Sunday 9 April 2017

Sepatu Pare Main ke Cirebon : Jangan Pertanyakan Betapa Cinta dengan Negeri ini.



Tidak hanya satu dua kali ketika bepergian saat naik bis, langsung ditanya : “ Mengajar dimana?”. Jadi mikir , kenapa bisa langsung ditanya seperti itu. Mungkin melihat saya  bersepatu formal jadi menebak kalo saya mengajar. Memang kemana-mana lebih sering bersepatu, bukan karena pamer tapi memang punyanya sepatu. Sandal juga punya, tapi punyanya sandal jepit. Pernah punya sandal yang lumayan harganya, hilang sebelah terbawa aliran air saat bertamu, memang hujan sangat deras, tidak menduga akan hilang sebelah, mau beli lagi mikir-mikir anggaran. Dan karena memang lebih sering membutuhkan sepatu akhirnya memilih beli sepatu lebih dari satu. Saat ini memiliki dua pasang sepatu hitam dan sepasang sepatu coklat. Alhamdulillah semuanya beli di Pare saja, murah meriah tapi awet bertahun-tahun. Tinggal rajin menyemir saja.

Ya, sepatu produk local. Bukan sepatu impor, bukan sepatu bermerk dengan harga selangit. Namun kualitasnya insya Allah bisa bersaing. Lebih memilih sepatu Pare, selain harganya terjangkau, kualitas bisa diandalkan juga sebagai bukti bahwa masih peduli dengan produk dalam negeri.

Bimbo pernah punya lagu :
“Aku cinta anda cinta buatan Indonesia”
Masihkah berlaku?

Dulu Wapres pernah mengkampanyekan sepatu local terutama di kalangan pejabat, sekarang seberapa banyak pejabat yang masih bertahan? Seberapa banyak masyarakat yang tidak tergoda dengan produk impor yang murah harganya ?

Maka jika menggunakan produk dalam negeri dijadikan sebagai salah satu indicator cinta negeri, jangan meragukan besarnya cinta pada negeri ini. Mungkin dari seluruh barang, hanya  25% saja barang yang saya miliki adalah produk luar negeri. Selama masih ada produk dalam negeri, ya lebih memilih buatan dalam negeri. Memang mubah-mubah saja, mau milih yang mana.

Memang mengukur cinta pada negeri ini hanya sebatas pada produk yang digunakan tidaklah menjamin. Kecintaan pada negeri ini cukup dibuktikan dengan seberapa banyak kepedulian kita akan keselamatan penduduk negeri ini di dunia dan akhirat. Di dunia melaksanakan syariat Allah Al Khaliq Al Mudabbir, di akhirat mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan di dunia. Mengajak untuk menyembah hanya kepada Allah, menjauhi syirik. Mengajak untuk manusia untuk terikat pada aturan Allah bukan malah mengabaikannya. Mengajak untuk menutup aurat, mengajak menjauhi minuman keras, mengajak menjauhi zina, mengajak meninggalkan riba, mengajak untuk mengelola negeri ini sebagaimana Rasulullah meneladankan. Memberikan semua tenaga, waktu, pikiran dan harta untuk kemaslahatan umat manusia. Meluangkan waktu untuk kepentingan umat, mencurahkan pikiran demi kepentingan umat manusia, menyumbangkan harta untuk ketaatan, mempersembahkan ilmu untuk melakukan perubahan. Tidak egois, tidak individualis, tidak matrealistis. Berpikir jauh ke depan hingga akhirat. Menyelamatkan diri dari adzab neraka yang pedih dan mengajak orang lain  untuk melakukan hal yang sama. Tidak meninggalkan kepentingan dunia, tidak melalaikan akhirat.

Jadi, jangan pertanyakan betapa besarnya cinta ini dengan negeri ini. Kurang suka dengan jargon klise : jangan bertanya apa yang telah Negara berikan, tetapi apa yang sudah kita berikan untuk Negara ini.

Bandingkan dengan mereka yang ngakunya pejabat yang sering koar-koar pentingnya mencintai negeri ini namun lebih memihak asing. Belanja, liburan, cek kesehatan semuanya mengandalkan luar negeri. Gengsi jika hanya berkutat di dalam negeri.

Bandingkan dengan mereka yang sering berdalih NKRI harga mati, seberapa besar mereka berjuang mengusir asing yang menjajah perekonomian negeri ini, seberapa besar upaya mereka menangkal pemikiran-pemikiran asing yang diambil dari Barat. Seberapa besar usaha mereka mencintai produk dalam negeri. Seberapa besar pengorbanan mereka demi masa depan negeri ini, seberapa besar pengorbanan mereka menjaga generasi agar selamat di dunia hingga akhirat. Seberapa besar perjuangan mereka untuk menjadikan penerapan Islam kaffah terjadi negeri ini.

Sudahlah, tidak ingin menghitung seberapa banyak pengorbanan yang telah dilakukan. Tidak pula ingin menghitung amal orang lain, pastikan saja amal yang kita lakukan menjadi amal terbaik, ahsanu amal. Benar sesuai dengan syariat Allah yang dibawa Rasulullah dan ikhlas lillahi ta’ala.

Jangan pedulikan celaan dari orang-orang yang suka mencela
Jangan pedulikan fitnah murahan orang-orang hanya menjadi boneka
Jangan teralihkan mengurusi para pion belaka
Jangan pedulikan ancaman dari orang yang sok berkuasa
Sabarlah memahamkan mereka
Jangan terpancing dengan keruhnya suasana
Tetaplah berpijak pada metode yang telah ada teladannya
Terus memohon agar istiqamah di jalan yang kebenarannya telah nyata
Menyerahlah hanya karena nyawa telah diminta

Cirebon, 9 April 2017


No comments:

Post a Comment