Wednesday 11 March 2020

Pemberdayaan Ekonomi Lelaki

Foto yang sudah sering dipakai di blog ini. 
Penjual buah keliling di Kampung Inggris, berjalan menuntun sepeda menyusuri kampung, sembari menawarkan buah yang dijual, selalu merasa terharu dengan usaha beliau

Kalau pemberdayaan ekonomi perempuan alias PEP sudah sering dengar kan?

Tapi jangan mau dikelabui, PEP itu hanya akal-akalan orang liberal kapitalis untuk merusak perempuan, keluarga dan umat Islam.

Bilangnya membantu perekonomian perempuan, membantu perekonomian keluarga, tapi sejatinya menghancurkan perempuan dan keluarga.

PEP itu akal bulusnya para pemilik modal agar terus muncul konsumen yang beruang, agar roda produksi barang dan jasa  yang mereka jalankan terus berputar. Agar tetap ada konsumen yang mempunyai daya beli. Maka diciptakanlah lapangan kerja seluasnya untuk perempuan, biar perempuan mandiri mengatur keuangan biar perempuan menjadi konsumen tanpa membebani lelaki.

Biar perempuan mudah dieksploitasi dibuatlah regulasi yang mendukung, biar nyambung dituntutlah perempuan sebagai pengambil kebijakan, ikut serta dalam regulasi peraturan, maka selanjutnya muncul tuntutan kuota perempuan 30:70 hingga planet 50:50. Jargonnya indah, karena perempuan yang paling tahu dengan masalah perempuan.

Tapi jangan lupakan prinsip hakiki dalam sistem kapitalisme, no free lunch. Tidak ada nilai kemanusiaan, akhlak bahkan ruhiyah dalam ideologi Kapitalisme. Yang ada hanya nilai manfaat dan materi. Begitu pula dengan program PEP yang digaungkan kaum feminis liberal yang diasuh  dan dibesarkan ideologi Kapitalisme.

PEP sejatinya hanya mencetak perempuan yang menstandarkan kehidupan pada materi, perempuan berdaya itu yang menghasilkan materi, perempuan berdaya itu yang mandiri, perempuan berdaya itu yang tak tergantung pada   wali atau suami. Dan sebaliknya, perempuan yang tak bekerja dianggap tak berdaya.

Tidak hanya mencetak perempuan yang terkontaminasi peradaban kapitalis, seperti biasa pengusung kapitalisme akan mencari keuntungan lebih, sambil menyelam minum air, sambil mengambil manfaat juga sekaligus menghancurkan perempuan. Peran perempuan yang tidak wajib mencari nafkah dibalik menjadi pihak yang seolah harus menjadi tulang punggung keluarga. Jelas ini merusak peran domestik  perempuan. Perempuan yang seharusnya konsentrasi mengatur rumah, mendidik anak, mendapatkan kemuliaan, wajib dijaga kehormatannya, dengan sukarela atau kadang terpaksa meninggalkan peran tersebut. Akibat terabaikannya peran domestik, yang mungkin terjadi adalah berkurangnya energi dan waktu perempuan untuk mengurus rumah, keluarga, anak dan suami. Akibat terburuknya adalah rusaknya rumah tangga. Anak kurang kasih sayang, perceraian, hingga terabaikannya hak dan kewajiban perempuan.


Lalu apakah perempuan tidak boleh memberdayakan diri secara ekonomi?Tidak ada larangan khusus. Perempuan tetap punya hak di sektor publik. Dia boleh berkarier, boleh cari uang, boleh sekolah, mencari ilmu, menyampaikan pendapat, bahkan juga tetap wajib melakukan dakwah untuk mewujudkan perubahan. Namun syarat dan ketentuan berlaku, selama tidak melanggar hukum syara'. Khusus untuk bekerja, tidak boleh mengubah status diri menjadi tulang punggung keluarga sehingga merasa berdosa ketika tak bekerja. Tetap posisikan suatu aktivitas sesuai ketetapan syara'. Bekerja mubah, jangan sampai mengorbankan yang wajib, jangan pula bercita-cita menggantikan posisi lelaki. Tetap memposisikan lelaki terutama suami sebagai pemimpin.


Kembali pada PEP, jangan sampai terjebak pada program PEP yang dinarasikan Barat. Sadari PEP bukanlah program gratis demi kebaikan perempuan, PEP dalam perspektif Barat jelas berbahaya. Bukan meninggikan derajat kaum wanita, malah menjerumuskan perempuan pada eksploitasi.

Jika benar peduli, harusnya lebih bersungguh-sungguh memastikan pemberdayaan ekonomi lelaki. Memastikan lelaki bisa mencari nafkah secara halal, membuka lapangan kerja seluasnya untuk lelaki, karena merekalah yang wajib mencari nafkah.  Inilah yang seharusnya dilakukan negara. Juga termasuk memberikan bantuan kepada setiap warganya yang mempunyai keterbatasan untuk mendapatkan sumber ekonomi, memberikan pos khusus kepada mereka yang berhalangan untuk mencari nafkah.

No comments:

Post a Comment