ejekan, tidak mencela,
mengandung umpatan, mengolok-olok.
Jika jika sebelumnya seseorang
bangga dipanggil dengan nama yang memang menjadi karakternya dan tidak
mempermasalahkan, boleh dipakai. Selama tidak ada indikasi keburukan di hadapan
Allah. Namun tetap lebih baik lagi jika memanggil nama sekalian berdoa, atau
mewujudkan rasa sayang karena Allah. Misalnya panggilan Rasulullah kepada
istri-istrinya yang selalu ada maknanya. Wallahu a’lam
Semoga kita tidak mudah
terpengaruh dengan keburukan, semoga selalu berusaha mencari ilmu sebelum
berbuat. Amiin.