Monday 1 February 2016

Allah SWT Al Khaliq Al Mudabbir




Memang membutuhkan perjuangan dan benar-benar berpikir dengan menggunakan akal untuk bisa sampai pada sebuah keyakinan bahwa Dzat Yang Maha Tinggi yang selayaknya disembah manusia hanyalah Allah SWT.  Bukan sekadar pembenaran di bibir saja, tapi pembenaran seyakin-yakinnya dan pasti tidak ada keraguan sedikitpun. Mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan adalah langkah awal untuk semakin mengimani dan taat.

Memilih Allah sebagai satu-satunya sesembahan bukan yang lain. Karena Allah Dzat Yang Maha Segalanya, Allah tidak diciptakan yang lain karena Allah bukan makhluk, Allah juga tidak menciptakan dirinya sendiri karena  jika menciptakan dirinya berarti Allah juga sebagai makhluk, jadi Allah itu bersifat azali dan wajibul wujud, tidak berawal dan berakhir, pasti ada dengan bukti alam semesta, manusia dan kehidupan yang merupakan hasil ciptaan atau makhluk. Allah itu tidak sama dengan makhlukNya. Hanya satu tidak beranak dan diperanakkan. Jika lebih dari satu maka ada bandingannya, jika beranak apa bedanya dengan makhluk?

Mengimani Allah sebagai Tuhan juga bukan perkara yang tiba-tiba, membutuhkan pemikiran cemerlang. Bagaimana asal semuanya dari tidak ada menjadi ada, bagaimana yang ada bisa tetap eksis dan ada yang hancur dalam sekejap mata, tentu itu  bukan kebetulan semata. Untuk apa semuanya ada, pasti segala sesuatu ada karena ada tujuannya, dan bagi manusia adakah  konsekuensi aktivitas dalam kehidupan, berakhir begitu saja dengan datangnya kematian, atau masih ada pertanggungjawabannya ?

Namun pemikiran cemerlang semata tidaklah cukup, karena bagaimana pun akal manusia terbatas. Dengan menyadari bahwa manusia dan makhluk lain terbatas rasa sombong pun akan tertundukkan. Yang terbatas pasti membutuhkan Dzat lain yang tidak terbatas. Di sinilah ego manusia diuji. Tetap teguh bahwa tidak ada Tuhan atau mengakui bahwa manusia hanyalah makhluk, makhluk yang pasti ada penciptanya, makhluk yang pasti punya kelemahan dan keterbatasan.

Dan tidak berhenti pada pengakuan bahwa Allah SWT Al-Khaliq, Allah sebagai pencipta. Allah SWT juga sebagai Al Mudabbir, Dzat Yang Memberi aturan. Dan semua yang berakal pasti tahu apa fungsi dan tujuan adanya aturan. Aturan ada untuk mengatur segala sesuatu. Dengan aturan akan tercipta keharmonisan, tanpa aturan semuanya akan berjalan sekehendaknya dan tentu berakhir pada kerusakan.

Karena Allah adalah pencipta semua manusia, maka aturan yang diberikan pun aturan yang cocok untuk semua manusia termasuk manusia yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan. Karena manusia diciptakan dengan akal dan potensi kehidupan yang sama. Semua manusia punya kebutuhan jasmani, semua manusia punya naluri dan yang paling mengetahui dengan itu semua tentunya Allah karena Allah yang menciptakannya.

Menggunakan dan mengakui bahwa aturan terbaik hanyalah dari Allah adalah konsekuensi iman kepada Allah SWT, maka keimanan itu perlu dibuktikan dalam kehidupan, yaitu dengan berusaha menerapkan aturan Allah dalam semua lini kehidupan. Memperjuangkan agar aturan Allah SWT, jika aturan Allah belum diterapkan secara sempurna. Itulah seharusnya yang menjadi idealisme orang-orang beriman. Namun ketika masih ada yang tidak mau dan belum paham bahkan malah sebaliknya menuduh idealisme itu sebagai sebuah pengkhianatan dan sesuatu yang berbahaya, menjadi sebuah perjuangan lagi untuk memahamkan, terus menyampaikan dengan cara yang baik. Menyampaikan argument, dalil dan alasannya. Berdiskusi dengan baik, tidak larut dalam debat kusir. Terus belajar mengkaji Islam menambah ilmu agar semakin bijak menyikapi permasalahan, semangat membaca, semangat  menyampaikan, tidak menutup diri dari kritik dan saran untuk memperbaiki diri. Tak lupa terus mengingat dan mengenal Allah SWT melalui asmaul husna agar semakin dekat kepada Allah SWT, tidak sekadar menghafal namun juga memahaminya.

Jadi, menerapkan aturan Allah dan memperjuangkannya agar bisa dilaksanakan di bumi adalah bagian dari keimanan kepada Allah, aktivitas mulia. Bukan sebuah kejahatan. Menerapkan aturan Allah Tuhan seluruh alam semesta.


Pare, 1 Februari 2016

No comments:

Post a Comment