Thursday 18 February 2016

Tragedi Ibu Jari




Setelah tiga hari sakit dan dua hari bengkak, Alhamdulillah sudah tidakbengkak, meski masih sedikit nyeri. Masih berusaha mengingat apa penyebabnya, perasaan tidak kena benturan. Pangkal ibu jari tangan kanan tiba-tiba nyeri, malamnya memerah dan bengkak, jari telunjuk juga kena imbasnya. Bukan pertama kali cedera di tangan, dulu juga pernah pergelangan tangan kanan bengkak dan sakit, sempat bingung apa penyebabnya, tapi dugaan kuat terkilir saat ngerem kanan dengan posisi agak berbelok dan menahan agar motor tidak jalan mundur karena posisi jalan menurun.
Bisa jadi penyebabnya sepele dan tak terduga, tapi efeknya luar biasa (majas hiperbola). Mungkin karena yang cedera tangan kanan, tangan yang sering digunakan beraktivitas jadinya lumayan terasa pengaruhnya. Buat stater motor sakit, pegang sapu, angkat panci, apalagi cuci-cuci rasanya nyeri. Dipake menggaruk pun nyeri. Alhamdulillah masih bisa pegang pulpen n kapur tulis. Tapi tidak nyaman untuk ngetik (makanya lama ga nulis, nyari alasan). Padahal hanya satu jari yang cedera. Hanya satu bagian anggota tubuh, jikakalau satu jari hilang insya Allah tidak sampai membahayan nyawa, tapi masak meski satu jari yang sakit mau disepelekan? Tentu tidak. Tetap akan diupayakan kesembuhannya. Tidak akan cuek. Tragedi ibu jari, mengganggu aktivitas sehar-hari.
Ibarat satu tubuh, itulah salah satu perumpamaan persaudaraan sesama muslim. "Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam". Begitulah seharusnya. Jika ada saudara muslim yang mengalami kesulitan, terkena musibah bahkan teraniaya seharusnya minimal ada rasa empati. Dan tentu saja berusaha membantu dan memberi solusi. Bukan malah cuek tak peduli. Menganggap bukan urusan yang seharusnya menjadi perhatian.
Namun, di saat pemikiran umat tergerus dengan pemikiran secular, menjadikan materi sebagai standar kebahagiaan, melakukan aktivitas yang tidak mengantarkan pada teraihnya materi seolah tak ada nilainya, tak ada manfaatnya. Salah satunya adalah upaya menyelesaikan permasalahan yang mendera umat. Upaya yang membutuhkan pengorbanan, perjuangan serta keseriusan berpikir, dan malah membutuhkan pengorbanan materi yang tidak sedikit. Terkadang aktivitas ini disepelekan dan terkadang pula malah mendapat celaan dan cemooh.
Di negeri ini, umat Islam semakin diuji. Diuji dengan pengelola negeri yang mengabaikan hukum Allah SWT, kebijakannya tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat, hanya bisa memalak rakyat, semakin membuka pintu bagi asing untuk menjajah negeri. Dalam kehidupan social kemasyarakatan, ide sesat, rusak semakin meminta diakui eksistensinya, atas nama kebebasan dan HAM. Lingkungan semakin rusak, manusia semakin rusak.
Di berbagai penjuru dunia, umat Islam tercerai berai, terusir dan dibunuh, seolah nyawa mereka tak ada harganya. Bukan menjadi umat yang mulia.
Menyelesaikan permasalahan umat Islam mulai dari akarnya. Mencabut kapitalisme dari akarnya, karena semua karut-marut yang terjadi di bumi ini adalah akibat berpalingnya manusia dari peringatan Allah. Kapitalisme, berpijak pada aqidah pemisahan aturan agama dari kehidupan. Agama tak layak mengatur kehidupan. Dengan kapitalisme, yang haram sah dilakukan, selama merasakan manafaatnya. Alotnya penutupan lokalisasi, padahal zina jelas haram, tidak tegas dengan penyebar propaganda pelegalan LBGT, dan tak ketinggalan tetang polemic miras, selalu saja berakhir dengan diatur peredarannya, padahal jelas hukumnya. Pembuat, penjual, pembeli, peminum miras termasuk melakukan aktivitas yang haram. Ini semua adalah masalah, tidak boleh dibiarkan begitu saja.  Umat Islam yang mendukung zina, LGBT, legalisai miras, mereka adalah umat yang sakit, harus disembuhkan.
Belum lagi masalah harga kebutuhan pokok karena tidak seriusnya negara mengurus ketersediaan bahan pokok dengan cara yang syar’I, bukan asal ada. Yang berpenghasilan pas-pasan dijamin pusing tujuh keliling mengatur pengeluaran. Jelas ini adalah masalah yang terkait dengan hajat hidup umat.
Intinya, jangan cuek dengan permasalahan meski kecil atau sepele, apalagi itu berkaitan dengan permasalahan umat. Peduli dan berusaha membantu dengan segala upaya. Merencanakan dengan sungguh-sungguh ketika ingin membantu permasalahan umat, menjalankan rencana dengan segenap upaya, mengevaluasi ketika rencana tidak mengantarkan pada target, segera move on ketika gagal, selalu memperbaiki uslub dan tidak berputus asa dari rahmat Allah SWT.

Pare, 18 Februari 2016


No comments:

Post a Comment