Wednesday 30 November 2016

Catatan Hari Guru : Akan Kutemani Hingga ke Langit

Foto tahun 2012 : Juara 1 pidato Bahasa Arab- Bahasa Inggris Kec Pare
(Murid terus menuju langit, guru tetap ada di bumi, masih menjadi guru, ada yang sudah almarhum)

Tulisan dikirim ke Lomba Menulis untuk Guru : Guru Bermutu Menginspirasi Sepanjang Waktu ( Indonesia Bermutu, 2015)

Dahulu ketika masih kecil, ketika ditanya apa cita-cita kita mungkin tidak semuanya menjawab menjadi guru. Namun apapun jawaban kita dahulu, faktanya saat ini kita adalah seorang guru. Mengajar dan mendidik siswa menjadi kegiatan utama kita. Dengan penuh keyakinan mengabdikan diri untuk masa depan cerah negeri ini. Mendedikasikan seluruh tenaga, waktu, kemampuan dan seluruh ilmu untuk mencerdaskan anak bangsa.
Akan tetapi, apapun cita-cita masa kecil dahulu tidak akan menghentikan langkah kaki untuk terus menjadi yang terbaik. Dan menemani siswa menjadi generasi terbaik pula.

Raihlah Cita-cita Setinggi Langit !
                Raihlah cita-citamu setinggi langit ! Sepenggal kata mutiara untuk terus memotivasi setiap insan, terus berusaha mengejar cita-cita yang diinginkan. Cita-cita meski setinggi langit, selama ada kemauan dan usaha akan sangat berpeluang terwujud.
                Sungguh suasana yang mengharukan ketika siswa kita menyampaikan cita-cita mereka. Ada yang menjawab ingin menjadi guru, menjadi dokter, menjadi tentara, menjadi arsitek, menjadi pasukan pemadam kebakaran dan lain sebagainya. Semuanya menyampaikan cita-cita mulianya, tidak ada satupun yang menginginkan menjadi orang yang tak berguna. Tidak ada yang bercita-cita menjadi pencuri, perampok, pembunuh bayaran, koruptor dan pekerjaan hina lainnya. Ya, semuanya ingin menjadi yang terbaik meski faktanya saat mereka menuntut ilmu mereka menjadi anak istimewa yang terkadang malas mengerjakan tugas dan tak jarang membolos tanpa alasan yang jelas. Tetap saja, mereka ingin menjadi yang terbaik.
                Akan tetapi meraih cita-cita tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Membutuhkan keseriusan dan kejelasan jalan yang akan ditapaki. Mewujudkan cita-cita tak selamanya berjalan tanpa hambatan. Membutuhkan keseriusan dan bimbingan.
                Dan sebagai guru, tak pernah sedikitpun ada keinginginan untuk membendung cita-cita siswanya. Guru pasti akan mendukung cita-cita mulia setiap muridnya. Bukan sebagai pelampiasan karena dahulu tidak berhasilkan merealisasikan cita-cita, tetapi sebagi kewajiban memberikan arahan terbaik untuk siswa. Guru akan terus memotivasi siswanya untuk mengejar cita-cita mereka meski setinggi langit pun.



