Setelah tiga
hari sakit dan dua hari bengkak, Alhamdulillah sudah tidakbengkak, meski masih
sedikit nyeri. Masih berusaha mengingat apa penyebabnya, perasaan tidak kena
benturan. Pangkal ibu jari tangan kanan tiba-tiba nyeri, malamnya memerah dan
bengkak, jari telunjuk juga kena imbasnya. Bukan pertama kali cedera di tangan,
dulu juga pernah pergelangan tangan kanan bengkak dan sakit, sempat bingung apa
penyebabnya, tapi dugaan kuat terkilir saat ngerem kanan dengan posisi agak
berbelok dan menahan agar motor tidak jalan mundur karena posisi jalan menurun.
Bisa jadi
penyebabnya sepele dan tak terduga, tapi efeknya luar biasa (majas hiperbola).
Mungkin karena yang cedera tangan kanan, tangan yang sering digunakan
beraktivitas jadinya lumayan terasa pengaruhnya. Buat stater motor sakit,
pegang sapu, angkat panci, apalagi cuci-cuci rasanya nyeri. Dipake menggaruk
pun nyeri. Alhamdulillah masih bisa pegang pulpen n kapur tulis. Tapi tidak
nyaman untuk ngetik (makanya lama ga nulis, nyari alasan). Padahal hanya satu
jari yang cedera. Hanya satu bagian anggota tubuh, jikakalau satu jari hilang
insya Allah tidak sampai membahayan nyawa, tapi masak meski satu jari yang
sakit mau disepelekan? Tentu tidak. Tetap akan diupayakan kesembuhannya. Tidak
akan cuek. Tragedi ibu jari, mengganggu aktivitas sehar-hari.
Ibarat satu
tubuh, itulah salah satu perumpamaan persaudaraan sesama muslim. "Perumpamaan
kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu,
seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh
anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur
dan demam". Begitulah seharusnya. Jika ada saudara muslim yang mengalami
kesulitan, terkena musibah bahkan teraniaya seharusnya minimal ada rasa empati.
Dan tentu saja berusaha membantu dan memberi solusi. Bukan malah cuek tak
peduli. Menganggap bukan urusan yang seharusnya menjadi perhatian.
Namun, di saat
pemikiran umat tergerus dengan pemikiran secular, menjadikan materi sebagai
standar kebahagiaan, melakukan aktivitas yang tidak mengantarkan pada teraihnya
materi seolah tak ada nilainya, tak ada manfaatnya. Salah satunya adalah upaya
menyelesaikan permasalahan yang mendera umat. Upaya yang membutuhkan
pengorbanan, perjuangan serta keseriusan berpikir, dan malah membutuhkan
pengorbanan materi yang tidak sedikit. Terkadang aktivitas ini disepelekan dan
terkadang pula malah mendapat celaan dan cemooh.
Di negeri ini,
umat Islam semakin diuji. Diuji dengan pengelola negeri yang mengabaikan hukum Allah
SWT, kebijakannya tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat, hanya bisa memalak
rakyat, semakin membuka pintu bagi asing untuk menjajah negeri. Dalam kehidupan
social kemasyarakatan, ide sesat, rusak semakin meminta diakui eksistensinya,
atas nama kebebasan dan HAM. Lingkungan semakin rusak, manusia semakin rusak.
Di berbagai
penjuru dunia, umat Islam tercerai berai, terusir dan dibunuh, seolah nyawa
mereka tak ada harganya. Bukan menjadi umat yang mulia.
Menyelesaikan permasalahan
umat Islam mulai dari akarnya. Mencabut kapitalisme dari akarnya, karena semua
karut-marut yang terjadi di bumi ini adalah akibat berpalingnya manusia dari
peringatan Allah. Kapitalisme, berpijak pada aqidah pemisahan aturan agama dari
kehidupan. Agama tak layak mengatur kehidupan. Dengan kapitalisme, yang haram
sah dilakukan, selama merasakan manafaatnya. Alotnya penutupan lokalisasi,
padahal zina jelas haram, tidak tegas dengan penyebar propaganda pelegalan
LBGT, dan tak ketinggalan tetang polemic miras, selalu saja berakhir dengan
diatur peredarannya, padahal jelas hukumnya. Pembuat, penjual, pembeli, peminum
miras termasuk melakukan aktivitas yang haram. Ini semua adalah masalah, tidak
boleh dibiarkan begitu saja. Umat Islam
yang mendukung zina, LGBT, legalisai miras, mereka adalah umat yang sakit,
harus disembuhkan.
Belum lagi
masalah harga kebutuhan pokok karena tidak seriusnya negara mengurus
ketersediaan bahan pokok dengan cara yang syar’I, bukan asal ada. Yang berpenghasilan
pas-pasan dijamin pusing tujuh keliling mengatur pengeluaran. Jelas ini adalah
masalah yang terkait dengan hajat hidup umat.
Intinya,
jangan cuek dengan permasalahan meski kecil atau sepele, apalagi itu berkaitan
dengan permasalahan umat. Peduli dan berusaha membantu dengan segala upaya. Merencanakan
dengan sungguh-sungguh ketika ingin membantu permasalahan umat, menjalankan
rencana dengan segenap upaya, mengevaluasi ketika rencana tidak mengantarkan
pada target, segera move on ketika gagal, selalu memperbaiki uslub dan tidak
berputus asa dari rahmat Allah SWT.
Pare, 18 Februari 2016
No comments:
Post a Comment