Sebelumnya heboh dengan
penggunaan kata “pakai” dan “tidak pakai”,
muncullah pro kontra, muncul analisis dari berbagai pihak. Tidak ketinggalan
ahli bahasa pun banyak yang berkomentar. Namun sekarang sudah mereda, bungkam
dengan aksi jutaan umat Islam membela Islam, semuanya kompak menuntut
ditangkapnya penista agama.
Sebenarnya tidak harus menjadi
ahli bahasa, cukup dengan pengamatan fakta kekinian (penolakan pemimpin kafir,
penolakan pemimpin arogan), rekam perilaku orang yang mengucapkan yang memang
sudah biasa ngomong asal ceplos, kasar dan terkesan tanpa pikir panjang,orang
sudah tahu maksud ucapan yang mencantut surah Almaidah ayat 51.
Lain bahasan namun masih sedikit
berhubungan. Terkait dengan kemampuan berbahasa saat ini.
Minat Baca Indonesia berada di
peringkat ke-60 dari 61 negara ( Minat Baca Indonesia )
Kemampuan berbahasa lisan dan
tulisan, membaca, menulis di negeri ini memprihantinkan, orang lebih suka
bertanya jawaban secara langsung, to the point ga pake bertele-tele minta
jawaban singkat. Ibarat orang minta fatwa langsung, tidak mau tau dalil-dalilnya.
Bahasa lisan pun terucap tanpa pikir panjang.
Contohnya tidak perlu jauh-jauh. Di sekolah seringkali siswa meminta ditunjukkan secara instan jawaban sebuah soal pertanyaaan : " Bu, ini jawabannya ada di halaman berapa?". Bukannya berusaha mencari sendiri dulu.Contoh lain terkait penggunaan kata, entah dari mana asalnya, siapa yang memberi contoh. Ada kebiasaan pada
murid-murid saya di sekolah, dengan ringannya mengucap : “ Mana hapus saya?”. Mungkin
sebenarnya yang dimaksud adalah : “ Mana penghapus saya ?”
Penggunaan sebuah kata baik secara pilihan kata maupun pengucapan akan sangat berpengaruh pada arti kata, terutama untuk bahasa-bahasa yang memang mempunyai khasanah bahasa yang luar biasa melimpah. Di antaranya adalah bahasa Jawa dan bahasa Arab.Untuk bahasa Indonesia memang khasanah bahasanya tidak terlalu banyak, namun tetap ada kaidah yang harus diperhatikan'
Penggunaan sebuah kata baik secara pilihan kata maupun pengucapan akan sangat berpengaruh pada arti kata, terutama untuk bahasa-bahasa yang memang mempunyai khasanah bahasa yang luar biasa melimpah. Di antaranya adalah bahasa Jawa dan bahasa Arab.Untuk bahasa Indonesia memang khasanah bahasanya tidak terlalu banyak, namun tetap ada kaidah yang harus diperhatikan'
Kembalii pada masalah " Mana hapus saya?", sepele namun fatal jika ditinjau
dari segi arti. Hapus bentuk dasar, bisa menjadi kata kerja perintah. Yang pasti
bukan kata benda, baru menjadi kata benda ketika mendapat imbuhan pe-.
Dalam tata bahasa Arab, kata
dibagi menjadi fiil, isim dan huruf. Secara mudahnya fiil = kata kerja, isim =
kata benda, huruf = kata sambung (definisi sederhana). Jika diurai lebih
mendetail dalam sharaf, bentuk kata bisa
berubah, perubahannya berupa tashrif lughawi (berdasarkan pelaku) dan tashrif
istilahi(makna kata). Jelas ada perbedaan tulisan/harakat dan maknanya. Tasrif Lughawi dan Istilahi
Dengan memperhatikan tata bahasa
akan jelas jenis katanya, kedudukan, makna, dan maksudnya.
Jadi, mari belajar bahasa,
terutama bahasa Arab.
Pare, 5 Desember 2016
No comments:
Post a Comment