Jalan Menanjak Menapaki Tangga Menuju Cita-cita
                Mencerdaskan siswa, menjadikan siswa sebagai generasi terbaik yang berguna bagi agama, bangsa dan Negara adalah sebagian dari idealisme seorang guru. Sebuah idealisme yang tak mudah diwujudkan. Terutama de tengah tantangan jaman dan keterbatasan fasilitas pendidikan. Tak bisa dipungkiri, masih saja ada sekolah yang menghadapi berbagai kendala. Guru berjuang dengan keterbatasan dimana-mana.
                Ada sekolah yang inputnya siswa berkemampuan seadanya, bahkan “buangan” dari sekolah-sekolah favorit. Di sekolah seperti ini perjuangan guru akan lebih berat jika dibandingkan dengan sekolah yang siswanya adalah pilihan, masuk dengan saringan tingkat kemampuan tertentu. Mengantarkan siswa dengan kemampuan rendah menggapai cita-cita mereka tentu tidak mudah. Namun, sebagai guru harus tetap mempunyai keyakinan, tetap optimis, tanpa putus asa mendidik siswa. Selama mereka adalah manusia dengan kemampuan normal, bukan anak berkebutuhan khusus, pasti ada jalan untuk membuat mereka menjadi yang terbaik. Di sinilah perjuangan dan pengorbanan guru dibutuhkan, mengubah stigma “garbage in garbage out”. Bagaimana pun latar belakang input siswa, selama mereka manusia yang berakal pasti ada peluang membuat mereka paham dan bisa menyerap materi pelajaran. Memang membutuhkan energi lebih jika dibandingkan dengan mengajar siswa pintar. Jadi ketika ada guru yang berhasil mengantarkan anak didiknya meraih hasil yang terbaik padahal “modal” inputnya hanya pas-pasan, sungguh perjuangan yang luar biasa. Setidaknya satu tangga menuju cita-cita telah terlewati.
                Adakalanya, guru mengajar di sekolah dengan fasilitas dan sarana terbatas. Sudahlah bantuan negara tidak optimal diberikan, orang tua pun kadang tak peduli dengan pendidikan. Jadilah guru harus berjuang ekstra. Dengan capaian kurikulum yang sama namun fasilitas tak sama kadang akan berpengaruh pada proses belajar mengajar. Sekolah dengan fasilitas lengkap, bersih dan aman adalah harapan setiap siswa dan guru. Dengan begitu proses belajar mengajar tidak akan banyak menghadapi kendala. Namun sebaliknya, sekolah dengan fasilitas serba kurang, gedung yang tak layak bukanlah kondisi yang diharapkan. Akan tetapi ketika memang kondisi itu terjadi, tetap saja seorang guru tidak akan berputus asa. Berusaha melakukan perbaikan dengan berkomunikasi dengan pejabat setempat, juga terus semangat mengajar. Tak sedikit pun terbersit tak memberi ilmu meski sarana tak mendukung. Dari sinilah akan lahir guru-guru tangguh, kreatif dan mempunyai daya juang tinggi. Keadaan menempa guru untuk tetap memberikan yang terbaik bagi siswanya. Dan guru-guru yang berjuang dengan keterbatas fasilitas adalah guru yang luar biasa, tidak menyerah meski banyak aral menghadang langkah.
                Dan masih banyak lagi hambatan dan ujian dalam rangka mendampingi siswa menapaki tangga cita-cita setinggi langit, apapun kendalanya perjuangan dan pengorbanan guru mutlak diperlukan.

Ketika Mereka Sukses Meraih Cita-cita
                Dan ada saatnya nanti siswa akan sukses mewujudkan cita-cita. Lulus SD, SMP, SMA dan terus menuntut ilmu, terus belajar menempa diri dalam kehidupan. Terus berusaha meraih asa. Tak sedikit yang mempunyai prestasi yang luar biasa, tak sedikit yang menjadi orang hebat. Dan guru masih menjadi guru. Masih tetap setia dengan amanah di pundak. Siap mengantarkan siswa berikutnya untuk menyongsong cita-cita mereka. Kembali mengulang langkah perjuangan. Mengambil hikmah ketika kegagalan menyapa, tak berjumawa ketika kesuksesan di depan mata.
                Ketika siswa sukses meraih cita-cita, tak ada sedikitpun pikiran untuk meminta mereka mengingat jasa guru. Tak ada niatan untuk meminta balasan. Tetap mendoakan agar mereka menjadi lebih baik lagi, tetap menyimpan rasa bangga. Juga tidak ada rasa dengki mengapa mereka bisa mengejar cita-cita sampai ke langit akan tetapi guru masih tetap menginjakkan kaki di bumi.
                Dan guru tidak berhenti mengantarkan satu, dua, tiga siswa saja. Puluhan, ratusan bahkan ribuan siswa lain untuk meraih cita-cita mereka. Dan ketika lagi-lagi siswa meraih kesuksesan, guru kembali bersyukur. Bukan materi yang diminta, tetapi tetap ikhlas menunggu balasan pahala yang mengalir dari amalan ilmu yang bermanfaat. Tidak menyesal dengan seluruh pengorbanan karena kelak Allah SWT akan membalas sekecil apapun amal yang telah dilakukan.

Guru, Tetap Bertahan Meski Ujian Menerpa
                Terkadang tak semua berjalan sesuai keinginan. Bagaimana pun guru juga manusia biasa tempat salah dan khilaf. Kecewa ketika kenyataan tak sesuai harapan, sedih ketika ujian mendera. Tak semua siswa rajin belajar, tak semua siswa sukses, dan ada saja yang memilih jalan yang jauh dari kebaikan. Tidak hanya itu, terkadang kesolidan tim guru diuji. Keberhasilan siswa bukanlah keberhasilan satu guru saja, namun keberhasilan semua guru yang terlibat dalam pembelajaran. Mulai dari jenjang yang paling rendah hingga jenjang tertinggi, juga guru untuk setiap pelajaran. Semua bahu-membahu mengantarkan seluruh siswa menuju hasil yang terbaik.
                Oleh karena, guru harus terus mengingat tugas mulianya, pantang menyerah dengan semua hambatan yang mendera. Meluruskan niat dan meningkatkan kemampuan, agar guru bias mencetak generasi mulia berprestasi dan juga guru bisa menjadi sosok  yang layak diteladani. Memang bukan perjuangan yang mudah, namun akan selalu ada jalan bagi orang-orang yang optimis dan selalu ada jalan bagi orang-orang yang serius mewujudkan keinginan mulia. Insya Allah pada saatnya nanti perjuangan, pengorbanan dan kesungguhan akan berbuah manis.

