Tuesday 27 February 2018

Masjid, Cinta dan Duka


Alhamdulillah tahun ini dapat kelas special, kelasnya di lantai dua masjid Darul Falah. Dalam keseharia lantai dua tidak digunakan aktivitas, namun sore hari terkadang untuk TPQ. Secara lokasi sudah lumayan terisolasi dari hiruk pikuk dunia. Aktivitas harian terpusat di lantai satu. Namun ketika di masjid ada kegiatan jadilah ikut heboh. Ketika ada pengumuman kematian semua jadi diam seribu bahasa, ketika ada pengumaman jadwal posyandu semua tergelak tertawa, karena pengumuman hanya ditujukan kepada para ibu yang punya balita saja. Padahal sudah serius mendengarkan.

Ketika ada salat jenazah sedikit takut tapi kepo. Dan hari ini ada akad nikah, tambah heboh lagi. Ketika pengantin putri datang hebohnya lebih lagi, bajunya “mekrok” . Jadilah kelas buyar kepo ingin lihat.

Ya sudahlah, mengijinkan untuk sebentar melihat, ternyata larangan tak ampuh, tetap saja ada yang kepo ingin lihat, akhirnya membolehkan melihat sambil mengerjakan tugas mewarna pola batik.

Dan saya pun juga mengikuti acara dari awal hingga akhir, mau teriak-teriak menjelaskan materi ya ga enak. O ya.. jadi guru MI itu salah satu modalnya suara keras dan cerewet. Dan resikonya cepet lapar dan Alhamdulillah lapar itu lauk ternikmat sedunia, lapar itu membuat makanan  sangat nikmat rasanya, jadi kalo ada guru yang ga doyan makan, apa ga pernah merasakan lapar habis ngajar? terkadang mikir emang di kelas ga menerangkan pelajaran? He-…he just kidding. Dalih pribadi saja, emang asalnya doyang makan.

💕Cinta dan Duka😔

Acara akad nikah memang sudah diinfokan salah satu takmir sebelum hari H, jadi masih ada waktu untuk mengkondisikan kelas, alternatifnya pindah sementara ke kelas yang sedang kosong ( ada kelas yang kosong, ada kegiatan renang, sebenarnya bisa dipakai sementara), namun memilih tetap di masjid  saja, toh siswa juga tidak terlalu sulit dikendalikan. Meski akhirnya heboh juga ingin lihat.

Sebelum acara dimulai verifikasi data calon pengantin, wali dan saksi. Baru seremonial dimulai, dibuka, pembacaan ayat suci Alquran. Entah karena yang baca sengaja atau dapat amanah mendadak dan asal comot surat, yang dibaca adalah surah Alwaqiah, padahal kalo nikahan surat yang dibaca langganan itu-itu saja, di antaranya Annisa’ mulai ayat 1 atau Arrum ayat 21. Secara pribadi sangat suka dengan surah Alwaqiah, isinya luar biasa, mengingatkan nikmat surga dan pedihnya siksa neraka, surah lain juga suka sih, tetapi kalo Alwaqiah sedikit mengerti artinya.

Dilanjutkan dengan khutbah nikah, disampaikan oleh Bapak Zamzam Mahdani, beliau salah satu ulama Pare yang pernah menjadi muridnya Mbah Yazid ( Ustadz Ahmad Yazid, salah satu keluarga yang mewakafkan lingkungan masjid dan sekolah, menguasai sekitar 8 bahasa asing, juga guru Pak Kalend BEC, dari kecil sudah biasa memanggil Mbah Yazid meski sedikit lupa wajah beliau). Khutbah yang disampaikan Bapak Zamzam sangat menarik, mengingatkan makna pernikahan yang merupakan mitsaqan ghalidza, ikatan kokoh, kuat dan mempunyai konsekuensi berat, tanggung jawab baru sebagai suami dan istri. Juga mengingatkan bahwa pernikahan adalah upaya untuk mendapat separuh agama dan itu semua akan sempurna ketika seorang muslim menjalankan syariat Islam secara menyeluruh, menyelesaikan masalah dengan timbangan syariah dan salah satunya dalam menjalani kehidupan rumah tangga, namun tidak mencukupkan dalam masalah keluarga saja tetapi untuk semua urusan, tak lupa berpesan terkait hak dan kewajiban suami istri yang sudah tidak sama lagi ketika belum menikah dengan sesudah menikah. Dan khutbah diakhiri dengan doa.

Akhirnya proses ijab qabul berlangsung, sah. Acara ditutup, salawatan, foto-foto dan pernik-pernik lainnya.

Reportase end.

Acara penuh suka cita, mewujudkan cinta dua insan yang berbeda. Gak tau LGBT akad nikahnya bagaimana? Dhomir untuk transgender apa ya?
Akad nikah yang sudah direncanakan, dan bisa dipersiapkan dan bisa diinfokan.

Beda ketika di masjid ada salat jenazah. Tak pernah sekali pun diumumkan jauh hari masjid akan dipakai salat jenazah Bapak X atau Ibu Y. Karena kematian memang tidak bisa direncanakan datangnya. Tidak bisa dikabarkan waktunya. Dan ketika salat jenazah suasana lebih hening, anak-anak lebih bisa menyesuaikan diri agar tidak gaduh. Karena suasana duka mendominasi. Salat jenazah harusnya mengingatkan kita akan kematian, tidak bisa diundur tidak bisa diajukan, dan mengingat saat itulah kita sudah tidak bisa salat sendiri, mau tidak mau ketika badan sudah terbujur kaku orang lain yang akan menyalati. Jadi, yang masih malas salat, ayo salat, sebelum disalati alias mati.

🌴Masjid

Kelas di masjid, memang bukan kelas ideal, kelas sementara karena memang gedung sekolah tidak memadai. Insya Allah dalam waktu dekat aka nada pembangunan ruang baru, namun rencana ini terus tertunda, kendala utamanya adalah biaya, setidaknya butuh dana 650juta, bagi kami itu adalah dana yang luar biasa. Karena pembangunan benar-benar mengandalkan donatur yang benar-benar peduli dengan masjid dan sekolah tanpa pamrih, tanpa embel-embel pesanan ( ini dilakukan untuk menghindari intervensi kebijakan masjid dan sekolah, di jaman kapitalis seperti ini masih banyak yang berprinsip “no free lunch”). Sakit di hati itu ketika ada koruptor melenggang ke luar negeri dengan membawa lari puluhan triliun, miris itu ketika ada ibu pejabat punya koleksi tas dan aksesoris pribadi hingga milyaran, dongkol itu ketika pembangunan infrastruktur untuk konglomerat dari dana utang dan yang membayar utang dari memalak pajak seluruh rakyat,  sedangkan kami harus mengais dana untuk membangun gedung sekolah.

Btw, kalo proposal pembangunan sudah selesai silakan yang bisa jadi donatur, tanpa embel-embel ya, apalagi ini menuju 2019, ada embel-embel minta dipilih, bener-bener kami coblos pake tombak lho, mau? Memang ngenes hidup dalam system kapitalisme dengan Negara yang abai terhadap kewajiban mengurusi urusan rakyat, beda dengan system Islam yang mengelola baitul mal sesuai syariat, membangun sekolah dan masjid sudah ada pos khusus dari kepemilikan umum, bahas ini memang butuh ngaji lagi, bukan sekadar berteori namun menapaki jejak Rasulullah dan para khulafa’.

Dan masjid Darul Falah ini memang masjid yang boleh digunakan untuk aktivitas yang memang secara syariat tidak terlarang. Mau apa saja di masjid selama ada tuntunannya tidak masalah. Bukan seperti anjurannya kemenag yang seenaknya ngatur aktivitas di masjid sesuai kepentingannya, atau tidak seperti Bawaslu yang didesak Kemendagri untuk mengatur materi khutbah dan ceramah di masjid. Anjuran yang jelas ada udang di balik batu, mengamankan kepentingan mereka.

Pare, 27 Feb 2018

Baca juga : Peran Masjid Demak dalam Pergerakan Dakwah

No comments:

Post a Comment