Thursday, 23 November 2017

Nur Aini


Nur Aini, bukan nama yang asing, coba ketik di pencarian medsos, akan muncul banyak sekali nama Nur Aini. Berarti Nur Aini adalah nama yang istimewa, buktinya banyak yang memakainya. Tapi tidak hendak narsis dengan nama sendiri sih. Selama tidak bermakna keburukan insya Allah siapapun namnya tidak masalah.
Sepanjang pengetahuan yang jelas terbatas, untuk nama tempat Nur Aini di Pare adalah nama sebuah RSIA, ada pengalaman dengan nama ini. Saat itu telp ke seseorang, eee dikira saya dari RSIA, dan yang terima telp agak kurang focus ngeyel menyimpulkan saya dari RSIA, hingga berulang mengatakan “ Saya Nur Aini, Bu. Itu nama saya, bukan dari RS Nur Aini”. Barulah penerima telp nyambung.

Nur dipake nama Masjid Agung di Pare, An Nuur. Pernah baca di sebuah tempat perhiasan, Nur juga dipake memberi nama toko emas, mungkin diasumsikan perhiasan yang dijual cahayanya berkilau.

Sedangkan Aini lebih banyak menjumpai digunakan menamai optic. Diantaranya di Bangil,  terakhir ambil foto 2015 di pertokoan sekitar Swadesi Alun-alun ada Aini Optik. Dahulu jika keluar dari Pondok Gontor Putri 1 Mantingan arah Jatim ada nama toko Aini tapi lupa toko apa.  

Jadi nama Nur Aini, Nur atau Aini lebih banyak digunakan untuk tempat-tempat yang insya Allah untuk kebaikan. Karena secara umum Nur Aini bermakna cahaya mata. Untuk panggilan bisa dipanggil lengkap atau satu suku kata saja tidak masalah, bahkan ada yang pernah memanggil “ Nung” tidak masalah juga.

Dan yang lagi lumayan jadi perhatian akhir-akhir ini adalah keputusan salah satu artis yang memutuskan untuk melepas kerudung (kerudung ya, bahasa Arabnya Khimar,bahasa Inggrisnya veil, bukan JILBAB, jilbab artinya sudah beda), kasus yang juga berbuntut pada protesnya orang-orang minim berilmu ketika salah seorang Ustadz dengan santainya memanggil artis tersebut dengan orang yang berhidung pesek. Sebutan pesek dianggap tidak sopan dan tidak layak diucapkan seorang ustadz. Padahal sebelumnya pesek menjadi ikon artis tersebut, malah dianggap mempunyai nilai jual, sebelumnya tidak masalah malah terkesan bangga jika diejek punya hidung pesek. Memang berurusan dengan orang kurang ilmu apalagi disertai dengan kesombongan harus ekstra sabar, tak perlu emosi. Ngomong dengan orang edan ga perlu melu edan.

Terkait nama, saya jadi buka-buka lagi materi dasar Bahasa Arab, salah satu isim makrifat adalah isim ‘alam, yang masuk isim alam diantaranya nama orang, negeri, tempat dsb’ nama orang terbagi lagi menjadi nama asli, gelar dan julukan.
Nama asli misalnya : Muhammad, Ali, Umar dll
Nama gelar (kunyah) misalnya :  Ibnu Jarir (anaknya Jarir), Ummu Kultsum (ibunya Kultsum) dll
Nama julukan (laqab) berupa gelar baik atau buruk berdasarkan sesuatu yang dimiliki misalnya : Harun ar Rasyid, Musailamah al Kadzab dll
Jadi mau pakai nama asli, kunyah atau laqab silakan saja.

Terkait dengan memanggil nama, juga ada adabnya. Diantaranya adalah : tidak mengandung ejekan, tidak mencela, mengandung umpatan, mengolok-olok.

Jika jika sebelumnya seseorang bangga dipanggil dengan nama yang memang menjadi karakternya dan tidak mempermasalahkan, boleh dipakai. Selama tidak ada indikasi keburukan di hadapan Allah. Namun tetap lebih baik lagi jika memanggil nama sekalian berdoa, atau mewujudkan rasa sayang karena Allah. Misalnya panggilan Rasulullah kepada istri-istrinya yang selalu ada maknanya. Wallahu a’lam

Semoga kita tidak mudah terpengaruh dengan keburukan, semoga selalu berusaha mencari ilmu sebelum berbuat. Amiin.



5 Sebelum 5


Long time ago, jaman masih kuliah. Ada adik angkatan, sering sharing dengannya, sering ngajak ke kajian, sering ngajak untuk ngaji Islam. Sharing jalan, datang ke kajian kadang-kadang, diajak ngaji rutin masih memberikan beribu alasan. Waktu pun berlalu jarang ketemu, hanya sekadar say hello,  dan akhirnya hampir selesai sidang akhir, tak sengaja ketemu di warung makan. Tanpa basa-basi adik angkatan yang sudah lama tidak ngobrol to the poin : “ Mbak, ada waktu saya ingin ngobrol, saya ingin ngaji?” Tentu dengan mantab dan senang hati saya jawab : “ Ada  dek, longgar banget, ayo ngaji”. Tak peduli meski TA masih perlu revisi, mendengar “Saya mau ngaji” rasanya sesuatu banget. Lama menunggu akhirnya terwujud juga. Si adik ingin ngaji karena merasa bersalah, belum bisa berbuat banyak untuk ayahnya yang baru saja meninggal, katanya ingin jadi anak salehah. Mau nunggu mati?

