Cirebon menuju Purwokerto
Kebumen ,10 April 2017
Cirebon, 9 April 2017 dari stasiun menuju tempat tujuan,
naik taksi.
Sopirnya baru 2 bulan menjadi sopir taksi, asli Cirebon. Keluarganya
tinggal di Klaten. Sebelumnya sudah 22 tahun menjadi karyawan di bagian
sekuriti di salah satu cabang perusahaan Panasonic di Bekasi. Menceritakan awal
peralihan menjadi sopir, memboyong keluarganya dari Bekasi ke Cirebon, namun
keluarga tidak betah, akhirnya pindah ke Klaten ke keluarga istri dan
memutuskan untuk tetap jadi sopir taksi di Cirebon. LDR
Bercerita tentang banyaknya
perusahaan yang gulung tikar sebagai akibat serbuan barang impor terutama dari
Cina. Barang dari Cina bisa dengan mudah didapatkan masyarakat dengan harga
yang sangat murah, masalah kualitas jangan ditanyakan, rendah. Sempat terucap
tentang rasa pesimisnya bagaimana nasib generasi yang akan datang jika asing
terus menggerogoti perekonomian dalam negeri, barang-barang yang sepele semisal
jarum dan peniti saja sudah dikuasai asing, bagaimana nasib industri dalam
negeri.
Lanjut tentang masalah angkutan
transportasi umum aplikasi online. Memang di Cirebon belum ada, masih bisa mengajukan
penolakan. Namun Bapak ini menyadari, memang suatu saat nanti harus
menyesuaikan. Mengakui system aplikasi
online sangat memudahkan penumpang. Ngomongnya ngalor ngidul ngetan ngulon.
Serbuan barang dari Cina bukanlah
sesuatu yang mendadak ada, jauh-jauh hari sudah ada ACFTA dan ini legal. Kebijakan
yang disetujui oleh penguasa, penguasa yang dipilih rakyat, penguasa yang saat
kampanye katanya akan menyejahterkan rakyat. Omong kosong, penipu. Sungguh penguasa
yang dzalim semacam ini akan berat siksa di akhirat kelak.
Hizbut Tahrir Indonesia sebagai
partai politik akan terus mengingatkan. Berdakwah menyampaikan bagaimana
politik Islam bagaimana seharusnya pemerintah mengurus rakyatnya, bagaimana
seharusnya system perekonomian dijalankan. Termasuk pula mengingatkan bahaya
ACFTA, bahaya MEA. Mengapa penguasa begitu tega mengambil kebijakan dzalim,
mengapa secara sistemik Negara begitu leluasa mendzalimi rakyat, begitu mudahnya
memberikan potensi negeri ini kepasa Asing penjajah, baik itu Cina maupun Negara-negara
Barat pengusung ideology kapitalisme. Silakan dicek di website resmi HTI : www.hizbut-tahrir.or.id
Tidak hanya mengingatkan masalah
di bidang ekonomi, Hizbut Tahrir juga sering menyampaikan nasehat dan muhasabah
di bidang yang lain. Ini semua bukan karena ada pihak-pihak yang berkepentingan
yang menyetir gerak dakwah HTI, bukan. Ini semua dilakukan demi kecintaan
kepada negeri ini, cinta hingga mati, tak akan rela melihat bumi pertiwi
semakin karut-marut karena penguasa yang dzalim, penguasa kapitalis yang
mengabaikan syariat Allah.
Jadi jika ada yang bilang dakwah
dalam rangka melanjutkan kehidupan Islam ini sebagai bentuk pengkhianatan
adalah tuduhan yang sangat keji, tuduhan tanpa bukti. Tuduhan murahan.
Jika ada yang menuduh dakwah ini
hanya omong kosong belaka harusnya berpikir lebih mendalam lagi. Hizbut Tahrir
adalah partai politik, kiyan fikri /intitusi pemikir, bukan kiyan tanfidi/
institusi pelaksana. Partai politik berkewajiban amar makruf nahi munkar, bukan
eksekutor pelaksana. Negara lah yang mempunyai wewenang untuk menerapkan
aturan. Negara lah yang seharusnya menjadi pihak yang memastikan semua urusan rakyat
terpenuhi.
Insya Allah, hingga saatnya
nanti, dakwah untuk mengingatkan, mengajak, dan terus menerapkan Islam kaffah
akan terus berlangsung. Dakwah menguatkan akidah, mengajak terikat pada hokum syara’,
dakwah melanjutkan kehidupan Islam, mengenalkan system pemerintahan Islam, system
pergaulan dalam Islam, system perekonomian Islam, system keuangan Negara khilafah,
system sanksi, system peradilan, system pendidikan dan seterusnya akan tetap
dilakukan.
Dan jika saat ini tengah ada
kampanye pengenalan panji Rasulullah, itu hanya satu dari sekian banyak target
dakwah, mengenalkan panji Rasulullah, panji tauhid, panji yang pernah
menyatukan umat Islam. Agar umat semakin mengenal Islam, agar umat semakin
rindu dengan warisan Rasulullah, agar umat ingat dan rindu persatuan umat
Islam.
No comments:
Post a Comment