Tidak hanya satu dua kali ketika
bepergian saat naik bis, langsung ditanya : “ Mengajar dimana?”. Jadi mikir ,
kenapa bisa langsung ditanya seperti itu. Mungkin melihat saya bersepatu formal jadi menebak kalo saya
mengajar. Memang kemana-mana lebih sering bersepatu, bukan karena pamer tapi
memang punyanya sepatu. Sandal juga punya, tapi punyanya sandal jepit. Pernah
punya sandal yang lumayan harganya, hilang sebelah terbawa aliran air saat
bertamu, memang hujan sangat deras, tidak menduga akan hilang sebelah, mau beli
lagi mikir-mikir anggaran. Dan karena memang lebih sering membutuhkan sepatu
akhirnya memilih beli sepatu lebih dari satu. Saat ini memiliki dua pasang
sepatu hitam dan sepasang sepatu coklat. Alhamdulillah semuanya beli di Pare
saja, murah meriah tapi awet bertahun-tahun. Tinggal rajin menyemir saja.
Ya, sepatu produk local. Bukan
sepatu impor, bukan sepatu bermerk dengan harga selangit. Namun kualitasnya
insya Allah bisa bersaing. Lebih memilih sepatu Pare, selain harganya
terjangkau, kualitas bisa diandalkan juga sebagai bukti bahwa masih peduli
dengan produk dalam negeri.
Bimbo pernah punya lagu :
“Aku cinta anda cinta buatan
Indonesia”
Masihkah berlaku?
Dulu Wapres pernah
mengkampanyekan sepatu local terutama di kalangan pejabat, sekarang seberapa
banyak pejabat yang masih bertahan? Seberapa banyak masyarakat yang tidak
tergoda dengan produk impor yang murah harganya ?
Maka jika menggunakan produk
dalam negeri dijadikan sebagai salah satu indicator cinta negeri, jangan
meragukan besarnya cinta pada negeri ini. Mungkin dari seluruh barang,
hanya 25% saja barang yang saya miliki
adalah produk luar negeri. Selama masih ada produk dalam negeri, ya lebih memilih
buatan dalam negeri. Memang mubah-mubah saja, mau milih yang mana.
Memang mengukur cinta pada negeri
ini hanya sebatas pada produk yang digunakan tidaklah menjamin. Kecintaan pada
negeri ini cukup dibuktikan dengan seberapa banyak kepedulian kita akan
keselamatan penduduk negeri ini di dunia dan akhirat. Di dunia melaksanakan
syariat Allah Al Khaliq Al Mudabbir, di akhirat mempertanggungjawabkan apa yang
telah dilakukan di dunia. Mengajak untuk menyembah hanya kepada Allah, menjauhi
syirik. Mengajak untuk manusia untuk terikat pada aturan Allah bukan malah
mengabaikannya. Mengajak untuk menutup aurat, mengajak menjauhi minuman keras,
mengajak menjauhi zina, mengajak meninggalkan riba, mengajak untuk mengelola
negeri ini sebagaimana Rasulullah meneladankan. Memberikan semua tenaga, waktu,
pikiran dan harta untuk kemaslahatan umat manusia. Meluangkan waktu untuk
kepentingan umat, mencurahkan pikiran demi kepentingan umat manusia,
menyumbangkan harta untuk ketaatan, mempersembahkan ilmu untuk melakukan perubahan.
Tidak egois, tidak individualis, tidak matrealistis. Berpikir jauh ke depan
hingga akhirat. Menyelamatkan diri dari adzab neraka yang pedih dan mengajak
orang lain untuk melakukan hal yang
sama. Tidak meninggalkan kepentingan dunia, tidak melalaikan akhirat.
Jadi, jangan pertanyakan betapa
besarnya cinta ini dengan negeri ini. Kurang suka dengan jargon klise : jangan
bertanya apa yang telah Negara berikan, tetapi apa yang sudah kita berikan
untuk Negara ini.
Bandingkan dengan mereka yang
ngakunya pejabat yang sering koar-koar pentingnya mencintai negeri ini namun
lebih memihak asing. Belanja, liburan, cek kesehatan semuanya mengandalkan luar
negeri. Gengsi jika hanya berkutat di dalam negeri.
Bandingkan dengan mereka yang
sering berdalih NKRI harga mati, seberapa besar mereka berjuang mengusir asing
yang menjajah perekonomian negeri ini, seberapa besar upaya mereka menangkal
pemikiran-pemikiran asing yang diambil dari Barat. Seberapa besar usaha mereka
mencintai produk dalam negeri. Seberapa besar pengorbanan mereka demi masa
depan negeri ini, seberapa besar pengorbanan mereka menjaga generasi agar
selamat di dunia hingga akhirat. Seberapa besar perjuangan mereka untuk
menjadikan penerapan Islam kaffah terjadi negeri ini.
Sudahlah, tidak ingin menghitung
seberapa banyak pengorbanan yang telah dilakukan. Tidak pula ingin menghitung
amal orang lain, pastikan saja amal yang kita lakukan menjadi amal terbaik,
ahsanu amal. Benar sesuai dengan syariat Allah yang dibawa Rasulullah dan
ikhlas lillahi ta’ala.
Jangan pedulikan celaan dari
orang-orang yang suka mencela
Jangan pedulikan fitnah murahan orang-orang
hanya menjadi boneka
Jangan teralihkan mengurusi para
pion belaka
Jangan pedulikan ancaman dari orang
yang sok berkuasa
Sabarlah memahamkan mereka
Jangan terpancing dengan keruhnya
suasana
Tetaplah berpijak pada metode
yang telah ada teladannya
Terus memohon agar istiqamah di
jalan yang kebenarannya telah nyata
Menyerahlah hanya karena nyawa
telah diminta
Cirebon, 9 April 2017
No comments:
Post a Comment