Matematika Menjadi Biasa
                Secercah harapan pasti ada meski di tengah gelap gulita. Seperti itulah awal mengajar matematika. Pelajaran yang menjadi momok bagi siswa, menganggap matematika pelajaran yang sulit dan membingungkan, terutama bagi siswa dengan kemampuan yang pas-pasan. Maka wajar jika jarang mendapat perhatian. Tak dilirik ketika disandingkan dengan pelajaran menggambar bebas atau pelajaran olahraga yang begitu menyenangkan. Dan tak mengherankan prestasi akademik di bidang matematika pun tak pernah ditorehkan.
                Sekali, dua kali mengirim siswa dalam olimpiade matematika hampir tak  ada hasil. Selalu kandas di babak penyisihan. Namun, sudah seharusnya kegagalan menjadi pelajaran, tidak berhenti untuk mencari pengalaman. Kembali mengevaluasi cara membimbing siswa, memperbaiki kualitas mengajar. Agar siswa paham dan menjadikan matematika sebagai pelajaran yang mudah dan menyenangkan.
                Guru tidak malu untuk terus berguru dan bertanya kepada guru lain yang telah berpengalaman. Sabar menjalani proses pembelajaran meski membutuhkan waktu yang tidak sebentar, meski hasil terkadang jauh di mata. Alhamdulillah, dengan pengalaman yang ada disertai dengan usaha seberkas sinar terang mulai nampak. Siswa mulai tertarik dan menyukai matematika. Kompetisi di bidang matematika sudah menjadi hal biasa, soal sederhana hingga soal sulit menjadi makanan sehari-hari. Dan akhirnya prestasi itu di genggaman tangan.
                Tahun 2015, setelah sepuluh tahun mengajarkan matematika akhirnya bisa menuju ibu kota Indonesia. Bukan semata untuk berjalan-jalan saja, namun mengikuti kompetisi di bidang matematika dan studi Islam.
                Mengunjungi ibu kota bagi siswa di desa adalah pengalaman yang istimewa. Mengunjungi kota besar setelah sekian lama hanya menikmati suasana kampung. Terpana dengan gedung yang menjulang, fasilitas yang lengkap dan canggih. Terheran-heran melihat mesin otomatis yang mengeluarkan botol minuman di stasiun kereta api, terheran-heran dengan stasiun besar yang selalu ramai dengan penumpang. Dan sungguh pengalaman yang luar biasa ketika bersama para finalis pilihan dari seluruh penjuru nusantara. Ya, begitu bersyukur dan bangga menjadi peserta dari daerah yang berhasil berjuang menuju final di ibu kota. Apalagi untuk mengikuti kompetisi matematika yang sebelumnya menjadi pelajaran yang begitu mengerikan untuk siswa di sekolah biasa. Alhamdulillah.

Tak Berhenti di Prestasi Akademik
                Semua siswa istimewa, sebuah keyakinan yang akan memotivasi untuk tetap percaya dengan kemampuan yang dimiliki setiap siswa. Memang tak semua siswa berprestasi di bidang akademik, maka di sinilah diperlukan kejelian seorang guru, mendampingi siswa meraih prestasi di bidang yang diminati. Tetap sabar menemukaan kelebihan seorang siswa agar bisa mengasahnya, menyemangati siswa bahwa mereka bisa memberikan hasil yang terbaik.
                Memanfaatkan ekstrakurikuler sebagai ajang mengasah prestasi. Menekuni bidang yang diminati dan disukai. Terus berlatih dan tak lelah mengikuti kompetisi untuk menguji kemampaun dan menambah pengalaman. Ada banyak ekstrakurikuler yang bisa dijadikan pilihan. Akan lebih baik lagi jika fokus dalam satu atau dua bidang saja. Menjadikan sekolah mempunyai ikon yang khas. Sekolah yang selalu juara lomba UKS, sekolah yang selalu juara dalam setiap Jambore Pramuka, sekolah yang selalu juara pidato, sekolah yang selalu juara menyanyi, sekolah yang kreatif mendaur ulang, dan lain sebagainya. Karena memang tak semua semua mempunyai kelebihan di bidang akademik, akan tetapi dengan kesabaran menekuni dan membiasakan dengan sebuah keterampilan tak mustahil prestasi akan bisa ditorehkan.
                Demikianlah, guru akan selalu menemani siswanya mewujudkan cita-citanya, meski ke langit tertinggi pun. Guru akan terus berusaha mendampingi siswanya menapaki tangga, dengan harapan, mereka menjadi manusia yang berguna bagi agama, bangsa dan negara. Demi masa depan cerah di dunia dan akhirat.

                

1 comment: