travel.kompas.com
3.
Kamuflase Komunitas
Homoseksual, Bersembunyi Di Balik Seni
Para penyuka sesama jenis gay tidak semuanya identik dengan kaum yang
lemah gemulai, tak jarang yang penampakan fisiknya macho, namun tak bisa
dipungkiri keberadaan mereka tak terlepas dari “pasangan” yang berstatus
sebagai lawan jenis, pasangan mereka inilah yang lahir dari salahnya jalan yang
mereka pilih. Yang berawal sebagai korban namun tak punya kesadaran untuk
segera bertaubat dan segera berlepas dari komunitas salah akan terus berputar
kembali mencari mangsa. Yang salah jalan memilih dunia feminism terus lestari
dengan kegiatan bermotif seni. Karnawal peragaan busana, fashion show, parade
busana yang dinisbatkan sebagai kreatifitas tak jarang menjadi topeng
eksistensi kaum homoseksual. Maka tak heran jika mereka seringkali menginisiasi
kegiatan semacam ini. Lihat saja, mereka kaum lelaki yang begitu bangganya
tampil dengan busana wanita, tampil lemah gemulai.
Ada pula yang berlindung di balik topeng seni tari, baik tarian adat
maupun modern. Memang tak semuanya otomatis menjadi penyuka sesama jenis, akan
tetapi ini adalah jalan untuk sedikit demi sedikit mengubah perilaku mereka
yang maskulin menjadi feminine. Bahkan eskistensi mereka pun juga merambah
dunia perfilman. Memang sulit diendus, namun keberadaan mereka terlihat dari
jalan cerita sebuah film, baik mereka sendiri yang membuat atau bisa dibuat
oleh para pendukung kebebasan, termasuk bebas menyukai sesama jenis. Film
adalah alat propaganda ampuh untuk membentuk opini di tengah masyarakat, dengan
film mereka berharap masyarakat semakin mengenal mereka dan pada akhirnya
menerima keberadaan mereka.
Melalui agenda seni, mereka berusaha menutupi penyimpangan yang
dilakukan, mencari dalih bahwa keberadaan mereka tidak mengganggu bahkan
menjadi kaum yang kreatif dan berjiwa seni, masih bisa bertahan hidup, masih
bisa berprestasi dalam sudut pandang mereka. Benarkah ini adalah prestasi yang
layak dibanggakan? Tidak.
Memang bukan seninya yang salah, selama tidak melanggar hukum syara’
tidak masalah terlibat dalam aktivitas seni. Namun tidak dengan kaum gay yang
tak sedikit berkecimpung di dunia seni, hampir semua aktivitas seni yang mereka
lakoni melanggar hukum syara’,
menyerupai lawan jenis hukumnya haram, menyukai sesama jenis apapun
topengnya juga haram. Harus ada komitmen untuk kembali kepada kodrat Allah,
Allah menciptakan manusia dengan fitrah menyukai lawan jenis. Jenis kelamin
yang diakui dalam hukum syara’ hanya 2, bukan 3. Jika pun ada yang berkelamin
ganda maka medis akan menentukan alat kelamin yang dominan, dan hakim pun akan
menetapkan jenis kelamin yang akan digunakan sebagai identitas selanjutnya,
jadi bukan sekehendak diri mengubah tubuh. Tidak pula sekehendak hati menuruti
hawa nafsu. Melampiaskan nafsu dengan cara maksiat.
Alternatif tulisan lanjutan, silakan jika ada yang melanjutkan
4.
Waspadai Komunitas Kaum
Menyimpang (Sejatinya jiwa mereka pengecut, beraninya rame-rame dan mewarisi
sifat iblis, tak mau masuk neraka sendiri)
5.
Homoseksual Itu Pilihan
Bukan Paksaan Apalagi Anugrah Terindah Dari Tuhan (Omong kosong jika ini adalah
takdir Tuhan, mereka hanya menjalani garis kehidupan, dimana iman kepada qadla
dan qadar)
6.
Sadarlah, Mereka Itu Jahat
Sekali, Tak Ada Kebaikan Tulus (kebaikan mereka selalu berbalut akal bulus,
terus mencari korban dan kemarahan mereka begitu kejamnya, melebihi binatang,
studi kasus mutilasi dan pembunuhan kaum homo)
7.
Homoseksual Semakin Eksis
dalam sistem kapitalis (sudah jadi bawaan sistem ini, merusak umat manusia dari
seluruh sisi kehidupan)
8.
Hanya Hukuman Mati Yang
Bisa Menghentikan (hanya mungkin terjadi dalam sistem khilafah)