Pertama kali
naik kereta ke Yogya. Berangkat naik Kahuripan pulang naik Krakatau. Sama-sama
kereta ekonomi. Waktu naik Kahuripan tidak terlalu memperhatikan, tapi sempat
membaca di dekat pintu keluar gerbong
ada kotak P3K, dua bahasa, bahasa Inggris dan satunya tidak terlalu paham.
Masih belum bisa membedakan tulisan Cina, Jepang dan Korea. Cari-cari di
internet juga belum ketemu, Kahuripan buatan mana. Dari harga tiket memang
lebih mahal Krakatau jadi secara fisik juga lebih bagus Krakatau, tapi tetap
saja sama-sama tidak nyaman. Lebih sering pusing jika naik kendaraan dalam
waktu lama.
Naik Krakatau
dapat tempat dekat pintu keluar. Dengan jelas terlihat tulisan INKA, sesuai
dengan profil Krakatau, memang buatan PT INKA. Sebagai orang yang awam tentang
kereta, dan juga belum pernah merasakan semua kereta, sepertinya sudah lumayan
bagus. Layak dibanggakan. Memang untuk lokomotifnya masih diproduksi GE Transportation
( CC201, CC203, CC206) (id.wikipedia.org).
Bisa jadi masih
banyak kekurangan, perlu perbaikan agar kualitasnya semakin baik, namun
setidaknya perusahaan dalam negeri sudah bisa membuktikan bisa memproduksi alat
transportasi yang bisa dimanfaatkan untuk rakyat Indonesia. Tinggal menunggu keseriusan
dari pemerintah untuk memfasilitasi pengembangan dan penelitiannya agar produk
yang dihasilkan semakin sempurna sesuai kebutuhan dan kemajuan jaman.
Membutuhkan dukungan dari pemerintah sebagai pengambil kebijakan, akan
mengembangkan potensi dalam negeri dengan perjuangan dan pengorbanan atau malah
mengabaikannya dengan menggunakan produk luar negeri. SDM negeri ini pasti tak
kalah dengan kualitas SDM luar negeri, banyak orang pintar di negeri ini.
Jadi ingat
dengan proyek kereta cepat, proyek instan yang hanya menguntungkan asing dan
semakin membuat negeri ini terjajah atas nama investasi dan alih teknologi.
Yang pasti skema yang digunakan adalah business to business. Tidak mungkin
asing dengan baik hati membangun negeri ini demi kemaslahatan rakyat. No free
lunch. Yang pasti asing mengejar keuntungan, semakin membuat Indonesia
tergantung dengan asing.
Sebuah kebijakan
yang wajar diambil oleh penguasa yang menjalankan negeri ini berdasarkan system
kapitalisme. Menggandeng asing, menyerahkan pengelolaan pada swasta asing,
menjadikan pelayanan terhadap rakyat sebagai bisnis semata, bukan sebagai
penguasa amanah yang bertanggungjawab atas urusan rakyat. Negara hanya sebagi
regulator, inilah ciri khas Negara kapitalisme. Lepas tangan dari fungsi pelayan
dan pengayom rakyat.
Konsep
kapitalisme mengelola Negara sangat jauh berbeda dengan system Islam, Khilafah.
Khilafah dipimpin Khalifah akan menjadi pelindung, perisai dan penjamin semua
urusan rakyat. Tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan hidup, namun memastikan
rakyatnya bisa menjalani hidup untuk semakin dekat dan beribadah kepada Allah.
Pengembangan
alat transportasi strategis dalam Daulah Islam akan ditangani oleh Departemen
Perindustrian. Departemen ini ada bukan hanya demi memenuhi keinginan manusia
namun lebih kepada memenuhi seruan Allah untuk mengerahkan segala potensi dalam
rangka menegakkan syariat Allah dan menggentarkan musuh. Siapkanlah oleh kalian untuk menghadapi
mereka kekuatan apa saja yang kalian
sanggupi dan dari kuda-kuda
yang ditambatkan untuk berperang; (yang dengan persiapan itu) kalian
menggentarkan musuh Allah, musuh kalian, danorangorang selain mereka yang tidak
kalian ketahui sedangkan Allah mengetahuinya. (TQS al-Anfal [8]: 60).
Maka Negara
wajib mengerahkan segala potensinya berupa anggaran, SDM, fasilitas untuk
membuat Negara mempunyai kekuatan nyata bukan kekuatan semu yang didukung oleh
asing. negara melaksanakan itu semua semata karena Allah memerintahkan, bukan
demi mencari keuntungan materi semata. Negara tidak boleh lepas tangan pada
industry strategis, atau malah menyerahkannya kepada swasta asing, jika
demikian sama saja Negara menyerahkan nyawanya kepada asing. tergantung pada
asing.
Yang pasti
dengan khilafah kemaslahatan umat akan diatur sesuai dengan syariah, pejabatnya
pun akan berusaha amanah karena mereka sadar bahwa jabatan yang mereka dapatkan
kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Semua kebiajakan berorientasi pada
pelaksanaan syariah secara kaffah. Di dalam negeri menerapkan system Islam, di luar
negeri berdakwah dan berjihad menyebarkan Islam demi mewujudkan Islam rahmatan
lil’alamin.
Dengan Islam
Indonesia akan menjadi negara yang mempunyai ideology kuat. Menjadi bangsa
terbaik memberikan kebaikan dan menyebarkan kebaikan.
Pare, 12 Februari 2016
Pare, 12 Februari 2016
No comments:
Post a Comment