Diberi no kontak seseorang, diminta untuk mengundang orang tersebut kalo ada acara. Sms pertama kenalan, memberitahu kalo kapan-kapan mau ngundang kajian. Alhamdulillah respon bagus, namun undangan pertama, kedua, ketiga hingga entah berapa kali sudah mengundang, tak pernah bisa datang. Belum jodoh, sejak awal hingga entah kapan pertama kenalan belum sempat ketemu. Namun tetap selalu memberitahu ketika ada acara. Dan akhirnya, ketika terakhir mengundang balasannya di luar kebiasaan : “ Insya Allah saya datang mbak, kuliah sudah selesai jadi longgar”. Alhamdulillah tidak ada kata terlambat. Kapan terus menyibukkan diri?  Sampai kapan terus menyempitkan diri?

Dalam forum belajar Alquran, rata-rata ibu-ibu paruh baya, sering terucap : “ Maaf ya mbak ga lancar-lancar, maklum sudah tua lidahnya kaku”. Hanya tersenyum dan memotivasi untuk terus istiqamah belajar, Alhamdulillah masih semangat meski tak muda lagi. Yang muda, mau nunggu tua? Yang tua mau nunggu tambah tua?

Seorang ibu datang terlambat dalam sebuah acara, berjalan dengan tegak, namun pelan dan terlihat kaku. Ternyata sebelumnya habis kecelakaan, jatuh dari motor. Leher cidera. Padahal beliau ijin tidak datang pun tidak masalah, padahal tempat acara diganti di rumahnya pun juga tidak masalah . Yang masih sehat kenapa masih saja banyak alas an? Yang sakit,mau nunggu tambah parah?

Seorang ibu, dari segi ekonomi pas-pasan. “ Mbak saya nitip uang ya, buat ibu yang kemarin suaminya kecelakaan”. Uang dimasukkan dalam amplop, ternyata jumlahnya lumayan. Salut, meski lebih sering pas-pasan namun masih ringan membantu yang kesusahan. Yang kaya, nunggu bangkrut? Yang pas-pasan nunggu kaya melimpah? Yang miskin nunggu apa?

Untuk hal-hal yang memang bisa kita pilih, bisa diusahakan, teruslah berusaha, selama itu demi kebaikan lakukan segera.
Ingat 5 perkara sebelum lima perkara :
Muda sebelum tua
Sehat sebelum sakit
Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati

Untuk hal-hal yang memang kita tak bisa memilih, terus bersabar. Ikhlas dan ridla dengan ketentuan dari Allah, insya Allah itu yang terbaik untuk kita.




Wednesday, 22 November 2017

Temani Aku Mengejar Janji Yang Bukan Mimpi



Ahad, sengaja memilih jalan yang tak biasa dilewati. Di salah satu tempat yang sepi namun sejuk, bertemu 3 remaja putri, agak jauh juga ada 3 remaja putra. Remaja putra ketika melihat saya langsung ngacir, mereka kenal saya. Remaja putri masih asyik bergaya berselfie di pinggir kali. Sengaja berhenti dan bertanya siapa mereka, rumahnya mana, dan sedang apa. Mereka tidak menjawab dengan lengkap. Saya hanya berpesan untuk tidak main di tempat tersebut, karena saya tau itu tempat yang sering digunakan untuk janjian pacaran. Dengan berat hati 3 remaja putri tersebut melangkah pergi sambil sesekali melihat ke arah saya, dugaan saya mereka salah arah. Yang mereka tuju bukan arah ke rumah mereka, juga mungkin nyari kemana ngacirnya 3 remaja putra. Sorenya peristiwa ini saya ceritakan ke murid kelas 6, memberi nasehat agar mereka menjaga pergaulan. Eee…malah dapat cerita versi lain, sebelumnya mereka juga melihat 3 remaja putra dan putri, tanpa rasa malu mereka bergantengan tangan putra-putri, padahal mereka masih kelas 7. Sesaklah dada ini, di antara mereka ada yang alumni murid saya. Saya tahu kemampuan akademik mereka tidak terlalu bagus, tapi begitu percaya dirinya berpacaran (kalo saya jadi remaja seusia mereka, ya nyarinya yang pinter, smart, keren ada yang dibanggakan, tapi saya dulu tidak seperti itu). Bukan berarti yang smart boleh pacaran.

Sorenya ngobrol dengan remaja-remaja kursusan, pas bahasan tentang pakaian dan pergaulan dalam Islam. Membahas aurat sesama wanita dan hikmah menutup aurat. Karena semua jomblowati sedikit saya singgung terkait perjuangan mendapat “calon suami idaman”, saingan jomblowati sekarang tidak hanya sesama jomblowati, tapi juga jomblowan macho yang suka sesama jomblowan. Eee…salah satu peserta diskusi cerita kalo teman SMP nya menjadi pelaku penyuka sesama jenis. Sesak banget dada ini, jika dahulu kasus LGBT menyasar usia mapan, saat ini pelakunya sudah merambah ke remaja-remaja tanggung.

Berforum dengan guru SMP dan SMA, guru SMP menceritakan muridnya kelas 7, seorang siswi yang mengejar lelaki impiannya, ketua kelas di kelas lain, demi mengejar sang pujaan hati rela menuruti kemauan pangeran impiannya. Ketika sang idaman iseng (katanya ingin menguji dan mencoba mencari tau sejauh mana si cewek berbuat untuknya) meminta foto bagian terlarang, dan ternyata dituruti sama si cewek. Aduh…tambah sesak nafas ini mendengar cerita seperti itu. Eee…guru SMA menimpali, muridnya kelas sepuluh tambah parah, koleksi di HP nya foto-foto mengerikan, katanya untuk diberikan kepada pacarnya, juga bercerita sekolahnya mengeluarkan beberapa siswa kelas 10 karena terlibat jaringan narkoba (tidak perlu bahas HAM untuk masalah ini, mengeluarkan siswa demi menyelamatkan ratusan temannya lebih menjadi prioritas). Waduh…dada ini semakin sesak…bagaimana masa depan anak-anak kita nanti.

