Thursday 12 March 2020

Kampanye Internasional: Beijing+25: Apakah Kedok Kesetaraan Gender Telah Terbongkar?




Siaran Pers

Divisi Muslimah Kantor Media Pusat Hizb ut Tahrir Meluncurkan Kampanye Internasional: Beijing+25: Apakah Kedok Kesetaraan Gender Telah Terbongkar?

Tahun 2020 menandai peringatan ke-25 Deklarasi dan Kerangka Aksi Beijing (BPfA), sebuah dokumen yang panjang lebar hasil dari konferensi dunia keempat PBB terkait Perempuan pada September 1995 di Beijing, Tiongkok. Tujuannya adalah untuk meningkatkan hak-hak kaum perempuan dan kehidupan mereka secara global melalui penegakkan Kesetaraan Gender di seluruh bidang kehidupan: politik, ekonomi, dan sosial, serta untuk menggabungkan perspektif gender ke dalam seluruh kebijakan, hukum, dan program di dalam negara-negara dunia, Dokumen ini dielu-elukan sebagai agenda yang paling visioner untuk pemberdayaan perempuan dan remaja perempuan secara internasional, serta sebagai kerangka kebijakan global dan cetak biru aksi yang paling komprehensif dalam merealisasikan kesetaraan gender dan hak-hak asasi manusia bagi kaum perempuan dan remaja perempuan di seluruh dunia.

Deklarasi ini diadopsi oleh 189 negara termasuk mayoritas pemerintahan di negeri-negeri Muslim, yang sepakat untuk mengimplementasikan komitmen-komitmen di dalam deklarasi tersebut di negera mereka dan mempromosikan agenda ini di tengah-tengah bangsa mereka, Tujuan-tujuan yang terkandung di dalam deklarasi ini dipromosikan secara besar-besaran di dalam berbagai negara dunia.

Selama puluhan tahun, konsep Kesetaraan Gender yang terkandung di dalam BPfA dan berbagai perjaanjian internasional lainnya telah menjadi penanda secara internasional atas negara-negara yang beradab dan progresif, serta menjadi ukuran seberapa baik negara-negara yang ada memperlakukan kaum perempuan.

Ide ini dianggap sebagai sebuah nilai universal yang harus dirangkul oleh semua orang terlepas dari keyakinan budaya atau keyakinan agama mereka. Padahal, konsep ini adalah gagasan yang dilahirkan oleh Barat yang berlandaskan atas doktrin sekuler Barat. Memang, ide ini dipandang oleh banyak pihak sebagai cara yang ampuh untuk memberdayakan seluruh perempuan, meningkatkan kualitas kehidupan perempuan, dan mencapai pembangunan bangsa.

Akibatnya, setiap kepercayaan, budaya, atau ideologi apapun yang berseberangan dengan ide kesetaraan gender ini akan dikecam dan dilabeli sebagai sesuatu yang anti perempuan, terbelakang, dan menindas. Hukum-hukum sosial dan keluarga Islam telah menjadi target utama dari tuduhan ini.  Rezim demi rezim di dunia Muslim berupaya untuk mereformasi atau menghapus hukum-hukum Islam di negeri mereka, dengan dalih untuk mengamankan hak-hak perempuan serta mencapai moderenisasi dan kemajuan. Namun kenyataannya, pemberlakuan intensif akan konsep Barat tentang kesetaraan gender di negara-negara mayoritas Muslim dan komunitas Muslim di seluruh dunia hanyalah cara lain yang digunakan oleh negara-negara kapitalis kolonial di dalam perjuangan ideologis mereka melawan Islam. Mereka juga ingin mencegah kebangkitannya di dunia Muslim sebagai sebuah sistem politik: yakni Khilafah yang berdasarkan metode kenabian, yang akan menantang hegemoni mereka dan mengancam kepentingan mereka di dunia. Memang, pernikahan antara feminisme dan kolonialisme telah lama berlangsung.



Deklarasi BPfA telah berusia duapuluh lima tahun, dan agendanya yang intensif untuk semakin mendorong perkara kesetaraan gender secara global, namun masalah-masalah politik, ekonomi, lingkungan, dan sosial yang dihadapi oleh kaum perempuan di seluruh dunia, termasuk di negeri-negeri Muslim, semkain memburuk hari demi hari. Janji-janji tentang membawakan pemberdayaan dan kemajuan bagi kehidupan perempuan belum juga dipenuhi.

Oleh karena itu, pada bulan Maret ini, Divisi Muslimah Kantor Media Pusat Hizb ut Tahrir meluncurkan sebuah kampanye global berjudul Beijing+25: Apakah Kedok Kesetaraan Gender Telah Terbongkar? yang akan mencapai puncaknya pada peluncuran sebuah buku tentang masalah ini dalam seminar perempuan yang akan diselenggarakan di berbagai negara di seluruh dunia, insya Allah.

Kampanye ini bertujuan untuk menentang narasi dominan tentang Kesetaraan Gender dan klaim-klaimnya dalam memajukan hak-hak kaum perempuan dan kemajuan bangsa; menjelaskan benarkah kesetaraan gender merupakan sebuah nilai yang universal; membahas penyebab kegagalan dari kebijakan-kebijakan dan undang-undang tentang kesetaraan gender dalam meningkatkan kehidupan perempuan; menjelaskan akar penyebab yang sistemik dan ideologis dari banyaknya permasalahan yang dihadapi perempuan saat ini; membongkar agenda yang sebenarnya di balik Deklarasi Beijing dan perjanjian-perjanjian perempuan internasional lainnya.



Kampanye ini juga akan menjelaskan bagaimana cetak biru Islam yang komprehensif dan unik tentang prinsip-prinsip, hukum, dan sistem secara terperinci, sebagaimana diimplementasikan oleh sistem politiknya yaitu Khilafah yang berdasarkan metode kenabian, akan menyediakan sebuah alternatif visi yang kredibel dan telah terbukti dalam sejarah untuk meningkatkan status perempuan, mengamankan hak-hak perempuan, meningkatkan standar hidup mereka, serta mencapai kemajuan sejati dalam sebuah negara. Bagi siapa saja yang benar-benar berharap untuk dapat membangun masa depan yang lebih makmur, adil, dan aman bagi kaum perempuan di seluruh dunia, kami mengundang Anda untuk mengikuti dan mendukung kampanye penting ini.

Kampanye ini dapat diikuti melalui:

Halaman Facebook:
https://www.facebook.com/kesetaraangenderunmasked/

Twitter : @GenderUnmasked

Instagram : @kesetaraangenderunmasked

Dr. Nazreen Nawaz
Direktur Divisi Muslimah Kantor Media Pusat Hizb ut Tahrir

No comments:

Post a Comment