Tuesday 16 May 2017

Ahok, Gus Nur dan Cerdas Ulet Kreatif Disingkat



Mumpung agak longgar nyari-nyari di yutub.

Kata kunci Ahok berkata kasar :

Dan hasilnya, luar biasa. Memang banyak sekali cacian dan ucapan bernada tinggi yang disampaikan Ahok, yang mengerikan ya pas yang tampil live di salah satu stasiun TV.

Mungkin untuk Ahok dan orang-orang yang sudah mengenalnya dianggap sebagai hal yang biasa. Namun bagaimana pun juga harus diposisikan, Ahok adalah pejabat, maka tidak selayaknya mengedepankan ucapan yang tidak sopan. Memang banyak orang yang membela, yang penting tegas tidak bermuka dua dan tidak korupsi, mempunyai etos kerja yang tinggi. Dan akhirnya juga banyak yang terpengaruh dengan prinsip yang salah, lebih baik kafir kasar tapi tidak korupsi daripada pejabat muslim tapi korupsi. Jelas ga bener semua lah. Harusnya pemimpin itu muslim, amanah dan tidak korupsi.
youtube.com

Kembali ke perangai Ahok, dahulu dalam menilai siswa ada tiga kriteria, Afektif, Kognitif dan Psikomotorik. Mungkin kalo saya kasih rapor untuk Ahok nilai afektifnya jeblok. Kognitif lumayan lah, tidak bodo-bodo amat, psikomotorik juga lumayan cepat tanggap. Jaman dulu banget, afektif ini bisa dilihat dari pelajaran PPKN dan Agama, meski pelajaran lain nilai bagus tapi kalo nilai PPKN dan agama jelek ya rangkingnya jelek. Bagaimana penilaian saya terhadap Ahok ?  Manut saja dengan firman Allah dalam Surat Al Bayyinah ayat 6.

Gus Nur, nyari-nyari materi ceramah beliau. Wuuiih sangar, pilihan katanya itu lho ga nguati. Tapi lagi-lagi tergantung pada yang menilai. Bagi orang Surabaya bahasa Gus Nur itu sudah biasa banget. Ya memang seperti itulah gaya ngomong orang Surabaya.
ngajibareng.com

Jadi ingat dulu pernah ribut dengan teman seangkatan, dan juga senior yang notabene sudah lebih lama tinggal di Surabaya meski bukan orang Surabaya asli. Kalo buat yel-yel harus ada  Ce U Ka nya. Jadilah milih Cerdas Ulet Kreatif.

Pas buat jaket angkatan ribut lagi gara-gara di bagian belakang cuma dicantumkan singkatannya saja, ga trimo rek. Emoh nganggo jaket tulisannya misuh.


Tapi pas lihat gaya ceramah Gus Nur kok jadi gimana gitu, pancen wong Surabaya, arep piye maneh.
Jadi ingat, dulu pernah pake bahasa Jawa lumayan alus di daerah pasar Karangmenjangan, lha dalah yang diajak ngomomg orang Madura, ngomongnya luar biasa heboh.

Jadi ingat juga waktu di Yogya , pernah diingatkan saudara, karena kamar mandi sudah penuh dan harus dimatikan dari luar, akhirnya teriak “ Kamar mandi penuuuh! “ langsung kena semprot, “Hush ora ilok bengok-bengok”. He..he.. padahal kalo itu di Surabaya harus teriak berulang kali.

Ya sudahlah, memang tiap daerah punya karakter bicara yang tidak sama.

Namun, Allah punya standar penilaian baku, lewat kalimat tanya retoris dalam surat Fushshilat ayat 33, Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"

Jelas sekali ucapan untuk mengajak taat kepada Allah yang  terbaik.
Dan ajakan untuk menerapkan Islam kaffah dalam bingkai khilafah itu sebagai bagian dari ucapan yang baik. Karena esensi dari khilafah adalah ketaatan dan ketundukan total pada syariat Allah.

Jelas tidak bisa dibandingkan dengan ajakan untuk mengabaikan hukum Allah, ajakan untuk berpegang teguh pada demokrasi,liberalism, kapitalisme, komunisme dan isme-isme kufur lainnya. Itu ucapan yang sia-sia dan hanya mengantarkan pada mengalirnya dosa



Jadi Pe De saja menyampaikan khilafah. 

No comments:

Post a Comment