Tuesday 28 February 2017

Kasih Sayang Untuk Anak Punk


Fenomena anak punk di sepanjang jalan di berbagai tempat semakin memprihatinkan. Semakin lama jumlah mereka semakin banyak, semakin mudah ditemui di perempatan jalan besar. Sekadar duduk-duduk bergerombol, hingga mengamen di saat lampu merah menyala. Penampilan fisiknya pun juga sangat membuat hati miris. Atas nama anti kemapanan, mereka tampil apa adanya bahkan  cenderung dekil. Pemikiran sosialis sangat kental dalam keseharian mereka, selain anti kemapanan mereka juga mempunyai ikatan kuat terkait kebersamaan dan pemerataan dalam segala hal,senang bersama, susah bersama, menikmati apapun bersama-sama. Sepintas solidaritas di antara mereka begitu mengesankan. Namun kebersamaan mereka juga berlaku dalam hal kemaksiatan. Sudah menjadi rahasia umum, anak punk mendeklarasikan anti narkoba namun tidak dengan pergaulan bebas. Sudah menjadi sesuatu yang biasa terjadi di antara gerombolan anak punk bahwa mereka juga berbagi teman wanita, itu semua dilakukan tidak atas paksaan, murni berdasarkan kerelaan. Rela berbagi tubuh, atas nama kerelaan berbagi kebahagiaan. Tanpa disadari potensi penyebaran penyakit menular semakin bertambah. Salah satunya adalah menjadi potensi baru penularan HIV/AIDS.
Maka permasalahan anak punk tidak hanya menyisakan masalah sosial tetapi juga mengakibatkan permasalah kesehatan. Belum lagi jika perilaku anak punk yang sudah disertai dengan tindakan gangguan keamanan. Mengamen dengan ancaman merusak mobil pengendara di jalan, memalak, hingga pemaksaan anak punk yang baru bergabung untuk melayani senior mereka, jika tidak menurut pukulan dan tendangan melayang. Dan yang paling membahayakan adalah masa depan bangsa ini yang menjadi taruhan. Bagaimana tidak, anak-anak punk hampir semuanya masih muda, masih remaja, bahkan ada yang masih kecil. Banyak dari mereka yang  masih usia sekolah maupun kuliah. Bisa jadi awalnya mereka masih mengenyam pendidikan, namun lama-kelamaan mereka akan terbawa arus. Lama-lama mereka tidak ingin terikat dengan aturan apapun, mereka ingin bebas berbuat, ingin mencari jati diri sesuai dengan keinginan mereka, tidak ingin terkekang. Jika fenomena ini terus berlangsung, yang ada adalah generasi miskin ilmu, generasi yang tidak mempunyai visi kehidupan jauh ke depan.
Memang bukan permasalahan yang akan selesai semudah membalikkan telapak tangan, namun dengan ketegasan, kesabaran dan ketelatenan tren menjadi anggota kelompok punk  tidak akan terjadi lagi. Membutuhkan kerjasama berbagai puhak agar fenomena anak punk tidak semakin melebar di semua tempat, agar ketenangan terwujud, agar keresahan menjadi berkurang.

Memahami masalah
Semakin banyaknya remaja yang tertarik dengan kelompok-kelompok anak punk bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja. Hampir dalam semua kasus anak dan remaja lebih memilih menjadi anak punk , berawal dari permasalahan pribadi remaja tersebut. Baik karena masalah internal yang berasal dari diri sendiri semisal mereka sedang mencari jati diri, atau bisa juga karena permasalahan keluarga dan lingkungan. Namun satu hal yang sangat mungkin menjadi pemicu adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang yang didapatkan anak, baik dari keluarga maupun dari lingkungannya. Apalagi seiring dengan semakin individualisnya masyarakat dan hanya menjadikan materi sebagai tolok ukur kebahagiaan, banyak orang tua yang mencukupkan diri memberi perhatian sebatas materi belaka. Menganggap pemberian materi adalah bentuk perhatian tertinggi, menganggap materi menjadi solusi untuk semua masalah. Padahal, remaja yang rentan dengan krisis jati diri membutuhkan perhatian yang lebih dari sekadar materi. Mereka membutuhkan teman berbagi, teman berdiskusi, teman mencurahkan rasa hati. Remaja juga membutuhkan apresiasi dari orang yang lebih dewasa, membutuhkan sarana untuk menyalurkan kreativitasnya. Jika ini semua tidak dipahami dan difasilitasi, wajar jika mereka mencari dengan usaha sendiri. Dan bergabung dalam komunitas punk menjadi salah satu pilihan.
Di mata remaja labil, komunitas anak punk seolah menjadi jawaban atas kegelisahan remaja yang merasa diabaikan, menjadi tempat yang nyaman untuk membagi permasalahan yang sedang dihadapi. Kebersamaan tanpa pandang status, berbagi dalam segala hal, tidak mempermasalahkan latar belakang menjadi daya tarik tersendiri. Remaja labil yang kurang kasih sayang, berada dalam keluarga yang tidak harmonis, berada dalam keluarga berkecukupan secara materi namun terasa hidup sendiri, bosan dengan rutinitas belajar di sekolah, tidak ingin terkekang aturan, menjadi faktor-faktor pemicu, jadilah mereka mencarinya  solusi di luar tempat biasa mereka hidup.
Di sisi lain, semakin masifnya pemikiran tentang kebebasan berperilaku, kebebasan berekspresi  menjadikan perilaku apapun menjadikan aktivitas apapun mendapat ruang. Termasuk pula dengan aktivitas komunitas anak punk. Memang bisa jadi berawal dari tingginya rasa solidaritas, namun lama-kelamaan solidaritas itu melampaui batas, hingga dalam kemaksiatan dan kejahatan. Dan ini terjadi juga dipicu pada pemahaman yang salah tentang kebebasan, kebebasan dianggap sebagai legalitas untuk melakukan apapun yang diinginkan.