Ngobrol dengan dosen, pernah mengingatkan mahasiswanya yang pergaulannya sudah di luar batas. Dengan entengnya mahasiswa mejawab “ Kan kami sudah punya ilmunya biar tidak hamil Bu, kalo tidak hamil tidak apa-apa kan?” Tambah serasa mau pecah kepala ini dapat cerita ironis.

Serangkaian masalah hanya dalam hal pergaulan, belum masalah lain. Seharusnya membuat kita berpikir, ada yang tidak tepat dengan generasi kita. Dan tentu ini bukan semata menjadi masalah bagi generasi, ini adalah masalah bagi generasi sebelumnya. Keluarga yang menaungi, lingkungan tempat tinggal, kebijakan pemimpin, semuanya berperan memicu permasalahan remaja.

System yang mengagungkan kebebasan (merupakan salah satu ciri system kapitalisme yang menjadikan liberalism sebagai pijakan) telah membuat anak-anak bebas mengakses informasi tanpa bekal akidah yang kuat, tanpa bekal iman yang tebal. Persaingan ekonomi telah membuat orang tua focus mencukupi materi namun tak punya waktu dan bekal untuk mendampingi setiap langkah kehidupan sang buah hati. Kurikulum pendidikan yang hanya mencetak generasi berilmu namun tak punya kepribadian kuat dan tangguh yang siap menghadapi problematika kehidupan sesuai dengan syariat. System pemerintahan yang hanya dijalankan berdasarkan politik transaksional, tidak ada lawan dan kawan abadi yang ada adalah kepentingan bersama yang membuat penguasa dan politisi begitu mudah menjilat ludah sendiri mengabaikan janji manis kampanye, begitu mudah berpindah ke lain hati menyeberang kepada pihak yang memfasilitasi. Syariat Islam diabaikan, ajaran Islam dijadikan bahan olokan.

Yang jelas jauh hari Allah SWT sudah mengingatkan, kerusakan di muka bumi adalah akibat ulah manusia, sebuah negeri tidak akan mendapatkan berkah dari langit dan bumi ketika penduduknya mendustakan ayat-ayat Allah. Rasulullah pun juga sudah berpesan, jika ingin selamat tidak tersesat harus berpegang teguh pada Alquran dan Hadits. Dan jika saat ini negeri ini tidak berkah, mengalami kehancuran di berbagai bidang kehidupan, salah satunya karena kita mengabaikan hukum-hukum Allah. Sombong dan bangga dengan mencukupkan diri diatur dengan aturan batil.

Apakah akan berdiam diri? Tidak.
Berusaha untuk menjadikan syariat sebagai pijakan, berjuang agar kehidupan Islam terwujud kembali, berjuang untuk melanjutkan kehidupan Islam, hingga kiamat menghentikan langkah. Yakin dan optimis, semua akan menjadi baik ketika kita taat pada aturan Allah SWT, menjadikan Rasulullah sebagai teladan dalam kehidupan. Tidak ragu dengan pertolongan Allah yang telah berjanji kepada umatnya yang beriman akan menjadikan mereka berkuasa untuk memperbaiki kondisi.

Terwujudnya kebangkitan Islam, kejayaan Islam dalam naungan khilafah adalah janji Allah bukan sekadar mimpi, maka upaya untuk mewujudkan janji itu akan bernilai istimewa di hadapan Allah, akan berbeda dengan orang yang yakin namun hanya sebatas menunggu terwujudnya janji kemenangan, dan sangat berbeda dengan orang yang malah menghalangi kebangkitan Islam.

Maka, tidak ada pilihan lain. Mari bersama menjemput janji Allah, menjadi bagian dari perjuangan Islam.
Bersama berlomba dalam kebaikan,
bersama bergandengan tangan menjemput kemenangan,
bersama menjadlani kehidupan dengan penuh ketaatan.
Berjuang bersama meraih ridha ilahi.
Karena perjuangan ini tak mungkin dilakukan sendiri.


Teruntuk saudaraku seakidah, saudaraku seperjuangan dalam dakwah :
Temani aku untuk menjadi hamba yang taat pada Allah dan Rasulullah
Temani aku untuk menjadi insan salehah berbakti pada orang tua dan suami di rumah
Temani aku menjemput janji Allah yang pasti
Temani aku berbuat untuk menyelamatkan generasi
Temani aku untuk sabar dalam kebaikan
Temani aku agar istiqamah dalam ketaatan
Temani aku untuk taat di dunia
Temani aku hingga kita berjumpa di surga


Pare, 22 November 2017

Monday, 20 November 2017

Merindukan "Nur"


Dahulu ketika di kampus, ada petugas lab computer yang selalu memanggil dengan “cahaya mata” bukan Nur Aini. Memang terkadang panggilan  “Nur” itu terdengar tidak keren, ndeso. Padahal artinya special, sebuah doa agar pemilik nama menjadi cahaya.

Pagi-pagi buta sudah “perang” dengan semut terbang. Satu lampu dinyalakan langsung diserang. Akhirnya memadamkan semua lampu, padahal masih diperlukan. Ketika gelap gulita, cahaya sangat dirindukan.

Jadi ingat setiap pendahuluan pidato selalu disertakan “ salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju jaman terang benderang dengan cahaya Islam”.

Begitulah seharusnya, Islam adalah cahaya kehidupan, akan menjadi penerang bagi siapa saja. Akan membantu menunjukkan arah, akan menuntun manusia menuju hidayah. Namun cahaya Islam hanya akan bersinar terang ketika Islam diterapkan secara menyeluruh, diterapkan secara kaffah, dan Islam hanya bisa diterapkan secara menyeluruh dalam system khilafah, bukan system kapitalis demokrasi atau sosialis komunis. Karena dua system terakhir tersebut, tidak akan pernah memberi ruang pada aturan dari Allah al Khaliq sekaligus al mudabbir, pencipta dan pengatur kehidupan.

