Friday 12 February 2016

Indonesia Bisa, Lebih Hebat Lagi dengan Khilafah




Pertama kali naik kereta ke Yogya. Berangkat naik Kahuripan pulang naik Krakatau. Sama-sama kereta ekonomi. Waktu naik Kahuripan tidak terlalu memperhatikan, tapi sempat membaca di dekat pintu keluar  gerbong ada kotak P3K, dua bahasa, bahasa Inggris dan satunya tidak terlalu paham. Masih belum bisa membedakan tulisan Cina, Jepang dan Korea. Cari-cari di internet juga belum ketemu, Kahuripan buatan mana. Dari harga tiket memang lebih mahal Krakatau jadi secara fisik juga lebih bagus Krakatau, tapi tetap saja sama-sama tidak nyaman. Lebih sering pusing jika naik kendaraan dalam waktu lama.

Naik Krakatau dapat tempat dekat pintu keluar. Dengan jelas terlihat tulisan INKA, sesuai dengan profil Krakatau, memang buatan PT INKA. Sebagai orang yang awam tentang kereta, dan juga belum pernah merasakan semua kereta, sepertinya sudah lumayan bagus. Layak dibanggakan. Memang untuk lokomotifnya masih diproduksi GE Transportation ( CC201, CC203, CC206) (id.wikipedia.org).  

Bisa jadi masih banyak kekurangan, perlu perbaikan agar kualitasnya semakin baik, namun setidaknya perusahaan dalam negeri sudah bisa membuktikan bisa memproduksi alat transportasi yang bisa dimanfaatkan untuk rakyat Indonesia. Tinggal menunggu keseriusan dari pemerintah untuk memfasilitasi pengembangan dan penelitiannya agar produk yang dihasilkan semakin sempurna sesuai kebutuhan dan kemajuan jaman. Membutuhkan dukungan dari pemerintah sebagai pengambil kebijakan, akan mengembangkan potensi dalam negeri dengan perjuangan dan pengorbanan atau malah mengabaikannya dengan menggunakan produk luar negeri. SDM negeri ini pasti tak kalah dengan kualitas SDM luar negeri, banyak orang pintar di negeri ini.

Jadi ingat dengan proyek kereta cepat, proyek instan yang hanya menguntungkan asing dan semakin membuat negeri ini terjajah atas nama investasi dan alih teknologi. Yang pasti skema yang digunakan adalah business to business. Tidak mungkin asing dengan baik hati membangun negeri ini demi kemaslahatan rakyat. No free lunch. Yang pasti asing mengejar keuntungan, semakin membuat Indonesia tergantung dengan asing.

Sebuah kebijakan yang wajar diambil oleh penguasa yang menjalankan negeri ini berdasarkan system kapitalisme. Menggandeng asing, menyerahkan pengelolaan pada swasta asing, menjadikan pelayanan terhadap rakyat sebagai bisnis semata, bukan sebagai penguasa amanah yang bertanggungjawab atas urusan rakyat. Negara hanya sebagi regulator, inilah ciri khas Negara kapitalisme. Lepas tangan dari fungsi pelayan dan pengayom rakyat.

Konsep kapitalisme mengelola Negara sangat jauh berbeda dengan system Islam, Khilafah. Khilafah dipimpin Khalifah akan menjadi pelindung, perisai dan penjamin semua urusan rakyat. Tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan hidup, namun memastikan rakyatnya bisa menjalani hidup untuk semakin dekat dan beribadah kepada Allah.

Pengembangan alat transportasi strategis dalam Daulah Islam akan ditangani oleh Departemen Perindustrian. Departemen ini ada bukan hanya demi memenuhi keinginan manusia namun lebih kepada memenuhi seruan Allah untuk mengerahkan segala potensi dalam rangka menegakkan syariat Allah dan menggentarkan musuh.  Siapkanlah oleh kalian untuk menghadapi mereka kekuatan apa  saja yang  kalian  sanggupi dan  dari  kuda-kuda  yang ditambatkan untuk berperang; (yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah, musuh kalian, danorangorang selain mereka yang tidak kalian ketahui sedangkan Allah mengetahuinya. (TQS al-Anfal [8]: 60).

Maka Negara wajib mengerahkan segala potensinya berupa anggaran, SDM, fasilitas untuk membuat Negara mempunyai kekuatan nyata bukan kekuatan semu yang didukung oleh asing. negara melaksanakan itu semua semata karena Allah memerintahkan, bukan demi mencari keuntungan materi semata. Negara tidak boleh lepas tangan pada industry strategis, atau malah menyerahkannya kepada swasta asing, jika demikian sama saja Negara menyerahkan nyawanya kepada asing. tergantung pada asing.

Yang pasti dengan khilafah kemaslahatan umat akan diatur sesuai dengan syariah, pejabatnya pun akan berusaha amanah karena mereka sadar bahwa jabatan yang mereka dapatkan kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Semua kebiajakan berorientasi pada pelaksanaan syariah secara kaffah. Di dalam negeri menerapkan system Islam, di luar negeri berdakwah dan berjihad menyebarkan Islam demi mewujudkan Islam rahmatan lil’alamin.
Dengan Islam Indonesia akan menjadi negara yang mempunyai ideology kuat. Menjadi bangsa terbaik memberikan kebaikan dan menyebarkan kebaikan.


Pare, 12 Februari 2016

No comments:

Post a Comment