Bergandengan Tangan Menyelesaikan Permasalahan
Tidak bisa dipungkiri, permasalahan yang muncul di komunitas anak punk bukanlah tanggung jawab remaja, orang tua, sekolah sebagai unsur pendidikan, dan negara saja. Semua elemen bertanggungjawab atas permasalahan yang didera anak bangsa. Karena nasib generasi penyambung estafet masa depan bangsa ini ada di pundak remaja. Mengabaikan kualitas generasi penerus sama saja dengan mempertaruhkan masa depan negeri ini.
Memberikan kasih sayang dan perhatian yang hakiki selayaknya dilakukan semua orang. Baik orang tua, keluarga, guru dan masyarakat. Kepedulian dan mau memahami permasalah remaja, tidak menghakimi secara sepihak di saat remaja khilaf berbuat. Membekali remaja dengan bekal agama, karena tidak ada satupun agama yang mengajarkan kejahatan, memerintahkan kerusakan dalam kehidupan. Dengan bekal agama, setidaknya remaja akan berbuat terbaik di dunia, remaja akan berpikir bahwa kelak perbuatan mereka akan dimintai pertanggungjawan di akhirat. Dengan bekal agama, remaja peduli dengan pahala dan dosa.
Kepeduliaan dari masyarakat juga sangat dibutuhkan, masyarakat yang acuh tak acuh dan permisif hanya akan memberikan kesempatan orang melakukan apapun yang diinginkan. Hidup dalam bermasyarakat ibarat orang yang berada di dalam perahu kapal. Orang yang berada di ruang bawah ketika akan mengambil air harus naik dan melalui orang yang di atas, jika orang yang di atas merasa terganggu sehingga membuat orang yang di bawah berpikir untuk melubangi saja perahu agar mudah dan tidak mengganggu penumpang di atas. Dan penumpang di atas membiarkan saja tindakan pelubangan perahu, yang terjadi adalah tenggelamnya perahu kapal, tenggelam lah seluruh penumpang. Begitu pula dengan permasalahan akibat maraknya komunitas anak punk. Ketidakpeduliaan masyarakat, merasa bahwa itu hanya masalah yang memang biasa terjadi lama-kelamaan akan merugikan semua pihak.
Dan yang tak kalah pentingnya adalah peran negara sebagai pengayom rakyat. Kebijakan Negara sangat berpengaruh pada apa yang terjadi di tengah masyarakat. Permasalahan ekonomi membuat orang  tua cenderung abai dengan anak, orang  tua sibuk membanting tulang memeras keringat. Kurikulum pendidikan yang tidak berpengaruh positif pada kepribadian siswa malah memberikan beban bagi siswa. Sistem sosial kemasyarakatan yang mengagungkan kebebasan memicu pergaulan bebas, rasa aman pun semakin langka. Ini permasalahan tataran sistemik yang membutuhkan kebijakan negara. Kebijakan ekonomi kapitalis liberal yang mengedepankan relasi pengusaha dan konsumen semakin membuat rakyat kecil semakin pontang-panting memenuhi kebutuhannya, karena subsidi semakin mengecil. Privatisasi semakin menggurita membuat harga-harga  semakin mahal, karena pemilik modal lah yang menentukan harga barang,  yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Pembiaran dan kurangnya ketegasan aparat semakin memperparah kondisi. Aparat seolah sudah lelah, razia tak membuat komunitas punk menyerah, akhirnya cenderung membiarkan selama tidak terjadi tindakan kriminal.
Itu semua adalah permasalahan-permasalahan yang secara tidak langsung semakin membuat generasi negeri ini menjadi generasi yang mudah stres, dan kebebasan serta ketidaksudian terkekang aturan menjadi pemicu remaja mencari pelarian. Oleh karena itu, perhatian atas permasalahan generasi yang salah satunya adalah maraknya komunitas punk menjadi tanggung jawab. Memberikan kasih sayang hakiki kepada remaja, mendampingi remaja di saat mencari jati diri,menasehati ketika ada yang kurang tepat, adakalanya tegas ketika memang ada pelanggaran. Kerjasama dari semua pihak diperlukan, demi menyelamatkan generasi, demi menyongsong masa depan cerah. 

No comments:

Post a Comment