Saturday 4 February 2017

Sakit


Sakit, bukan kondisi yang dirindukan, namun ketika memang Allah sudah menetapkan manusia tidak bisa berbuat apa-apa, di saat itulah kita harus menerima. Ridha dengan apa yang sudah ditetapkan Allah.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum  datang  kepadamu (cobaan) sebagaimana  halnya  orangorang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya  pertolongan  Allah  itu  amat  dekat.  (TQS.  alBaqarah [2]: 214)

Seorang muslim yang diuji dengan rasa sakit karena  duri atau yang lebih  dari  itu,  maka  Allah  pasti  akan  menebus  kesalahan-kesalahannya  karena  musibah itu,  sebagaimana  suatu  pohon menggugurkan daunnya. (Mutafaq ‘alaih).

Satu duri atau yang lebih dari itu, yang menimpa seorang mukmin, maka pasti dengan duri itu Allah akan mengurangi kesalahannya. Dalam satu  riwayat  dikatakan  “naqushshu”artinya kami  akan mengurangi. (Mutafaq ‘alaih)

Setiap musibah yang menimpa seorang mukmin, berupa  sakit yang berterusan, sakit yang biasa, kebingungan, kesedihan, kegundahan hingga  duri  yang  menusuknya,  maka  pasti  musibah  itu akan menjadi  penghapus  bagi  kesalahan-kesalahannya.  (Mutafaq‘alaih).

Namun bukan berarti penerimaan itu tidak disertai dengan upaya dan hanya diam tak berbuat. Sabar menerima ujian itu bukan berarti tidak berbuat apa-apa. Sabar dan ikhlas ketika dapat ujian, termasuk sakit, adalah sebuah kewajiban. Kewajiban ini tidak mengeleminasi kewajiban lain hingga kita memaklumi diri tidak menunaikan kewajiban lain.

Selalu mengingat perjuangan Rasulullah, pengorbanan dan kesabaran para sahabat dan salafus saleh. Mereka lah teladan terbaik dalam kehidupan.

Rasulullah manusia mulia yang dijamin masuk surga terus mengemban dakwah Islam hingga wafat
Abu Bakar Ash Shidiq  rela menahan sakit saat dalam pengejaran Quraisy dalam perjalanan menemani Rasululllah Hijrah demi keselamatan Rasulullah
Asma’ binti Abu Bakar dalam kondisi hamil menempuh perjalanan yang sulit untuk mengirim logistik Rasulullah dan Abu Bakar
Ali bin Abi Thalib tetap berangkat jihad dan menerima panji Rasulullah meski sakit mendera
Saad bin Muadz terus bertahan melindungi Rasulullah saat perang Khandaq meski tubuh terpanah, menunaikan amanah menyelesaikan masalah Bani Quraidzah

Saad bin Abi Waqas terus menunaikan tugas di medan jihad meski sakit yang teramat saat futuhat Qadisiyah.

Dan hari ini mengunjungi rumah sakit, mengunjungi pasien yang berbaring tak berdaya. Gerak dibatasi tak boleh kemana-mana. Selang infus dan oksigen menjuntai, terhubung ke tubuh yang lemah tak bertenaga. Saat itulah tubuh memang harus istirahat. Benar-benar tidak bisa berbuat apapun.

Terkadang malu, merasa sakit yang mendera adalah sesuatu yang luar biasa menyakitkan dan menyengsarakan, hingga memaklumi diri untuk menghentikan sejenak aktivitas yang terasa berat padahal wajib hukumnya. Malu dengan orang-orang mulia yang masih saja semangat meski tubuh tak punya daya. Malu dengan orang-orang yang tetap kuat saat ujian menyapa, dengan alasan yang terkadang terdengar klise di telinga : Bisa jadi ini adalah kesempatan terakhir untuk berbuat baik, kesempatan terakhir melaksanakan kewajiban.


Pare, 4 Februari 2017


`





No comments:

Post a Comment