Melihat-lihat
daftar nilai UTS siswa kelas 5 dan 6. Di kolom keterangan diisi dengan :
tuntas atau belum tuntas. Tuntas jika
sama atau lebih besar dari KKM. Awalnya tidak penasaran, tapi setelah membuka
beberapa nama, ada yang sedikit aneh. Dua mata pelajaran yang hampir semuanya
belum tuntas. Matematika dan Bahasa Arab. Kebetulan letaknya berurutan jadi
terlihat mencolok jika dua pelajaran tersebut sama-sama belum tuntas padahal
pelajaran lainnya tuntas. Di MI ada 14 mapel yang diujikan.
Ketika
mengajar menyempatkan bertanya : “
Pelajaran apa yang paling sulit?”, dua kelas yang saya ajar sama-sama kompak
bilang matematika dan bahasa arab.
Matematika
Tak
hanya siswa yang merasa kesulitan
Saya
yang mengajar pun kadang bingung setengah mati, bagaimana caranya biar siswa paham.
Tapi
tidak sepenuhnya siswa tidak paham. Ketika menjelaskan dan memberi soal,
alhamdulillah siswa bisa. Tapi ketika ujian akhir semester seolah apa yang
mereka pahami sebelumnya menguap begitu saja. Seolah tak bisa bertahan dalam
memori mereka.
Paling
pusing jika mengajar siswa kelas akhir
6, 9, dan 12. Materi yang seharusnya tinggal pendalaman, persiapan ujian
akhir sekolah tapi ternyata materi dasar sama sekali tidak ingat. Jadi siswa
hanya menguasai materi sesaat saja.
Atau
ketika berupa materi aplikasi soal cerita, hanya memandangi soal tanpa berbuat
apapun, bingung kata mereka.
Kasihan
siswa saat ini, pikiran mereka rusak dengan hal-hal negatif.
Tontonan
TV yang tak mendidik, syair lagu yang tak bermakna, game yang merusak konsentrasi serta minat belajar, budaya membaca, mutholaah dan
murajaah yang tergerus oleh gadget,
lingkungan yang rusak. Sehingga tak ada ruang dalam memori siswa
kebaikan-kebaikan yang kontinyu.
Sebenarnya
matematika tidak sulit jika siswa mau berjuang untuk berusaha paham (memastikan
tidak bingung ketika guru menjelaskan), sering latihan, sering membaca dan
mengerjakan soal, baik yang mudah maupun
sulit. Dan yang tak boleh dilupakan adalah sabar dalam belajar. Tidak putus asa.
Bahasa Arab
Sedikit bisa memaklumi, karena memang bukan bahasa ibu.
Namun
karena tidak disertai pemahaman pentingnya bahasa arab, kewajiban muslim
memahami al quran dan hadits yang berbahasa arab ditambah lagi tidak masuk
ujian nasional, jadilah pelajaran bahasa Arab hanya sebagai hiasan.
Belajar
Bahasa Arab, membutuhkan perjuangan dan pengorbanan
Ga
bisa ngomong banyak tentang bahasa Arab, dari dulu belajar nahwu sharaf belum
pernah tuntas
Semoga
masih bisa untuk terus belajar.
Terus
belajar matematika, bahasa Arab dan
ilmu-ilmu lain, serius tapi santai tapi tidak santai-santai saja.
Catatan tersimpan 25 Nov 2014
Tadi malam lihat talk show di tv, grup idol remaja yang
konser hampir tiap malam dan fans nya
pun rela mengeluarkan kocek hingga puluhan juta rupiah.
Yakin seyakinnya, apa yang mereka perbuat hanya sia-sia
belaka
Katanya untuk memotivasi tapi sebenarnya hanya merusak pemikiran remaja
Takkan bisa mencetak remaja yang bisa menyelesaikan
permasalahan hidup yang dihadapinya
Karena hidup tidak hanya menyanyi dan berhura-hura
Karena hidup harusnya untuk mencari bekal di alam baqa yang
konsekuensinya hanya surga atau neraka
Jadi, pastikan semua perbuatan sesuai dengan aturan Allah ta’ala agar kita bersama di surga
Pare, 28 Mei 2015