Menuju penerapan Islam kaffah, cukuplah Rasulullah sebagai teladan. Mengembalikan kekuatan akidah Islam, mengambil Islam dalam kepemimpinan berpikir, menstandarkan seluruh aktivitas dalam kehidupan dengan syariat. Mengajak umat Islam untuk menerapkan Islam dalam naungan institusi warisan Rasulullah saw. Membina umat dengan tsaqafah Islam, membongkar kosnpirasi musuh Islam, melakukan pergolakan politik, memastikan urusan umat diurus sesuai dengan syariat. Hingga akhirnya, sebagaimana yang terjadi di Madinah, umat pun rela kehidupannya diatur dengan syariat Islam. Saat itulah kekuasaan menjadi milik umat Islam, kekuasaan untuk menerapkan system Islam, kekuasaan untuk melanjutkan kehidupan Islam.

Kemenangan Islam adalah kepastian, janji Allah yang tak mungkin diingkari. Maka tinggal kita yang memilih. Menjadi orang yang mengajak pada cahaya Islam atau malah mengajak pada kegelapan, menjadi orang yang membela cahaya Islam atau malah menjadi penghalang cahaya Islam. Jika memilih mengajak pada kegelapan atau menjadi penghalang cahaya Islam, maka sungguh itu akan menjadi usaha yang sia-sia. Cahaya Islam akan terus menembus dan mencari celah, cahaya Islam tidak akan bisa dibendung dan dipadamkan, karena janji Allah pasti akan terwujud. Maka jadilah bagian dari perjuangan untuk menjadikan Islam sebagai cahaya di muka bumi ini, agar kelak kita juga bersama Rasulullah saw, nurul aini, nurul mustofa.  Amiin ya rabbal ‘alamin.

Semoga Nur Aini menjadi cahaya mata yang menyejukkan
Semoga Nur Hayati menjadi cahaya dalam kehidupan
Semoga Nur Hidayah menjadi cahaya petunjuk menuju kebaikan
Semoga Nur Rohmah menjadi cahaya kasih sayang yang tak terlupakan
Semoga Nur Halimah menjadi cahaya lemah lembut yang dirindukan

Begitu pula dengan nur-nur lainnya. Semoga cahaya kita menerangi dunia, menuju keselamatan akhirat Amiin.


Pare, 20 November 2017

Teruntuk Para Lelaki Pencari Nafkah : Kami Bangga Padamu

Penjual buah yang dahulu berjualan keliling  di Kampung Inggris  Pare, saat ini sudah tidak terlihat lagi

Tema 4 kelas 4 : Berbagai Pekerjaan
Ada 5 pertanyaan untuk siswa  :
Apa pekerjaan orang tuamu?
Dimana orang tuamu bekerja?
Mengapa orang tuamu bekerja ?
Banggakah kamu dengan pekerjaan orang tuamu?
Apa yang kamu lakukan untuk membalas kebaikan orang tuamu ?

Ada 20 siswa dalam kelas yang menjawab. Yang menarik jawaban pertanyaan untuk pertanyaan pertama, keempat dan kelima.

Pertanyaan pertama jawabannya beragam : tukang laundry, tukang eskrim, tukang becak, tukang fotokopi, pedagang buah, jualan es, jualan nasi, kuli, tukang bangunan, jualan es buah, petani, buruh tani. 

Pertanyaan keempat semuanya menjawab : Bangga. Jadi apapun pekerjaan orang tuanya, selama halal  mereka bangga.

Pertanyaan kelima jawabannya beragam : membantu, dipijat, diidek-idek, membuatkan the, bantu ganti popok adik, menurut kepada orang tua, ikut nunggu warung, memberi makan kepada ayah saat kelaparan, memujinya, mendengarkan nasehatnya.

Teruntuk para lelaki pencari nafkah
Teruntuk para suami yang bekerja mencukupi kebutuhan tanpa lelah
Kami bangga padamu berapa pun nafkah yang engkau bawa pulang ke rumah

Kami hanya bisa mendoakan
Semoga tiap tetes keringatmu mendapat balasan
Semoga Allah selalu melimpahkan rezeki yang penuh kebaikan

Dan sungguh tanganmu kelak akan menjadi saksi di surga
Sungguh kelak peluhmu akan berakhir bahagia
Sungguh pekerjaan halalmu akan menjadikanmu sebagai lelaki mulia
Rindukanlah pujian dari Nabi tercinta
Pujian bagi lelaki yang mencari nafkah dengan sepenuh jiwa

Hendaklah  orang  yang  mampu  memberi  nafkah  menurut kemampuannya.” (TQS ath-Thalâq [65]: 7)

Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu. (TQS al-Baqarah [2]: 233)




Pare, 20 November 2017

Baca juga : 

Saturday, 18 November 2017

Demi Cinta


Tulisan terakhir tentang cinta.

Pilar-pilar pengokoh Nafsiyah Islamiyah Bab 11 : Konsisten dalam Kebenaran
Ujian dakwah yang dialami Rasulullah dan para sahabat di antaranya adalah :
  • -          Penyiksaan (Pemukulan)
  • -          Diikat
  • -          Mendapat tekanan dari Ibu
  • -          Dijemur di bawah terik matahari
  • -          Dilarang tampil dan Menyerukan (dakwah) secara terbuka
  • -          Dilempar dengan batu
  • -          Dilempar Kotoran, seperti Kotoran Unta dan Lainnya
  • -          Berusaha  diinjak  Leher  dan  ditaburkan  Tanah  ke wajah
  • -          Penyiksaan Tanpa Diceritakan Uslubnya
  • -          Dibuat kelaparan
  • -          Pemboikotan
  • -          Diolok-olok dan diejek
  • -          Diputuskan  Hubungan antara Pimpinan dan Pengikut
  • -          Tawar-menawar  antara  Mabda  (Ideologi)  dengan  Tahta, Harta, dan Wanita
  • -          Dicaci maki
  • -          Didustakan
  • -          Propaganda Negatif dan Perlawanan
  • -          Dihalangi Hijrah
  • -          Berusaha dibunuh dan diancam

Seandainya Rasulullah saw dan para sahabat saat itu menyerah tentu saat ini kita tidak bisa merasakan manisnya iman dan islam. Mengapa Rasulullah tetap sabar dengan ujian dakwah? Semata karena cinta dan taat pada perintah Allah SWT. Mengapa para sahabat tetap setia mendampingi Rasulullah meski ikut menderita? Semua demi cinta kepada Allah dan RasulNya, demi berada di samping Rasulullah di surga kelak.

Dan kita? Sudah berapa banyak ujian yang datang dan mendera? Jangan-jangan tak pernah merasakan ujian namun menyerah begitu saja. Naudzubillah mindzalik.

Dakwah menyampaikan Islam akan terus dilakukan
Dakwah meneruskan perintah Rasulullah akan terus dijalankan
Dakwah mengajak menerapkan Islam kaffah akan terus diamalkan
Tegaknya khilafah akan terus diperjuangkan

Semua dilakukan : Demi Cinta kepada Allah dan RasulNya
Kelak Rasulullah bangga dengan pejuang syariah atau penghalang diterapkannya syariah
Kelak Rasulullah bangga dengan pejuang khilafah apa pejuang demokrasi secular?

Kami akan terus bangga bicara khilafah
Kami akan terus menyampaikan Khilafah sebagai ajaran Islam

Kami akan terus menyeru pelaksanaan Islam kaffah

Mengejar Cinta


Sekali lagi tentang cinta
Soalnya sedang jatuh cinta, untuk sebulan ini bahasannya cinta terus. Bukan sembarang cinta. Cinta terindah dan tertinggi.

Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah Bab 3  : Cinta kepada Allah dan Rasul Nya.
Para sahabat saling berlomba untuk menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah dan Rasulullah. Mereka  senantiasa  berlomba untuk mendapatkan kemuliaan ini karena ingin termasuk golongan orang-orang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.

Abu Thalhah, sedikitpun tak rela Rasulullah cedera
Ketika perang Uhud kaum Muslim berlarian meninggalkan Nabi saw. AbĂ» Thalhah sedang berada di depan Nabi saw., melindungi beliau dengan perisainya. AbĂ» Thalhah adalah seorang pemanah yang sangat cepat lemparannya. Pada saat itu ia mampu menangkis dua atau tiga busur panah. Kemudian ada seorang lelaki yang lewat. Ia membawa satu wadah anak panah kemudian berkata,  “Aku akan menebarkannya untuk AbĂ»Thalhah”. Kemudian Nabi saw. Berdiri tegak  melihat  orang-orang.  Maka  AbĂ»  Thalhah  berkata,  “Ya Nabiyullah, demi bapak dan ibuku, engkau jangan berdiri tegak, nanti panah orang-orang akan  mengenaimu. Biarkan aku  yang berkorban jangan engkau….” (Mutafaq ‘alaih)
Qais berkata: Aku melihat tangan AbĂ» Thalhah menjadi lumpuh, karena dengan tangannya itulah ia telah menjaga Nabi saw., pada  saat perang Uhud. (HR. al-Bukhâri).

Ali bin Abi Thalib, tetap berangkat jihad meski sakit teramat
Dari Sahal bin Sa’ad ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda pada Khaibar:
Berkata kepadaku Qutaibah bin Sa’Ă®d, berkata kepadaku Ya’kub bin Abdurrahman dari AbĂ» Hazim, ia berkata; Sahal bin Sa’ad ra. telah memberitahukan kepadaku bahwa Rasulullah saw.bersabda pada perang Khaibar, “Aku akan memberikan panji ini kepada seorang lelaki yang di atas tangannya Allah akan memberikan kemenangan. Ia telah mencintai Allah dan Rasul-Nya,Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya.” Berkata Sahal Bin Sa’ad, “Maka orang-orang pun pergi untuk tidur dan mereka bertanya-tanya di dalam hati mereka, siapakah di antara mereka yang akan diberikan panji oleh Rasulullah saw.” Ketika tiba waktu subuh, maka orangorang ramai menghadap Rasulullah saw. Semuanya berharap agar diberi panji oleh Rasulullah saw. Maka Rasul bersabda, “Dimanakah Ali bin Abi Thalib?” Dikatakan kepada Rasul, “Ia sedang sakit mata, Ya Rasulullah!” Kemudian  orang-orang pun mengutus seorang sahabat untuk membawa Ali bin Abi Thalib ke hadapan Rasulullah saw.  Kemudian Rasulullah  saw.  meludahi kedua  matanya  dan berdoa untuknya, maka sembuhlah ia hingga seolah-olah ia belum pernah sakit sebelumnya. Kemudian Rasul memberikan panji itu kepada Ali bin Abi Thalib. Lalu Ali berkata, “Ya Rasulallah!, aku akan memerangi mereka sampai mereka bisa seperti kita (memeluk Islam).”  Kemudian  Rasulullah  saw.  bersabda,  “Berangkatlah perlahan-lahan  hingga  engkau  berada  di  halaman  mereka, kemudian  ajaklah  mereka kepada  Islam  dan  kabarkan kepada mereka hak Allah yang merupakan kewajiban mereka. Maka demi Allah, sungguh jika Allah memberikan petunjuk kepada seorang manusia karena engkau, hal itu lebih baik bagi engkau daripada unta merah.” (Mutafaq ‘alaih)

