Wednesday 3 February 2016

Palentin, Fesbuk, dan Akuwa




To de poin, saya tidak merayakan palentin. Minimal ada empat alasan.
1.       Saya muslim, yakin 100%  Allah adalah Al Khaliq sekaligus Al Mudabbir ( Allah SWT Al Khaliq Al Mudabbir) dan Rasulullah saw teladan dalam kehidupan sama sekali tidak memerintahkan untuk merayakan palentin.
2.       Merayakan palentin itu terkategori tasyabuh bil kuffar alias menyerupai perbuatan orang-orang kafir. Dan tasyabuh bil kuffar itu hukumnya haram.
3.       Palentin itu faktanya setidaknya mengantarkan pada zina, mendekati zina hukumnya haram ( Qur’an surah Al Isra’ ayat 32).
4.       Palentine itu termasuk hadlarah alias peradaban kufur jadi haram bagi muslim mengambilnya.
Dan saya pun tidak akan memaksa orang lain untuk sependapat dengan saya, bagaimana pun juga amal manusia dimintai pertanggungjawaban sendiri-sendiri. Tapi sepemahaman saya seorang muslim wajib berdakwah, amar makruf nahi munkar. Jadi saya hanya bisa menyampaikan, keputusan ambil atau tidak silakan dipikir sendiri. Tapi kalo bisa ikut saya saja ya biar saya tidak sekadar dapat unta merah ( hadits dengan kata kunci hidayah dan unta merah).

Untuk bisa menerima alasan pertama harus benar-benar yakin dan paham bahwa memang Allah SWT satu-satunya Tuhan Dzat yang layak disembah. Yakin, iman dan paham mengapa harus beriman kepada Rasulullah saw dan rasul-rasul lain. Dan ini semua bisa jadi takkan terwujud hanya dengan membaca tulisan ini. Secara teori membutuhkan pertemuan minimal 4 x 2 jam, jam efektif santai, ga pake nglamun.

Begitu juga dengan alasan kedua, tidak akan bisa diterima begitu saja. Apalagi bagi pengusung paham liberal yang ogah mengotak-ngotakkan manusia atas dasar beriman dan kafir, juga bagi penganut sinkretisme, apalagi yang ga mau punya agama dan ga percaya Tuhan. Yang menganggap orang fanatik pada agama itu pemikirannya sempit, kuper, kurin, kurang piknik, merasa benar sendiri. Ya sudahlah gpp kalau dianggap begitu. Tapi jangan harap orang-orang yang ikhlas berdakwah lillahi ta’ala menyerah begitu saja ketika menghadapi orang semacam itu. Maju tak gentar pantang mundur, tapi tetep kuul n kalem. Sampaikan Islam dengan hikmah dan makruf jangan terbawa emosi. Jika terpaksa berdebat selalu ingat adab berbicara dan berdebat.

Sedangkan alasan ketiga, memerlukan keyakinan bahwa memang Alquran adalah kalamullah, mengambil tafsir ayat tidak berdasarkan hawa nafsu dan berusaha memahami dengan hati bersih dan pikiran jernih.
Untuk alasan keempat, ini yang akan menjadi bahasan yang ada kaitannya dengan fesbuk dan akuwa. Perayaan Palentin termasuk hadlarah kufur, dan seorang muslim haram mengambil hadlarah kufur.

Hadlarah atau peradaban adalah sekumpulan  mafahim (ide yang dianut dan mempunyai fakta)  tentang kehidupan , bersifat  khas,  terkait  dengan  pandangan  hidup. Perayaan Palentine lahir dari peradaban Barat yang menganggap kehidupan terpisah dari agama, peran agama diingkari dalam kehidupan, menjadikan kemanfaatan sebagai ukuran perbuatan. Tidak ada standar halal haram. Kebahagian diartikan sebagai usaha untuk mendapatkan sebanyak mungkin kenikmatan jasmani, serta tersedianya seluruh sarana kenikmatan tersebut. Manusia bebas melakukan apa saja selama dianggap ada manfaatnya dan mengantarkan pada kepuasan. Jadi wajar, dalam perayaan Palentin pasti isinya tidak jauh dari senang-senang. Memuaskan hawa nafsu dan maunya hepi, haram pun tak peduli.

Perayaan Palentin itu khas, ritualnya khas, aksesorisnya khas. Coba merayakan palentin dengan kataman quran, tukar ketupat opor, terus iktikaf di masjid. Pasti dianggap Joko Sembung naik ojek, alias gak nyambung jek. Yang dikampanyekan pun khas, kasih sayang yang khas. Yang ngeles biasanya dibumbui kasih sayang kan tanpa batas bisa kepada siapa saja, termasuk kerabat, keluarga dan orang tua. Ah orang kampungku bilang gombal mukiyo, nggedabrus, ngapusi.

Jadi perayaan palentin itu tidak mungkin lahir dari hadlarah Islam yang mempunyai pandangan tentang kehidupan yang berlawanan dengan hadlarah Barat. Islam menstandarkan perbuatan pada hukum syara, perbuatan terikat pada hukum syara bukan manfaat. Kebahagiaan itu ketika melakukan aktivitas yang diridlai Allah SWT bukan yang mengikuti hawa nafsu. Maka mengungkapkan benci dan cinta pun sesuai dengan aturan Allah (Cinta dan Benci Karena Allah ). Mungkin yang belum paham akan merasa begitu terkekang.  Tidak benar. Jika tidak percaya coba saja menjadi manusia yang taat aturan  Allah pasti hidup akan terasa istimewa.

Terus hubungannya sama fesbuk dan akuwa apa ?

Ada yang bilang. Tidak konsisten menolak palentin yang katanya dari Barat tapi asyik memanfaatkan  fesbuk yang juga dari Barat.
Ada juga yang bilang jangan minum akuwa, produk Barat, digunakan membantu Wahyudi membantai kaum muslimin. Tolak produk Barat. Tidak minum akuwa tapi pake fesbuk. Tidak konsisten juga kan.

Fesbuk dan akuwa itu terkategori madaniyah yang tidak khas.  Madaniyah adalah bentuk-bentuk fisik dari benda-benda yang terindera yang digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Bentuk-bentuk madaniyah yang menjadi produk kemajuan sains dan perkembangan teknologi/industri tergolong  madaniyah yang bersifat umum, milik seluruh umat manusia. Bentuk  madaniyah ini bukan milik umat tertentu, akan tetapi bersifat universal seperti halnya sains dan teknologi/industri. Fesbuk dan akuwa masuk kategori ini, boleh diambil. Sedangkan madaniyah yang merupakan produk akidah dan hadlarah kufur haram diambil, misalnya patung, salib, topi santa.

Lagi-lagi membutuhkan pembahasan yang tidak dalam sekejap mata, perlu bahas satu bab khusus dalam kitab Peraturan Hidup dalam Islam  . Intinya #YukNgaji biar ga mumet n salah ambil sikap dengan palentin, fesbuk dan akuwa. Btw, kenal kan sama palentin n akuwa ?


Pare, 3 Februari 2016

No comments:

Post a Comment