Lebih dari satu orang bertanya, kadang heran, kadang mengkritik. Intinya
sama, satu set meja makan kok diletakkan di teras depan.
Tidak apa-apa, meja hadiah dari kerabat yang
pindahan rumah, biar dalam rumah tidak tambah sumpek saja, di dapur juga sudah
ada meja serbaguna. Di letakkan di teras barangkali lebih sering dipake
duduk-duduk, lagian di teras juga sudah lama tidak ada kursi permanen. Dan
jangan khawatir meja makannya selalu ada menunya, salah satu menu yang pasti
ada adalah buletin Al Islam.
Meja makan memang seharusnya ada di ruang
makan, dan hampir semua orang juga tahu itu. Maka wajar jika ada meja makan di
teras depan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak pada tempatnya. Memang
tidak ada larangan dan tidak pula berdosa, terserah mau diletakkan di mana saja
ya tetap bisa berfungsi. Dan
lama-kelamaan yang bertanya pun semakin berkurang.
Begitulah, sesuatu yang tidak biasa akan
menarik perhatian jika tidak pada tempatnya. Dianggap aneh jika menyelisihi
kebiasaan kebanyakan orang. Namun sayang terkadang itu tidak berlaku untuk
hal-hal yang berkaitan dengan syariat Islam. Pacaran, hamil di luar nikah,
mengumbar aurat, riba, mengagungkan kebebasan ( bebas meyakini kesesatan, bebas
berpindah-pindah agama, bebas mencampuradukkan ajaran agama dll ), menyerahkan
kepemilikan umum pada swasta/asing, kebijakan ekonomi yang berkiblat pada kapitalisme, lepas tangannya
negara dari pengurus dan penjamin urusan umat, dicampakkannnya syariat Allah
dan lain sebagainya. Padahal seharusnya menurut Islam tidak seperti itu.
Mengapa demikian? Karena manusia kebanyakan tidak biasa dengan
penerapan syariat Islam, tidak kenal dengan syariat Islam. Bahkan masyarakat
sudah terbiasa dengan penerapan sistem yang bertentangan dengan Islam.
Masyarakat sudah terbiasa dengan pemikiran dan aturan kapitalisme yang sudah
sejak lama mencengkeram masyarakat dunia. Sejak kemunduran umat Islam pada abad
kelima hijriyah, ketika pintu ijtihad dinyatakan ditutup sebagai akibat dari
lemahnya pemikiran umat Islam, dan juga serangan bertubi-tubi yang dilancarkan
musuh Islam, kondisi umat Islam semakin terpuruk. Dan semakin terhempas ketika
Daulah Khilafah dihapus pada tahun 1924. Maka sejak saat itu tidak ada
penerapan syariat secara menyeluruh, maka sangat wajar jika umat Islam sama
sekali tidak kenal dan merasa asing dengan syariat dan ajarannya agamanya
sendiri.
Sehingga saat ini perjuangan untuk kembali
mengenalkan Islam dan juga menerapkan Islam secara menyeluruh memanglah tidak
mudah. Dan bahkan sering dianggap sebagai tindakan yang aneh, asing. Lebih
parah lagi, ada yang menganggapnya sebagai perjuangan yang ahistoris, utopis
dan mendukung ide teroris.
Tidak apa-apa, jangan menyurutkan langkah. Bisa
jadi memang umat saat ini belum paham, jadi terus saja berusaha memahamkan.
Bisa jadi umat salah paham, maka teruslah berusaha untuk meluruskan. Bisa jadi
umat mempunyai paham yang salah, maka teruslah berargumen dengan bijak jangan
menyerah.
Suatu saat nanti kondisi akan berubah, yang
tidak menerapkan syariat Islam lah yang aneh. Namun meski saat itu belum
terjadi, terus berusaha untuk memperjuangkan Islam kaffah dalam naungan
khilafah meski masyarakat masih belum biasa, meski ideolagi kufur terus
berusaha menghalangi dan merusak umat. Terus memperbaiki agar semua sesuai
dengan aturan Allah SWT. Berbahagia menjadi orang-orang yang memperbaiki.
Hadits yang diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad as-Saidi
ra.,Rasulullah saw. bersabda:Islam muncul pertama kali dalam keadaan terasing
dan akan kembali terasing sebagaimana mulainya, maka berbahagialah orang-orang
yang terasing tersebut. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, siapa
al-ghuraba ini?” Rasulullah saw. bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang
melakukan perbaikanketikamanusia sudah rusak.” (Hadits ini diriwayatkan oleh
ath-Thabrâni dalam al-Kabir)
Yogya, 9 Februari 2016
No comments:
Post a Comment