Dua orang dari kalangan Anshar, padahal bukan orang-orang yang awal masuk Islam, namun kecintaan kepada Allah dan RasulNya sangat besar
Sesungguhnya Rasulullah saw. pada saat perang Uhud  telah terpojok sendirian bersama tujuh orang Anshar dan dua orangQuraisy (Muhajirin). Ketika musuh (kaum Musyrik) telah merangsek mendekati beliau, beliau bersabda, “Siapa yang bisa menolak mereka dari kita, maka ia akan masuk surga atau menjadi temanku di surga.” Maka majulah seorang laki-laki dari kaum Anshar lalu memerangi musuh hingga terbunuh. Kemudian musuh kembali merangsek mendekat. Beliau bersabda, “Siapa yang bisa menolak mereka dari kita, maka ia akan masuk surga atau menjadi temanku di surga.”Maka majulah seorang laki-laki dari kaum Anshar, lalu memerangi  musuh hingga ia terbunuh. Hal seperti itu terjadi berulang-ulang hingga terbunuhlah tujuh orang Anshar. Rasulullah bersabda kepada dua  sahabatnya (dari Muhajirin), “Kita tidak sebanding dengan para sahabat kita itu.”  (HR. Muslim )

Begitulah para sahabat ketika mendapat tawaran peluang pahala, meski resikonya kematian akan berlomba untuk menjadi yang terdepan. Bagi orang-orang yang beriman, ketaatan adalah wujud cinta kepada Allah dan RasulNya. Taat tanpa syarat. Kami mendengar, kami taat.

Bagaimana dengan kehidupan saat ini?
Berbicara tentang bagian dari ajaran Islam saja dikriminalkan
Bertakbir saja dituduh sebagai teroris
Menolak pemimmpin kafir dianggap intoleran
Berpegang teguh pada syariat dianggap makar

Demokrasi tidak mengijinkan seorang muslim untuk saat ini secara menyeluruh menerapkan ajaran Islam. Kapitalisme dengan akidah sekularnya membuat seorang muslim mengabaikan aturan Allah.

Maka untuk mengejar cinta membutuhkan system yang tepat, yaitu system Islam,sebagaimana dahulu dicontohkan Rasulullah, sebagaimana dahulu diteruskan para sahabat yang mulia. Khilafah.


Pare, 18 November 2017

Friday, 17 November 2017

Cinta Itu Diperjuangkan


Masih tentang cinta. Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah Bab 3  : Cinta kepada Allah dan Rasul Nya.

Di kelas berapa pun ketika murid ditanya, mau masuk surga atau neraka, semua menjawab mau masuk surga. Siapa yang mau masuk surga, pasti semuanya berlomba  angkat tangan.

Surga, satu di antara dua pilihan di akhirat kelak. Sebagai tempat dalam kehidupan yang abadi, hanya ada dua pilihan, surga atau neraka. Tidak ada yang lainnya. Surga, keridhaan Allah, ampunanNya, pahala adalah wujud kecintaan Allah SWT kepada hambanya. Tentu kecintaan Allah hanya diberikan kepada orang-orang beriman yang mencintai Allah pula, orang-orang yang taat pada seluruh perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Kembali pada murid-murid saya, memang benar semua menginginkan surga tapi tidak jarang kelakuan mereka bagaikan api jauh dari panggang. Tapi sedikit bisa memaklumi, mereka masih kecil-kecil belum baligh. Akal mereka belum sempurna, jadi wajar saja.

Bagaimana dengan kita?
Ketika ditanya apakah cinta kepada Allah ? Apakah cinta kepada Rasulullah? Apakah mau masuk surga?
Insya Allah untuk yang masih terdapat setitik iman dalam hatinya pasti menjawab ya.

Namun jawaban di mulut saja tidak cukup. Untuk mendapatkan cinta, ampunan, keridhaan Allah, serta syafaat Rasulullah membutuhkan pengorbanan dan perjuangan.

Maka menyeleraskan perbuatan kita sesuai dengan aturan dari Allah dan Rasulullah adalah sebuah kewajiban. Karena kecintaan tertingga seorang hamba adalah ridha dan taat dengan ketentuan Allah dan RasulNya.

Salat, puasa, zakat, haji, menutup aurat, menjauhi riba, menjauhi kemaksiatan, mssuk Islam secara kaffah adalah sebagian contoh di antara kewajiban-kewajiban yang ada.

Menjalani semua bidang kehidupan sesuai syariat juga sebuah kewajiban. Sistem ekonomi, sistem pergaulan, pendidikan, hukum, pemerintahan dsb seharusnya diatur sesuai dengan syariat.

Itu semua dilakukan sebagai wujud kecintaan kepada Allah dan Rasulullah, jadi cinta bukanlah  sebatas ucapan  di mulut.

Dan saat ini, untuk taat kepada Allah dan RasulNya memang membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Di saat syariat dicampakkan oleh kapitalisme yang mengambil akidah sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan, mengabaikan aturan agama dalam kehidupan) senagai keyakinan dan pijakan, maka orang yang berpegang teguh pada ajaran Islam ibarat orang yang terasing. Oleh karena itu, kecintaan kita kepada Allah dan RasulNya harus direalisasikan dalam kehidupan. Yaitu dengan menerapkan aturan Allah dan RasulNya dalam kehidupan, semua dilakukan semata karena cinta kepada Allah dan RasulNya.

Katakanlah, “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteriisteri, kaum keluargamu,  harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah  dan  Rasul-Nya  dan  (dari)  berjihad  di  jalan-Nya,  maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.”Dan Allah tidak  memberi  petunjuk kepada  orang-orang  fasik.  (TQS.  atTaubah [9]: 24).

Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullahsaw. Tentang kiamat. Ia berkata, “Kapan terjadinya kiamat ya Rasulullah?” Rasul berkata, “Apa yang telah engkau siapkan untuknya?” Laki-laki itu berkata, “Aku tidak menyiapkan apa pun kecuali sesungguhnya aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Rasul saw. berkata, “Engkau bersama apa yang engkau cintai.” Anas berkata; Kamitidak pernah merasa bahagia dengan sesuatu pun yang membahagiakan kami seperti bahagianya kami dengan perkataan Nabi, “Engkau bersama apa  yang engkau  cinta”,  Anas  kemudian  berkata, “Maka aku mencintai Nabi, AbĂ» Bakar, dan Umar. Dan aku berharap akan bersama  dengan  mereka  karena  kecintaanku  kepada  mereka meskipun  aku  belum  bisa beramal seperti  mereka.”  (Mutafaq ‘alaih)


Ada tiga perkara, siapa saja yang memilikinya ia telah menemukanmanisnya iman. Yaitu orang yang  mencintai Allah danRasul-Nya lebih dari yang lainnya; orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah; dan orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan  ke Neraka.  (Mutafaq ‘alaih)

Irfan, Rina dan Uus



Rina memutuskan melepas kerudung membuka aurat
Irfan menyesalkan keputusan Rina
Uus mendukung keputusan Rina

Tak perlu bingung dengan sikap para seleb, toh mereka bukan teladan terbaik dalam kehidupan. Cukup Rasulullah saw saja sebagai teladan dan panutan, cukup Allah dan Rasulullah sebagai pedoman untuk menilai.

Tidak menutup aurat maka tidak mengikuti perintah Allah dalam Quran surah Annur ayat 31
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

Tidak menutup aurat berarti mengabaikan peringatan Rasulullah dalam sebuah haditsnya
“Sesungguhnya seorang anak perempuan jika telah haid (baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali wajah dan kedua tangannya hingga pergelangan tangan.” (HR AbĂ» Dâwud).

Saling mengingatkan dalam kebaikan adalah kewajiban sesama mukmin, surah at taubah ayat 71 :
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana

Sedangkan orang munafik menyeru yang mungkar dan mencegah kebaikan.. surah at taubah ayat 67
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya . Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.

Semoga kita menjadi orang-orang yang beriman, taat pada aturan, menyerukan kepada kebaikan, mencegah pada kemungkaran. Amin.


Pare, 17 November 2017


Wednesday, 15 November 2017

Kami Bukan Pengkhianat Negeri



Di HTI kami tidak diajari korupsi
Di HTI kami tidak diajari mencuri
Di HTI kami tidak diajari menjual aset negeri

Di HTI kami diajari untuk peduli
Di HTI kami diajari untuk berbagi
Di HTI kami diajari untuk memperbaiki diri

Di HTI kami diajak berjuang
Di HTI kami kami tidak dijanjikan uang
Di HTI kami diajak mengingatkan karena rasa sayang

Di HTI kami diajak untuk taat syariah
Di HTI kami dikenalkan hukum Allah
Di HTI kami diajak meneladani Rasulullah

Bersama HTI kami berdakwah
Bersama HTI kami menyampaikan khilafah
Bersama HTI kami mewujudkan Islam sebagai rahmah

Adakah dari itu semua yang membahayakan?
Adakah ajakan yang mengarah pada kejahatan?
Adakah kegiatan yang merugikan?

Bisa jadi,
Perjuangan HTI membahayakan pemalak negeri
Perjuangan HTI membahayakan kekuasaan penguasa dengki
Perjuangan HTI membahayakan pemuja materi
Perjuangan HTI membahayakan liberalisasi ekonomi
Perjuangan HTI membahayakan proyek reklamasi
Perjuangan HTI membahayakan swastanisasi
Perjuangan HTI menakutkan bagi pencuri
Perjuangan HTI menakutkan bagi pelacur diri
Perjuangan HTI menakutkan perampok potensi bumi

HTI boleh dibubarkan tapi dakwah tidak akan terhentikan
HTI boleh dimarjinalkan tapi perjuangan akan terus dilakukan


 Keterangan foto : seragam baru dari seorang donatur yang juga mengaji di Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), kami akan terus berbuat baik demi menyelamatkan negeri ini.


Pare, 15 November 2017


Thursday, 9 November 2017

Khilafah dan Demokrasi, Mana Yang Dibanggakan Nabi?

Sumber gambar : bringislamback.com

Cinta Kepada Allah dan RasulNya, adalah salah satu bab dalam buku Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah  yang ketika membahasnya selalu membuat termehek-mehek, haru, dan merasa sangat kecil kecintaan kepada Allah dan RasulNya jika dibandingkan dengan para sahabat Nabi. Sahabat dari kalangan Muhajirin dan Anshar berlomba memberikan yang terbaik untuk Allah dan RasulNya, berlomba menjadi yang tercepat ketika ada tawaran peluang menuju surga. Tanpa berpikir panjang para sahabat selalu menjadi yang terdepan untuk taat kepada Allah dan RasulNya. Itu semua dilakukan karena semata-mata mencintai Allah dan RasulNya. Cinta bermakna taat, mengharapkan ridla dan ampunan dari Allah. Ridla dengan semua perintah dan larangan keduanya.  Cinta para sahabat Nabi kepada Allah dan RasulNya memang tidak diragukan lagi. Cinta para sahabat kepada Nabi tidak ada duanya.

