Tuesday 9 February 2016

Meja Makan Kok di Teras Depan, Berbahagialah Al Ghuraba




Lebih dari satu orang bertanya,  kadang heran, kadang mengkritik. Intinya sama, satu set meja makan kok diletakkan di teras depan.

Tidak apa-apa, meja hadiah dari kerabat yang pindahan rumah, biar dalam rumah tidak tambah sumpek saja, di dapur juga sudah ada meja serbaguna. Di letakkan di teras barangkali lebih sering dipake duduk-duduk, lagian di teras juga sudah lama tidak ada kursi permanen. Dan jangan khawatir meja makannya selalu ada menunya, salah satu menu yang pasti ada adalah buletin Al Islam.

Meja makan memang seharusnya ada di ruang makan, dan hampir semua orang juga tahu itu. Maka wajar jika ada meja makan di teras depan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak pada tempatnya. Memang tidak ada larangan dan tidak pula berdosa, terserah mau diletakkan di mana saja ya tetap bisa berfungsi.  Dan lama-kelamaan yang bertanya pun semakin berkurang.

Begitulah, sesuatu yang tidak biasa akan menarik perhatian jika tidak pada tempatnya. Dianggap aneh jika menyelisihi kebiasaan kebanyakan orang. Namun sayang terkadang itu tidak berlaku untuk hal-hal yang berkaitan dengan syariat Islam. Pacaran, hamil di luar nikah, mengumbar aurat, riba, mengagungkan kebebasan ( bebas meyakini kesesatan, bebas berpindah-pindah agama, bebas mencampuradukkan ajaran agama dll ), menyerahkan kepemilikan umum pada swasta/asing, kebijakan ekonomi yang berkiblat pada kapitalisme, lepas tangannya negara dari pengurus dan penjamin urusan umat, dicampakkannnya syariat Allah dan lain sebagainya. Padahal seharusnya menurut Islam tidak seperti itu.

Mengapa demikian?  Karena manusia kebanyakan tidak biasa dengan penerapan syariat Islam, tidak kenal dengan syariat Islam. Bahkan masyarakat sudah terbiasa dengan penerapan sistem yang bertentangan dengan Islam. Masyarakat sudah terbiasa dengan pemikiran dan aturan kapitalisme yang sudah sejak lama mencengkeram masyarakat dunia. Sejak kemunduran umat Islam pada abad kelima hijriyah, ketika pintu ijtihad dinyatakan ditutup sebagai akibat dari lemahnya pemikiran umat Islam, dan juga serangan bertubi-tubi yang dilancarkan musuh Islam, kondisi umat Islam semakin terpuruk. Dan semakin terhempas ketika Daulah Khilafah dihapus pada tahun 1924. Maka sejak saat itu tidak ada penerapan syariat secara menyeluruh, maka sangat wajar jika umat Islam sama sekali tidak kenal dan merasa asing dengan syariat dan ajarannya agamanya sendiri.

Sehingga saat ini perjuangan untuk kembali mengenalkan Islam dan juga menerapkan Islam secara menyeluruh memanglah tidak mudah. Dan bahkan sering dianggap sebagai tindakan yang aneh, asing. Lebih parah lagi, ada yang menganggapnya sebagai perjuangan yang ahistoris, utopis dan mendukung ide teroris.

Tidak apa-apa, jangan menyurutkan langkah. Bisa jadi memang umat saat ini belum paham, jadi terus saja berusaha memahamkan. Bisa jadi umat salah paham, maka teruslah berusaha untuk meluruskan. Bisa jadi umat mempunyai paham yang salah, maka teruslah berargumen dengan bijak jangan menyerah.

Suatu saat nanti kondisi akan berubah, yang tidak menerapkan syariat Islam lah yang aneh. Namun meski saat itu belum terjadi, terus berusaha untuk memperjuangkan Islam kaffah dalam naungan khilafah meski masyarakat masih belum biasa, meski ideolagi kufur terus berusaha menghalangi dan merusak umat. Terus memperbaiki agar semua sesuai dengan aturan Allah SWT. Berbahagia menjadi orang-orang yang memperbaiki.


Hadits yang diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad as-Saidi ra.,Rasulullah saw. bersabda:Islam muncul pertama kali dalam keadaan terasing dan akan kembali terasing sebagaimana mulainya, maka berbahagialah orang-orang yang terasing tersebut. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, siapa al-ghuraba ini?” Rasulullah saw. bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang melakukan perbaikanketikamanusia sudah rusak.” (Hadits ini diriwayatkan oleh ath-Thabrâni dalam al-Kabir)


Yogya, 9 Februari 2016

No comments:

Post a Comment