Namun ketika Rasullah saw meninggal, bukannya mendahulukan pemakaman Rasulullah, para sahabat lebih mendahulukan mencari pengganti Rasulullah. Rasulullah sebagai nabi memang tak tergantikan, tetapi rasulullah sebagai pemimpin umat Islam harus digantikan. Maka sejak itulah umat Islam dipimpin oleh seorang khalifah, dengan system pemerintahannya bernama khilafah. Khalifah bermakna pemimpin umat Islam pengganti dan penerus Rasulullah saw. Khilafah terus ada hingga dihapus Mustafa Kemal Pasha pada tahun 1924, Khilafah Utsmaniyah di Turki menjadi khilafah terakhir, insya Allah akan digantikan dengan khilafah ‘ala minhajinnubuwwah.

Khilafah, satu-satunya system pemerintahan yang diwariskan Rasulullah, yang menjadi satu-satunya pilihan para sahabat untuk terus dijalankan. Bukan yang lainnya. Khilafah adalah bagian dari ajaran Islam yang membahas tentang system pemerintahan, khilafah bukanlah sebuah ideology seperti yang dituduhkan orang-orang fasik, munafik dan kafir seperti saat ini. Para ulama sepakat, menegakkan khilafah adalah sebuah kewajiban.

Khilafah itu bukan ideology, khilafah adalah bagian dari ideology Islam. Sebagaimana pula demokrasi, demokrasi itu bukan ideology namun menjadi pilihan system pemerintahan dalam ideology kapitalisme. Dengan demokrasi, kapitalisme terus langgeng.

Ada perbedaan mendasar antara khilafah dengan demokrasi. Dalam khilafah kedaulatan ada dalam hukum syariat. Yang menentukan benar salah, baik buruk adalah syariat Allah dan RasulNya. Bukan hawa nafsu manusia juga bukan suara mayoritas manusia. Meski kedaulatan di tangan syariat pelaksana kekuasaan dalam khilafah adalah manusia. Manusia berkuasa di bumi untuk menerapkan aturan Allah dan RasulNya.

Berbeda dengan demokrasi, dalam demokrasi kedaulatan dan kekuasaan ada pada rakyat, meski ini hanya jargon saja karena faktanya bukan rakyat yang menentukan kebijakan, para pemilik modal melalui  penguasa boneka yang menentukan kebijakan. Sebanyak apapun suara mayoritas, itu tidak akan berarti jika disandingkan dengan kepentingan kaum kapitalis. Dalam demokrasi manusia sah membuat hukum sesuai keinginan dan ini sejalan dengan akidah ideology kapitalisme, sekularisme. Memisahkan agama dari kehidupan. Jangan membawa-bawa agama dalam kehidupan bernegara. Jangan mencampuradukan agama dengan kekuasaan. Jangan mengatur kehidupan dengan syariat Islam, atau dengan kata lain syariat Allah dan RasulNya tidak layak diterapkan dan diperjuangkan penerapannya.

System khilafah dan demokrasi bagaikan langit dan bumi, ada banyak hal substansial yang harus dipahami. Namun sebagai seorang muslim layak bertanya dan berpikir, kelak yang dibanggakan Nabi di akhirat apakah umatnya yang berjuang untuk menegakkan khilafah atau umatnya yang melanggengkan demokrasi ?

Wallahu a’lam bishawab

Pare, 9 November 2017




Wednesday, 1 November 2017

Allah, Malaikat dan CCTV


Akhirnya cctv terpasang di masjid Darul Falah Tulungrejo Pare. Salah satu faktor dipasangnya cctv adalah kasus pencurian di dalam masjid. Tak tanggung- tanggung, pencurian saat salat jamaah berlangsung. Juga dimanfaatkannya masjid untuk keperluan yang tidak syar'i (ngobrol sampai larut malam, buat janjian lawan jenis yang belum tentu halal), juga dicurinya inventaris masjid.

Ada banyak kamera yang terpasang, tidak hanya di dalam masjid, namun juga di luar masjid. Maka secara otomatis lingkungan sekolah juga terpantau. Yang jelas karena kelas saya di masjid, juga termasuk yang terpantau kamera. Memang agak risih karena nyata terpantau kamera, tapi tidak apalah. Lagian lumayan bisa "menakut-nakuti" siswa. Karena sebelumnya sering terjadi tindakan usil, yang paling sering adalah menyembunyikan sepatu teman, atau bertengkar saat tidak dalam pantauan guru.

Dan lumayan berpengaruh, di antara siswa mulai ada kasak-kusuk : " Awas lho ana cctv, nek nakal konangan".

Tapi sebenarnya juga prihatin, hanya karena ada cctv akhirnya berhati-hati. Padahal tidak semua tempat terpantau dengan jelas. Kita lupa ada dzat Yang Maha Melihat, kita lupa ada malaikat yang pasti mencatat. Keyakinan kepada Allah dan malaikat di saat suasana keimanan begitu rendah memang berpeluang terjadi saat sistem yang diterapkan adalah sistem kapitalisme dengan sekularisme sebagai akidahnya. Memang Tuhan sebagai pencipta tidak diingkari, namun aturanNya tidak dipatuhi.

Berbeda dalam sistem Islam, dimana suasana keimanan (jau'il iman) akan terjaga. Karena aturan yang diterapkan berasaskan akidah Islam, keyakinan bahwa setiap kebaikan dan keburukan sekecil apapun pasti ada balasannya, sanksi tegas diterapkan, kontrol individu, jamaah dan negara saling bersinergi. Sistem yang memperlakukan manusia sesuai fitrahnya. Memanusiakan manusia, bukan malah mengumbarnya dalam kebebasan.

Dan sistem tersebut adalah khilafah, sistem warisan Rasulullah. Kewajiban bagi umat Islam untuk berjuang mewujudkannya. Janji Allah yang pasti terwujud, tegaknya khilafah tidak akan bisa dibendung manusia siapapun dia. Yang berusaha menghalanginya hanya akan sia-sia.

Pare, 1 November 2017